bab 2

Hari hari pun terasa damai di rumah sendiri dan tak terasa aku menempati rumahku sudah satu tahun. Tiap hari aku selalu membawakan makan siang buat suami di kantornya dan pulang dari sana aku punya waktu membuatkan kue kesukaannya. Aku benar benar manjakan suamiku dengan masakanku. Sejak memutuskan berhenti kerja aku belajar masak,dari masakan biasa dan masak berbagai macam kue.

Untuk mengusir sepi ku di rumah aku mencoba membuka warung kecil kecilan depan rumah,yang menyajikan keperluan pokok dan sayur sayuran. Semua ini juga atas persetujuan bang Ardi. Aku bersyukur karena pindah agak jauh dari rumah ibu jadi dia tidak selalu datang merecoki ku.

" hari ini aku pulang telat jadi kamu tidak usah menungguku dan tidak masak buatku ya. Aki sekalian mau singgah jenguk ibu." ucap bang Ardi.

Aku pun hanya mengiyakan saja tanpa aku tau kalau awal petaka menghadang rumah tanggaku.

Sejak dari rumah ibunya suamiku kini berubah banyak diam,tiap ku tanya ada masalah apa selalu menghindar. Mungkin dia terlalu capek di kantor.

" bang,sudah lama aku tidak ke kantor,ntar aku bawain makan siang ya." ucapku padanya.

" tidak usah,hari ini aku akan makan siang di luar bersama klien." jawabnya tampak acuh.

"Bang,apa aku ada salah sama kamu bang?" tanyaku pelan mencoba mencari tau penyebab dia dingin dan cuek akhir akhir ini.

"Tidak ada apa kok sayang,aku cuma banyak sekali kerjaan. Aku berangkat sekarang ya." ucapnya berlalu. Padahal niatku mau minta uang bulanan karena sudah dua bulan ini dia tidak memberi aku nafkah. Sejak aku jualan dia tidak terlalu peduli.

" Rani,melamun aja nih mbak." ucap bu Widia tetangga sebelah.

" eh bu Widia,mau belanja apa lagi nih?" ucapku.

" biasalah,telur sama gula juga minyak." aku memberikan belanjaannya. Setelah bu Widia pergi aku merasa sepi,akhir akhir ini aku juga merasakan perasaan yang sedikit gelisah dengan sikap suamiku. Apakah ini firasat atau bagaimana aku merasa dia ada yang lain. Aku pun niat mengunjungi dia di kantor saja tapi dia tadi bilang ada pertemuan di luar kantor. Ya sudah besok saja aku datang.

Saat malam pun tiba,seperti biasa suamiku cuek,jarang bercerita kayak dulu. Aku pun segera berbaring mencoba tidur. Namun tak berselang aku tertidur Ardi bangun dia ke balkon kamar menelpon seseorang.

" dia sudah tidur,ibu tenang aja." katanya,dengan siapa dia bicara? Aku pun mencoba mendengar lagi ternyata bicara sama ibu,tapi kenapa harus sembunyi sembunyi,ataukah ada yang tidak boleh aku tau. Aku pun putuskan menguping.

" iyya bu,aku sudah tidak pernah menafkahi dia. Sesuai yang ibu minta semua uangku kan sudah aku kasi ibu." ya Allah sesak dadaku jadi selama ini dia menuruti kemauan ibunya untuk tidak menafkahi ku. Pantas juga dia tidak makan di rumah lagi. Kenapa kalian tega sama aku?

" iyya ibu yang atur saja kapan waktunya,aku pasti usahain buat datang." mau kemana mereka,apa yang ibu atur. Aku pun semakin penasaran yang direncanakan ibu sama suamiku. Ini harus ku selidiki. Dan tak lama kemudian dia masuk kembali dan berbaring,aku oun kembali terlelap.

Besoknya aku terbangun seolah tidak tau apa apa,aku melakukan rutinitas pagiku,dapur dan bersih bersih. Saat dia pun keluar kamar aku ajak bicara sambil sarapan.

