Konfigurasi

Masa itu adalah masanya kekacauan. Peperangan terjadi tiada hentinya, kejahatan terjadi dimana-mana tidak pandang bulu. Pengkhianatan, penistaan, dan pembantaian.

Geo melihat semuanya dengan mata kepalanya sendiri. Orang-orangnya dibantai habis, darah menodai matanya. Orang tersayangnya di fitnah dan dibakar hidup-hidup didepan matanya. Kerajaan hancur berantakan, kerajaannya yang damai dan tentram yang selalu ia mimpikan hancur, semuanya, semuanya hancur hanya menyisakan sang jiwa malang. Raja yang kelam namun disenangi semua orang, Raja yang suci namun telah dikotori namanya, Raja yang ingin hidup bersama dengan belahan hatinya namun mereka membakarnya, Raja yang....

Tok,tok...tok!

Geo bangkit membuka matanya dengan nafas terengah-engah dan tubuh yang bermandikan keringat, seperti dirinya sudah berlari mengitari lapangan tanpa henti. Ia melamun dengan Tatapan kosong seperti baru saja mengingat kejadian kelam yang ingin ia lupakan.

Tok,tok!

Lamunannya buyar ketika mendengar ketukan lagi di pintu kamarnya. Dia segera berdiri dan menghampirinya.

"Mamah sudah pulang?" Kata Geo sambil membuka pintunya. Namun yang ia lihat bukanlah ibunya, melainkan seorang gadis berambut pirang keemasan dengan mata berwarna hijau, hidung mancung, dan bibir yang pucat. Gadis itu mengenakan Hoodie abu dan rok berwarna abu juga.

"Lihatlah jam Geo Tetra..." Ucap gadis tersebut seperti kesal.

Geo menoleh kearah jam dinding dan melihat jarum kecilnya baru menunjukkan pukul 11 siang dimana ibunya tentu belum pulang jam segini.

"Uhh...Ally apa yang kamu lakukan disini?" Geo tahu nama gadis tersebut. Dia adalah allesia yang tinggal tidak jauh dari blok rumahnya.

Allesia asli keturunan Kanada dan pindah ke Indonesia saat umurnya 7 tahun. Mereka berdua berteman sejak saat itu dan hubungan mereka sudah sangat dekat seperti sahabat karena selalu satu sekolahan yang sama. Bahkan dilingkungan sekolah sering dirumorkan berpacaran padahal sama sekali tidak.

"Mamah tadi datang ke sekolah dan bilang kamu sedang sakit." Kata Allesia sambil berjalan kearah dapur dan menaruh bungkusan plastik diatas meja makan.

"Apa kamu bawa makanan?" Geo duduk dikursi dan sudah berniat untuk membuka bungkusan plastik tersebut namun segera ditepis oleh Allesia.

"Jangan menyentuhnya. Kamu bau keringat." Kata Allesia menutup hidungnya.

Geo mengendus pakaiannya dan benar sedikit tercium bau masam.

"Kemana kemarin?" Tanya Allesia berdiri diseberang meja sambil menatap Geo tajam. "Apa kamu tidak kasihan pada mamah hah?"

Geo mengerti kenapa Allesia sekarang memarahinya. Allesia sudah seperti keluarganya, bahkan Maisha sudah menganggap nya seperti anaknya.

"Aku tahu aku salah." Jawab Geo.

"Kalau tahu salah kenapa terus mengulanginya lagi?" Allesia mengerutkan keningnya dan nada suaranya meninggi. Ia berbalik badan membelakangi Geo.

"Ally aku sudah berjanji pada mamah jadi anak yang baik."

"Dan janjimu sudah tidak terhitung bohongnya." Tampik Allesia.

"Kalau tidak percaya kamu boleh melihat dan membandingkan sikapku selama seminggu kedepan."

"Itu berarti setelah seminggu kamu akan nakal lagi."

Geo menepuk keningnya. "Baiklah, kamu boleh melakukannya selamanya. Selamanya aku akan jadi lebih baik." Kata Geo kesal.

"Selamanya? Lalu bagaimana kalau kamu punya istri nanti? Tidak mungkin dong aku memperhatikan suami orang terus."

Geo menghela nafas menyerah adu bicara dengan Allesia.

Allesia terkekeh melihat Geo yang seketika lesu. "Sebenarnya mamah sudah menceritakannya padaku. Yah ku harap aku bisa melihat Geo yang dulu lagi." Ia memalingkan wajahnya sambil tersenyum dan berjalan kearah kompor.

Geo terpaku, sekilas dia seperti mengenal senyuman barusan. Senyuman yang manis nan cantik dan membekas di hati.

"Hei mandi sana. Aku akan menghangatkan makanannya." Suruh Allesia.

Geo langsung tersadar dari lamunannya. "Hah, oh." Wajahnya seperti orang kebingungan. Dia segera bangkit dan masuk kekamar mandi.

Sambil mandi dia terus memikirkannya. Tidak mungkin dia terkirim ke dunia ini juga. Batin Geo sambil menggelengkan kepala.

Selesai mandi Geo disuguhkan sarapan bubur ayam yang dibeli Allesia. Mereka berdua makan sambil mengobrol dan bercanda. Entah kenapa Geo merasakan keakraban denganya.

Setelah makan bubur, Allesia berbaring di sofa tua yang jumlahnya hanya ada dua dia ruangan utama.

