Bab 4. Pucuk Dicinta Ulam Tiba

Sejak menerima tawaran Ningrum untuk mengajar ekstra kurikuler di yayasan sekolah Bina Insani, Qia tampak lebih sibuk. Skripsinya memang belum kelar, tetapi ia juga menyempatkan diri untuk menulis opini dan novel. Sebenarnya, menjadi guru bukanlah pilihannya, apalagi jurusan dia sama sekali tidak ada hubungannya dengan dunia mengajar.

Namun, Qia seorang penulis. Ia berpikir tidak ada salahnya berbagi ilmu yang selama ini ia dapat secara otodidak. Toh, ia juga membuka kelas menulis secara online dengan nama Kemilau Senja. Jadi, tidak masalah kalau sekarang ia menjadi pengajar di sekolah Ningrum. Apalagi, yang ia ajarkan adalah sesuatu yang sangat disukainya sejak kecil, menulis.

Sore itu Taqiya memutuskan untuk pergi ke rumah Ningrum. Hampir tiga minggu mereka tidak berjumpa. Memang, sekarang ini sekolah sedang masa ujian. Jadi, semua kegiatan eksrakurikuler ditiadakan. Karena itu, tidak ada alasan bagi Qia untuk datang ke sekolah.

Ningrum sendiri akhir-akhir ini sering tidak datang ke pengajian di rumah Ustazah Kamila. Ia memang sangat sibuk. Maklum, temannya itu ditunjuk oleh Andre sebagai ketua pelaksana ujian. Karena itu, mereka jadi jarang bertemu.

Rumah Ningrum tidak terlalu jauh. Cukup sepuluh menit bersepeda, Qia sudah sampai. Apalagi, sore-sore begini, gang kecil di tempat mereka agak sepi karena anak-anak yang biasanya bermain kini sedang mengaji.

"Hai, Qi! Kebetulan kamu datang. Ayo, masuk!" ajak Ningrum setelah mereka berbalas salam dan cipika-cipiki.

"Wah, pucuk dicinta ulam tiba," jawab Taqiya sambil tertawa ringan.

"Iya, Qi. Aku mau antar undangan buat kamu," kata Ningrum sambil tertawa pula.

"Undangan? Alhamdulillah, kamu mau nikah, ya? Kok gak pernah cerita? Keterlaluan banget sih, Rum? Dengan siapa? Pak Andre ngelamar kamu, ya?" cecar Qia dengan mata berbinar gembira.

"Eih, satu-satu dong, Qi! Kalau kamu nyerocos gitu, bagaimana aku bisa menjawab?" jawab Ningrum.

"Iya ... iya, aku minta maaf. Habisnya, aku terlalu gembira. Akhirnya kamu bagi-bagi undangan juga," kata Qia.

Ningrum terdiam. Ia menatap Taqiya penuh arti. Ia tahu, sahabatnya itu tidak sedang mengolok-olok. Akan tetapi, entah kenapa, hati Ningrum terasa perih.

"Bukan undangan nikah, Qi. Lagian, kamu tahu kan, Pak Andre tidak mungkin melamarku? Pak Andre itu sukanya sama kamu," jawab Ningrum lirih. Wajah manis itu berubah menjadi sendu.

Taqiya tercekat. Untuk sesaat, suasana menjadi hening. Sungguh, Qia tidak bermaksud menyakiti hati Ningrum. Selain karena alasan yang sudah pernah dia sampaikan waktu itu, sebenarnya Qia selalu menghindari Andre karena ingin menjaga hati Ningrum. Ia tahu, selama ini Ningrum juga menyukai Andre. Hanya saja, gadis itu tidak pernah menampakkannya seperti guru-guru muda lain. Ningrum lebih memilih menyimpan perasaan itu rapat-rapat. Namun, Qia tahu apa yang dirasakan Ningrum. Sebagai seorang penulis, ia memang selalu dituntut untuk peka.

"Maafkan aku, Rum. Aku tidak bermaksud ...."

"Sudahlah, tidak usah dibahas lagi! Aku tidak apa-apa, kok. Tapi, tolong jangan bilang kayak gitu lagi, ya! Aku malu, Qi, kalau ada yang denger. Nanti dikira aku yang ngebet! Lagian, Pak Andre gak mungkin melamar aku. Itu sih jauh api dari panggang," kata Ningrum dengan mimik serius.

