Cinta Putih
Aku mencari
Sepotong cinta putih murni
Di tengah kefanaan yang merajai
Di saat nafsu menjadi pengendali
Bukan,
Bukan cinta semu belaka
Bagai dongeng di kala senja
Kisah sang putri dan pangeran berkuda
Di taman impian selaksa makna
Di antara rumput dan pepohonan
Bunga-bunga elok bermekaran
Harum kemuning semerbak mewangi
Kumbang dan kupu-kupu menari-nari
Indah menyentuh relung hati
Bukan,
Bukan cinta berselimut fana
Tapi cinta langka yang hampir punah
Kokoh, hanya berharap lillah
Akulah pecinta gila
Mendamba rasa tak perduli kesah
Mencinta tak hirau derita
Biar kupungut
Biar kujumput
Cinta yang terserak
Cinta putih yang sejati
Seindah untaian kasih
Fatimah Azzahrah dan Sayyidina Ali
Aku terhenyak
Duduk tersimpuh menengadah
Berharap setitik saja
Datangnya cinta serupa
Penghilang segala dahaga
Laksana embun pagi penyejuk jiwa
Yaa illahi Robbi,
Sungguh kumendamba
Sungguh, ingin kumerasa
Cinta putih seperti mereka
.......................................................
Sudah puluhan kali Andre membaca puisi itu, tetapi ia tidak pernah bosan. Puisi itu seolah mewakili hati, jiwa, dan pikirannya. Bagi Andre, dirinyalah sang pendamba rasa. Dialah sang pecinta gila.
Sungguh aneh, tetapi nyata. Bahkan saat orang yang ia cintai sama sekali tidak tertarik padanya, ia tetap saja memuja.
Andre tahu, siapa penulisnya. Kemilau Senja, nama yang sangat cantik, secantik tulisan-tulisannya di media sosial.
Awalnya, pemuda itu hanya iseng baca-baca di beranda medsosnya. Maklum, setelah penat bekerja, ia ingin sedikit mencari hiburan. Ia menggulir dengan cepat status-status yang berseliweran itu. Tiba-tiba matanya menangkap satu judul yang tidak biasa,"Perjaka Mencari Cinta".
Wuiik, pas banget dengan dirinya. Mata Andre langsung terbuka. Rasa penasaran mulai mengalahkan penat dan lelah yang ia rasa. Pemuda itu pun akhirnya menekuri abjad demi abjad yang tergores di sana. Kadang ia tertawa sendiri, kadang juga kesal dan marah karena tidak setuju dengan pendapat Kemilau Senja. Coba saja simak sepenggal tulisannya.
Di zaman yang serba edan ini, perjaka semakin langka. Emak-emak semakin kesulitan mencarikan jodoh yang terbaik untuk putri-putri mereka.
Sebenarnya, gejala apakah ini?Bisakah kegundahan para emak ini tersolving dengan sempurna?
Siapa yang tidak marah, coba?
Menurut Andre, tulisan itu tidak berdasar dan sangat tendensius, betul-betul menyudutkan kaum Adam seperti dirinya. Ia yakin seratus persen, bahwa masih ada lelaki baik di dunia ini yang betul-betul menjaga kehormatan, bahkan jumlahnya masih banyak. Begitu juga dengan wanita. Meski tak dapat dimungkiri, orang-orang yang kebablas dalam pergaulan juga tidak sedikit.
Akan tetapi, Andre sangat setuju bahwa semua itu terjadi karena kondisi. Sistemlah yang membentuk mereka berbuat seperti itu. Akses yang mudah, aturan yang longgar dan tidak tegas, kehidupan hedonis dan serba instan, keinginan untuk eksis dan berbagai anak turunan kapitalistik inilah yang menjadi pemicunya. Sayang, tulisan itu bersambung.
Penasaran dengan solusi yang ditawarkan, membuat Andre mengubek-ubek isi beranda Kemilau Senja. Agak sulit juga, karena beranda sang penulis dipenuhi dengan tag dari teman-temannya.
Akan tetapi, demi memuaskan rasa ingin tahu, ia rela naik turun beranda itu. Ternyata tulisan Kemilau cukup banyak. Ada kisah inspiratif, cerita bersambung, cerpen, bahkan puisi. Gaya tulisan yang renyah, polos dan kadang terkesan konyol, membuat Andre menyukainya.
Sejak saat itu, Andre mulai jatuh cinta pada setiap tulisan Kemilau Senja.
Sayangnya, tak ada satu pun foto yang terpampang di sana. Yang ia tahu, saat ini Kemilau masih jomlo seperti dirinya. Ia membayangkan, gadis itu pasti secantik tokoh-tokoh yang ia tulis dalam novelnya.
Bisa ditebak, Andre semakin jatuh cinta. Bahkan bisa dikatakan, pemuda itu kini mulai terobsesi pada Kemilau.
Tak hanya membaca tulisan di medsos saja, pemuda itu pun membeli semua buku yang ditulis oleh Kemilau senja. Bahkan, diam-diam ia bergabung dalam grup menulis yang dibuat gadis itu, padahal ia tahu kalau semua membernya adalah wanita.
"Gila kamu, Ndre! Kalau ketahuan gimana? Bisa-bisa, tuh cewek jadi benci sama kamu, loh," kata Boy, sepupu Andre. Waktu itu mereka sedang berbincang di teras rumah.