" bang,sudah dua bulan kok aku tidak dikasi uang belanja,itu warung sepi sekarang karena hasilnya dipake terus,." ucapku.

" kamu pakai itu ajalah,makanya aku tidak kasi kamu uang kan ada hasil warung,lah itu warung kan aku juga yang isi." ucapnya membuatku melongo.

" baiklah kalau abang tidak mau kasi aku uang lagi,aku tidak akan cuci baju abang lagi tidak masak buat abang lagi." ancam ku cemberut karena biasanya saat begitu dia akan luluh,tapi ini dia diam dan berlalu.

" abang kenapa sekarang gak sayang ma Rani lagi,kenapa abang berubah akhir akhir ini?" tanyaku dengan suara serak.

" makanya kamu cepat hamil dong." ucapnya membuat jantungku terasa berhenti,memangnya saat kita mau hamil langsung hamil. Air mata pun akhirnya menetes membasahi pipi,aku sudah tidak mengenal suamiku lagi.

" bang,tega kamu bang bicara begitu sama aku. Ayo kita ke dokter periksakan kesuburan,jangan hanya aku yang selalu disalahkan." teriakku depannya. Aku sudah cukup diam dan sabar selama ini sejak dia dari menemui ibunya dia berubah.

" kamu saja yang ke dokter,karena kata ibu aku tuh sehat,tidak tau kalau kamu." ucapnya membuatku semakin meradang. Selalu kata ibunya. Aku memilih diam saja dan dia berlalu pergi kekantor.

Mungkin kalau aku kerja kembali akan lebih baik. Aku pun menghubungi sepupuku.

" halo Ran,tumben kamu ingat aku,ada apa?" tanya David kakak sepupuku.

" kak,aku butuh kerjaan." ucapku pada David.

" apa suami kamu ngizinin kamu kerja,baiknya kamu jangan kerja dulu. Apa ada masalah?" tanyanya lagi,ya David mang sangat tau akan diriku,hanya dia yang selama ini mengerti tentangku. Dialah tempatku berbagi keluh kesah selama ini,akhirnya aku pun menceritakan semua perlakuan mertuaku dan sikap suamiku yang berubah akhir akhir ini padaku.

" atau aku selidiki dulu tentang suamimu,aku akan suruh Dicky mengikuti kemana suami kamu pergi,kalau dia ada main serong maka aku akan membawa kamu pergi darinya. " ucapnya.

" iyya kak,sikapnya berubah sekali,bahkan aku sudah tidak dinafkahi selama 2 bulan ini."

" ya udah aku akan menghubungi Dicky dulu,kan sudah ku bilang dulu jangan cepat ambil keputusan dan menikah sama dia,padahal Rasya jauh lebih baik dari dia."

" kenapa bawa bawa Rasya sih kak,dia kan masa lalu. Udah ah jangan bahas itu lagi, mending sekarang bantuin aku selidiki suamiku." perintahku yang kemudian di iyakan ma kak David. Semakin hari semakin jarang pulang saja bang Ardi,setiap ku tanya dia dimana selalu sama ibunya,apa yang ibunya bilang selalu dia turuti. Kini dia seperti dalam kendali ibu mertuaku. Miris sekali kini hidupku,sudah pisah rumah agak jauh dari rumah mertua namun ternyata masih bisa dijangkau,memang tidak datang langsung namun sang suami yang selalu dipaksa kesana. Aku oun sedih karena belum juga dikaruniai anak,mungkin ini penyebabnya bang Ardi berubah. Baiknya aku periksakan diri ke dokter saja besok,semoga saja semuanya sehat agar aku bisa program hamil. Aku akan menceritakan pada bang Ardi u tuk ikut program hamil agar kami cepat dapat momongan.

Aku harus secepatnya program hamil agar bang Ardi kembali baik seperti dulu lagi padaku.

# maaf ya untuk beberapa hari updatenya tidak terjadwal,aku sesuaikan sama kesehatan saja

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!