"Hei, mana bisa begitu? Segala sesuatu itu mungkin, Rum. Lagian, kalian itu cocok, loh. Dunia kalian sama. Sepertinya kalian saling mengeri satu sama lain. Kurasa, itu juga modal utama," balas Taqiya.

"Qi, please! Jangan ngomongin itu lagi, ya! Kamu tahu kan, Pak Andre itu maunya sama kamu, bukan yang lain," kata Ningrum.

"Dia hanya belum menyadarinya saja, Rum. Aku tidak bermaksud melambungkan anganmu. Tapi, itu adalah hasil analisaku yang mendalam."

"Hemmm, sekarang ngomongnya pakai analisa-analisa segala," gurau Ningrum, mencoba untuk menetralisir kebat-kebit di hatinya. Benarkah yang dikatakan Taqiya barusan? Sungguh, Ningrum tidak ingin bergayut pada angan kosong.

"Itu betul, Rum. Lagian, aku tidak bisa menerima Pak Andre," kata Qia serius.

"Tapi kenapa?"

"Kamu sudah tahu alasannya, Rum. Lagipula, Ahad besok, ada seorang ikhwan yang akan datang ke rumah bersama dengan kedua orang tuanya. Untuk itulah aku datang kemari, buat kasih kabar ke kamu, sebagai seorang teman," jawab Qia mantap.

"Jadi, kamu mau dilamar? Kapan prosesnya? Kok, aku gak dikasih tahu?" cecar Ningrum dengan mata terbelalak.

"Maafkan aku, Rum. Akhir-akhir ini, kamu sangat sibuk. Bahkan, ke kajian pun agak jarang. Kita juga hampir tidak pernah ketemu. Kamu ingat kan, saat kubilang kalau aku ingin memantaskan diri? Sebenarnya, saat itu, ada ikhwan yang ingin bertaaruf denganku. Tapi karena belum pasti, aku belum berani cerita," jelas Taqiya lirih. Sejujurnya ia merasa bersalah, karena tidak cerita dari awal pada Ningrum.

Ningrum menatap Taqiya tak berkedip. Ia hampir tak percaya. Sungguh, keteguhan hati temannya itu kini telah berbuah. Doa-doanya kini telah diijabah. Sebenarnya ia sangat bahagia untuk Taqiya. Akan tetapi, bagaimana dengan Andre?

"Selamat ya, Qi. Akhirnya Allah menjawab doa-doamu. Kamu mendapat jodoh sesuai dengan apa yang kau impikan. Aku turut berbahagia, tapi ...."

"Tapi kenapa?" tanya Qia tak mengerti.

"Bagaimana dengan Pak Andre? Ia pasti sangat sedih," jawab Ningrum lirih. Semula, wajah manis itu terlihat bahagia. Akan tetapi, begitu bibirnya menyebut nama Andre, wajah gadis itu seketika berubah murung. Taqiya jadi merasa prihatin.

"Kamu sangat peduli pada Pak Andre rupanya. Kamu memang paling mengerti dirinya. Aku yakin, bersamamu, ia akan baik-baik saja. Berdoalah, Rum! Mintalah pada Allah, agar Pak Andre menyadari perasaan yang sesungguhnya. Aku juga berdoa, dari lubuk hati yang paling dalam, semoga jodohmu adalah dia," kata Taqiya dengan tulus.

Ningrum menangkap ketulusan itu lewat mata Taqiya. Karena itu, mata Ningrum berkaca-kaca. Wajahnya mulai terasa panas. Rasa yang selama ini ia pendam secara diam-diam, kini akhirnya terluapkan bak bendungan jebol. Ia tak dapat lagi menahan gejolak hatinya. Saat Taqiya menyentuh tangannya untuk memberikan dukungan, ia sudah tidak sanggup lagi menahan diri. Butiran-butiran bening itu pun akhirnya mengalir juga di pipi Ningrum. Gadis itu mulai terisak di pelukan Taqiya.

Qia membiarkan Ningrum meluapkan semua emosi. Gadis itu hanya menepuk-nepuk pundak sang teman untuk menenangkannya. Beberapa saat kemudian, Ningrum melepaskan pelukan itu.

"Terima kasih, ya, Qi! Kamu memang paling mengerti aku," kata Ningrum setelah berhasil menguasai diri. Qia hanya tersenyum.

"Oh ya, kalau boleh tahu, siapa lelaki yang beruntung itu?" tanya Ningrum lagi.