Sedangkan Geo duduk di sofa satunya lagi. Mereka menyetel lagu dari band favoritnya yaitu The Beatles menggukan speaker mini milik Allesia yang sengaja disimpan di rumah Geo.

「Konfigurasi dimulai」

Geo terkejut karena tiba-tiba terdapat layar transparan di depannya. Apa ini? Batin Geo. Dia mencoba menyentuh layar tersebut dengan telunjuknya, tapi telunjuk Geo malah menembus layarnya.

"Ally apa kamu melihat ini?" Tanya Geo menunjuk layar tersebut.

"Lihat apa?" wajah Ally terlihat kebingungan, karena Geo menunjuk angin.

"Ini!" Kata Geo menunjuk persis layar didepan matanya. "Apa kamu benar tidak melihatnya?"

"Oh ayolah, kamu hanya menunjuk udara kosong. Jangan bikang kamu jadi berhalusinasi sekarang."

Geo mengucek matanya memastikan jika itu hanya halusinasinya saja atau bukan. Tapi layar tersebut tetap diam Disana. Dan sekarang layarnya malah menunjukkan persenan dari 1% tapi tidak bertambah-tambah.

"Sebentar aku kekamar dulu." Kata Geo ingin memastikannya lagi sendiri, dari pada terlihat seperti orang gila di depan Allesia.

"Jangan lupa bereskan kamarmu! Jangan menunggu mamah pulang untuk membereskan kamarmu." Kata Allesia.

"Iya-iya..." Geo bangkit meninggalkan Allesia yang masih tiduran di sofa.

Didalam kamar Geo segera menutup pintunya dan kembali menatap layar yang tidak hilang-hilang juga.

Geo sungguh tidak mengerti sedikitpun karena dilayarnya tidak ada keterangan sama sekali dan hanya persenan saja yang kini sudah bertambah menjadi 2%.

"Bagaimana cara menghilangkan ini?" Geo mengipas-kipas tangannya berusaha menghilangkan ya. Tapi itu tetap Disana. Benar-benar mengganggu penglihatannya.

"Ayo hilanglah...." Geo menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat. Tapi yang ada malah membuatnya pusing.

"Sialan cepat tutup!" Umpatnya kesal.

Layar tersebut menghilang dari pandanganya seketika. Geo melirik ke ke seluruh kamarnya dan layar tersebut sungguh tidak ada lagi.

"Hah....akhirnya," dia menghela nafas lega dan berpikir bagaimana dia bisa menghilangkannya. "Apa karena aku mengatakan tutup?"

Ia langsung terpikirkan sesuatu.

"Buka!" Serunya. Dan benar saja layar tersebut muncul kembali dan kini sudah sampai di angka 3%. Geo masih penasaran apa sebenarnya layar transparan tersebut tapi sepertinya dia harus menunggu hingga 100% untuk mengetahuinya.

"Tutup!" Kata Geo. Dia memperkirakan persenan nya akan penuh nanti malam. Sekarang dia tinggal menunggunya hingga malam tiba.

Geo segera beres-beres kamarnya. Dia memungut semua pakaian dan sampah yang berserakan dilantai, dan memasukannya kekeranjang. Dia sebenarnya tidak terbiasa membereskan kamarnya sendiri, karena di istana dulu banyak pelayan yang mengurusnya. Tapi sekarang sudah tidak ada mereka lagi, jadi dia harus mulai melakukan segalanya mandiri.

Setelah kamarnya bersih dan rapih, Geo kembali ke tempat Allesia dengan hanya mengenakan kaus lekbong putih dan celana pendek karena kegerahan setelah membereskan kamarnya yang sangat berantakan itu.

"Hahh...panas sekali." Desah Geo menyandarkan punggungnya di sandaran sofa.

"Geo apa handphone mu hilang?" Tanya Allesia.

"Kemarin aku di rampok sama preman. Handphone, dompet, dan semua uangku yang berharga mereka ambil." Jawab Geo. "Jangan kasih tahu mamah. Aku akan mencari uang untuk membeli handphone baru." Geo tahu handphone sangat berguna di masa kini. Selain bisa mengakses internet, dia juga bisa melakukan panggilan jarak jauh.

"Baiklah." Ally mengalihkan perhatiannya kelayar handphonenya lagi. "Oh ya, ngomong-ngomong apa kamu sudah dengar belakangan ini banyak orang hilang di kota ini?"

"Hilang kemana?"

"Entah, tapi teman-teman disekolah bilang mereka diculik oleh pembunuh yang kabur dari penjara. Petugas juga sekarang sering terlihat berpatroli." Jawab Allesia. "Makanya kemarin mamah sangat khawatir padamu. Mana aku telepon tidak diangkat-angkat"

"Emm aku akan hati-hati." Geo mengipas-ngipasi tubuhnya yang gerah menggunakan bagian bawah kausnya, karena dirumah mereka tidak memiliki kipas elektronik bahkan televisi.

Terpopuler

Comments

Eros Hariyadi

Eros Hariyadi

Lanjutkan Thor 😄💪👍👍👍

2023-05-14

1

Eros Hariyadi

Eros Hariyadi

Mendingan buka kausnya ajaahh...kalo panas...biar agak dinginan dikit, apalagi kalo si cewek ikutan buka bajunya... mantaabb tuuuhh... dijamin gak akan panas, malahan dingin jadinya... semilir angin berhembus....😝😄💪👍👍💪

2023-05-14

1

SDull

SDull

up thor

2023-04-13

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!