"Cuma kamu saja yang tahu. Kalau kamu tidak ember, gak bakalan ketahuan, lah," jawab Andre.
Si Boy hanya geleng-geleng kepala mengetahui kenekatan sepupunya. Andre yang saat itu sedang bersandar di salah satu kursi, hanya senyum-senyum saja.
"Trus, kamu pakai nama apa?" tanya Boy lagi. Ia yakin, gadis itu pasti tidak akan memberi izin untuk gabung di grup yang berisi wanita semua.
"Andrea," jawab Andre singkat.
"Gila ... benar-benar gila! Kamu, tuh ya! Hemmm ...."
Kembali, si Boy geleng-geleng kepala. Akan tetapi, Andre tidak perduli. Ia memang pecinta gila, seperti yang digambarkan Kemilau Senja dalam puisinya. Hingga suatu ketika, ia menemukan nama Ningrum di grup menulis yang dia ikuti dan dibimbing oleh Kemilau Senja.
***
Ningrum berdiri di depan pintu ruang kerja Andre dengan hati berdebar. Ia tidak tahu kenapa ketua yayasan itu memanggilnya. Seingatnya, ia tidak pernah melakukan kesalahan. Namun, tak urung ada rasa takut juga di hatinya. Pasalnya, Andre itu rada jutek, jarang berkomunikasi dengan para guru, kecuali ada hal penting yang mau dibicarakan.
Ningrum mengetuk pintu dan mengucap salam. Kebetulan pintu ruangan itu tidak tertutup. Di ruangan itu ada beberapa pengurus yayasan yang menempati meja masing-masing.
"Silakan duduk dulu, Ustazah. Saya menandatangani berkas-berkas ini sebentar," kata Andre sopan.
Ningrum mengangguk. Tanpa bicara, gadis itu duduk dengan menahan debaran aneh di dadanya. Apalagi saat tatapannya beralih ke arah wajah tampan yang sedang menekuri kertas-kertas itu, detak jantungnya semakin tak keruan.
"Saya ingin menghidupkan dunia literasi di sekolah kita. Ustazah Ningrum kan guru Bahasa Indonesia. Apakah Ustazah bisa membimbing anak-anak di ekstra kurikuler menulis?" tanya Andre tiba-tiba setelah merampungkan tanda tangan terakhir.
Ningrum yang sedang melamun sambil mengagumi wajah tampan di depannya tentu saja gelagapan. Untungnya ia segera bisa menguasai keadaan.
"Maaf Pak Andre, saya memang guru Bahasa Indonesia. Tapi, kemampuan literasi saya sangat standar. Kalau sekadar nulis saja, insyaallah bisa. Tapi kalau untuk membuat bermacam genre tulisan, seperti novel, cerpen, artikel populer, dan sebagainya, sebaiknya kita merekrut penulis sungguhan saja, Pak," jawab Ningrum berterus-terang.
Jujur, dunia literasi memang baru diterjuninya. Itu pun setelah ia menjadi salah satu guru penggerak. Meski ia sarjana sastra, tetapi tidak serta-merta mahir dalam dunia literasi.
"Apa Ustazah punya kenalan seorang penulis!" pancing Andre. Ia berharap, Ningrum menyodorkan nama Kemilau Senja.
"Ada, Pak. Namun, saat ini teman saya itu sedang menyelesaikan skripsi. Saya tidak tahu apakah ia bersedia atau tidak. Maklum, dia sangat sibuk."
Wajah Andre terlihat cerah. Ada sedikit tarikan ke atas di sudut bibirnya.
"Boleh saya tahu, siapa namanya?" tanya Andre tidak sabar.
"Namanya Taqiya. Dia tetangga saya. Ia sering menulis opini di media, juga beberapa tulisan fiksi. Saya akan menanyakan padanya, insyaallah," jelas Ningrum.
Andre diam beberapa saat. Lengkungan di sudut bibirnya seketika hilang. Sejujurnya ia agak kecewa dengan nama itu. Namun, entah mengapa ia tidak menolak ketika Ningrum mengatakan akan menanyakan kesanggupan Taqiya. Lagipula, tidak pantas rasanya ia mencabut kata-katanya.
Singkat kata, jadilah Taqiya mengajar di sana. Itu adalah awal mula kenapa Taqiya bisa mengajar di yayasan yang dipimpin oleh Andre.
Awalnya tidak ada yang istimewa. Namun, suatu ketika, Taqiya tanpa sengaja mengirim pesan ke Andre dengan nomor yang biasa dipakai khusus untuk identitas Kemilau Senja. Saat itu, ia sedang terburu-buru. Andre mengundangnya untuk menghadiri rapat bulanan, sementara ia sudah memiliki janji dengan dosen pembimbingnya di kampus.
Andre hampir tidak dipercaya, tentu saja ia sangat bahagia karena apa yang ia harapkan kini menjadi kenyataan. Ia kini bisa melihat secara langsung sosok penulis yang ia kagumi meski harus memendam rasa dalam diam.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Atik Setya
siapa tuh yang multitasking all genre?
2023-05-22
1
Atik Setya
produktif sekali si Kemilau Senja ini
2023-05-22
1
Atik Setya
dapat istilah baru nih, tersolving dengan sempurna
2023-05-22
1