Taqiya menghela napas sejenak. Kemudian menatap temannya lekat-lekat.

"Namanya Prasetyo. Ia seorang wartawan senior di salah satu media nasional. Pucuk dicinta ulam tiba, ternyata ia sudah lama menjadi murid Ustaz Hanif, suami Ustazah Kamila," tutur Qia pelan. Mata kelinci itu terlihat berbinar. Jelas sekali kalau Taqiya sangat bahagia.

"Alhamdulillah, seperti yang kamu impikan. Aku ikut bahagia, Qi," jawab Ningrum tulus.

Sesaat suasana menjadi hening. Kedua gadis itu tenggelam dalam pikiran masing-masing. Ningrum ingat perkataan Taqiya dulu.

"Begitu orangnya, begitu pula jodohnya, Qi."

Taqiya sangat rajin mengaji dan menebar kebaikan, baik melalui lisan atau tulisan. Karena itu, Allah memberinya jodoh yang serupa. Tidak seperti dirinya, yang akhir-akhir ini lebih mengedepankan urusan dunia.

Ada satu lagi kesamaan mereka. Taqiya dan calon imamnya sama-sama kuli tinta. Mereka memang sangat cocok. Dengan tulus, Ningrum berdoa, semoga Allah memberkahi mereka.

Entah apa yang akan ia sampaikan pada Andre besok. Yang jelas, lelaki itu pasti sangat sedih. Akan tetapi, ia bisa apa? Ia tidak bisa mengatur jalan hidup Taqiya. Ia juga tidak bisa memaksa Andre, pujaannya untuk mengalihkan hati padanya. Akhirnya, Ningrum hanya bisa pasrah.

"Oh ya, tadi kamu mau ngasih undangan apa?" tanya Qia. Tiba-tiba ia teringat ucapan Ningrum tadi.

"Oh iya, ya. Aku juga hampir lupa. Untung kamu ingatkan," jawab Ningrum sambil beranjak. "Sebentar, ya!"

Taqiya mengangguk. Ia menunggu dengan sabar. Tiba-tiba telepon gengam milik Taqiya bergetar. Serta-merta ia merogoh tas kecil miliknya dan mengambil benda pintar itu.

Sebuah pesan lewat WA masuk. Qia mengernyitkan kening.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Atik Setya

Atik Setya

saya pernah baca ini. tapi di mana, lupa. asyik, bisa baca lagi. jazakillah khoyron katsiron, Cikgu.

2023-05-22

0

Atik Setya

Atik Setya

hihihi lucu si Qia

2023-05-22

0

Atik Setya

Atik Setya

serasa ada diriku di sini. ups

2023-05-22

0

lihat semua
Episodes
1 Gadis Pemimpi
2 Bab 2. Pengagum Rahasia
3 Bab 3. Preman Kampus
4 Bab 4. Pucuk Dicinta Ulam Tiba
5 Pesan dari Penggemar Rahasia
6 Kejadian tak Terduga
7 Saya Tidak Apa-Apa
8 Dia Telah Tiada
9 Aku Belum Pantas untuknya
10 10. Aku Belum Pantas untuknya (2)
11 11. Persiapkan Hatimu, Qi!
12 12. Kukira Sudah Masuk Buih
13 13. Sekadar Bercanda
14 14. Di Kantor Polisi
15 15. Saya yang Akan Menikahinya
16 16. Ini Perintah
17 17. Terlalu Tampan
18 18. Beri Aku Waktu
19 19. Untuk Menerima, Duhai ... Alangkah Beratnya!
20 20. Abang Akan Selalu Ada untukmu, Qi ....
21 21. Lamaran
22 22. Lamaran 2
23 23. Selamat, ya, Qi!
24 24. Rencana Kejutan untuk Qia
25 25. Bughatti Chiron Milik Siapa?
26 26. Diterima atau Ditolak?
27 27. Pertikaian di Tengah Lamaran
28 28. Tolong Pahami Posisi Saya
29 29. Ditodong
30 30. Bagaimanapun, Ia Harus Tahu
31 31. Interogasi
32 32. Besok Kita Menikah
33 33. Siapa Sebenarnya Dia?
34 34. Rahasia Gaun Pengantin
35 35. Apa Ini Ada Hubungannya dengan Papa?
36 36. Bagaimana denganku?
37 37. Penyerangan
38 38. Pesta Penyambutan
39 39. Baiklah, Mari Kita Mulai Acaranya
40 40. Mengapa Semua Memanggil Bos?
41 41. Masyaallah, Cantiknya!
42 43. Pencarian
43 43. Sama-Sama Preman
44 44. Sepertinya Tidak Terkenal?
45 45. Pindah Rumah
46 46. Di Mana Flashdisk Itu?
47 47. Lo Ngompol?
48 48. Tambah Curiga
49 49. Kamu Godain Kakak?
50 50. Tanpa Judul
51 51. Bingung
52 52. Misi Baru
53 53. Jangan Pura-Pura
54 54. Siapa Berani Mengacak-acak Rumah Satrio?
55 55. Salah Paham
56 56. Inikah Jurus untuk Memikat Wanita?
57 57. Kakak Bos Mafia?
58 58. Tamu Istimewa
59 59. Gimana Kalau Menjadi yang Kedua?
60 60. Tidak Nyaman
61 61. Kalau Itu, Sih, Biar Tambah Sayang!
62 62. Cemburu
63 63. Harusnya Kutunggu Jandanya?
64 64. Melawan Arus
65 65. Siasat Laki-Laki
66 66. Berkhalwat di Dunia Maya
67 67. Aku Merasa Dia Seperti Pujangga
68 68. Kejutan 1
69 69. Kejutan 2
70 70. Sang Kuli Tinta
71 71. Tertembak
72 72. Awas Kena Gampar
73 73. Mereka Kakak Kita
74 74. Kesal
75 75. Bisa Membungkam Pelakor Ternyata Cukup Menyenangkan
76 76. Kemilau Senja
77 77. Tempat yang Paling Berbahaya adalah Tempat yang Paling Aman
78 78. Diam Berarti Iya
79 79. Memang Susah Kalau yang Berbicara adalah Cinta
80 80. Ada yang Main-Main Sama Kita
81 81. Ditodong Lagi
82 82. Qia Takut, Kak!
83 83. Semua Karena Anita 1
84 84. Semua Karena Anita 2
85 85. Matanya Itu
86 86. Maafkan Qia, Kak!
87 87. Pancaroba Cinta 1
88 88. Pancaroba Cinta 2
89 89. Jalan yang Kupilih 1
90 90. Jalan yang Kupilih 2
91 91. Jalan yang Kupilih 3
92 Pengumuman
93 92. Sahabat Pena
94 93. Kamu Bisa
95 94. Masih tentang Kemilau Senja
96 95. Undangan Makan Malam
97 96. Dokter Irena
98 97. Saat Kotak Pandora Terbuka
99 98. Aluna, Irena, dan Qia
100 99. Belahan jiwa
101 100. Pengakuan Anita
102 101. GLUK
103 102. Aku Percaya Sepenuhnya
104 103. Pesan dari Prasetyo
105 104. Main Petak Umpet
106 105. Framing
107 106. Framing 2
108 108. Konspirasi 1
109 109. Ternyata Dia Orangnya
110 110. Kehilangan Jejak
111 111. Akhirnya sampai juga
112 112. Tanpa Judul
113 113
114 114. Penyamaran
115 115. Tertangkap
116 116. Mengalah untuk Menang 1
117 117. Sang Idola 1
118 118. Sang Idola 2
119 119
120 120
121 121
122 122
123 123
124 124
125 125
126 126
127 127
128 128
129 129
130 130
131 131
132 132
133 133
134 135
135 136
136 137
137 138
138 139
139 140
140 141
141 142
142 143
Episodes

Updated 142 Episodes

1
Gadis Pemimpi
2
Bab 2. Pengagum Rahasia
3
Bab 3. Preman Kampus
4
Bab 4. Pucuk Dicinta Ulam Tiba
5
Pesan dari Penggemar Rahasia
6
Kejadian tak Terduga
7
Saya Tidak Apa-Apa
8
Dia Telah Tiada
9
Aku Belum Pantas untuknya
10
10. Aku Belum Pantas untuknya (2)
11
11. Persiapkan Hatimu, Qi!
12
12. Kukira Sudah Masuk Buih
13
13. Sekadar Bercanda
14
14. Di Kantor Polisi
15
15. Saya yang Akan Menikahinya
16
16. Ini Perintah
17
17. Terlalu Tampan
18
18. Beri Aku Waktu
19
19. Untuk Menerima, Duhai ... Alangkah Beratnya!
20
20. Abang Akan Selalu Ada untukmu, Qi ....
21
21. Lamaran
22
22. Lamaran 2
23
23. Selamat, ya, Qi!
24
24. Rencana Kejutan untuk Qia
25
25. Bughatti Chiron Milik Siapa?
26
26. Diterima atau Ditolak?
27
27. Pertikaian di Tengah Lamaran
28
28. Tolong Pahami Posisi Saya
29
29. Ditodong
30
30. Bagaimanapun, Ia Harus Tahu
31
31. Interogasi
32
32. Besok Kita Menikah
33
33. Siapa Sebenarnya Dia?
34
34. Rahasia Gaun Pengantin
35
35. Apa Ini Ada Hubungannya dengan Papa?
36
36. Bagaimana denganku?
37
37. Penyerangan
38
38. Pesta Penyambutan
39
39. Baiklah, Mari Kita Mulai Acaranya
40
40. Mengapa Semua Memanggil Bos?
41
41. Masyaallah, Cantiknya!
42
43. Pencarian
43
43. Sama-Sama Preman
44
44. Sepertinya Tidak Terkenal?
45
45. Pindah Rumah
46
46. Di Mana Flashdisk Itu?
47
47. Lo Ngompol?
48
48. Tambah Curiga
49
49. Kamu Godain Kakak?
50
50. Tanpa Judul
51
51. Bingung
52
52. Misi Baru
53
53. Jangan Pura-Pura
54
54. Siapa Berani Mengacak-acak Rumah Satrio?
55
55. Salah Paham
56
56. Inikah Jurus untuk Memikat Wanita?
57
57. Kakak Bos Mafia?
58
58. Tamu Istimewa
59
59. Gimana Kalau Menjadi yang Kedua?
60
60. Tidak Nyaman
61
61. Kalau Itu, Sih, Biar Tambah Sayang!
62
62. Cemburu
63
63. Harusnya Kutunggu Jandanya?
64
64. Melawan Arus
65
65. Siasat Laki-Laki
66
66. Berkhalwat di Dunia Maya
67
67. Aku Merasa Dia Seperti Pujangga
68
68. Kejutan 1
69
69. Kejutan 2
70
70. Sang Kuli Tinta
71
71. Tertembak
72
72. Awas Kena Gampar
73
73. Mereka Kakak Kita
74
74. Kesal
75
75. Bisa Membungkam Pelakor Ternyata Cukup Menyenangkan
76
76. Kemilau Senja
77
77. Tempat yang Paling Berbahaya adalah Tempat yang Paling Aman
78
78. Diam Berarti Iya
79
79. Memang Susah Kalau yang Berbicara adalah Cinta
80
80. Ada yang Main-Main Sama Kita
81
81. Ditodong Lagi
82
82. Qia Takut, Kak!
83
83. Semua Karena Anita 1
84
84. Semua Karena Anita 2
85
85. Matanya Itu
86
86. Maafkan Qia, Kak!
87
87. Pancaroba Cinta 1
88
88. Pancaroba Cinta 2
89
89. Jalan yang Kupilih 1
90
90. Jalan yang Kupilih 2
91
91. Jalan yang Kupilih 3
92
Pengumuman
93
92. Sahabat Pena
94
93. Kamu Bisa
95
94. Masih tentang Kemilau Senja
96
95. Undangan Makan Malam
97
96. Dokter Irena
98
97. Saat Kotak Pandora Terbuka
99
98. Aluna, Irena, dan Qia
100
99. Belahan jiwa
101
100. Pengakuan Anita
102
101. GLUK
103
102. Aku Percaya Sepenuhnya
104
103. Pesan dari Prasetyo
105
104. Main Petak Umpet
106
105. Framing
107
106. Framing 2
108
108. Konspirasi 1
109
109. Ternyata Dia Orangnya
110
110. Kehilangan Jejak
111
111. Akhirnya sampai juga
112
112. Tanpa Judul
113
113
114
114. Penyamaran
115
115. Tertangkap
116
116. Mengalah untuk Menang 1
117
117. Sang Idola 1
118
118. Sang Idola 2
119
119
120
120
121
121
122
122
123
123
124
124
125
125
126
126
127
127
128
128
129
129
130
130
131
131
132
132
133
133
134
135
135
136
136
137
137
138
138
139
139
140
140
141
141
142
142
143

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!