Maisha

Geo terdiam didepan rumah kecil nan sederhana tempat iya tinggal berdua dengan ibunya. Rumah mereka sangat berbeda dengan kedua rumah tetangga yang mengapitnya. Cat kusam dan mengelupas, atap yang terlihat mau roboh, pintu kayu dengan model kuno, dan pohon jambu kecil dihalaman yang selalu dirawat ibunya.

Entah sekarang pukul berapa, tapi nampaknya matahari sudah akan terbit kembali, dan hujan akan segera berhenti. Geo masih menggigil kedinginan dan kakinya gemetaran lemas setelah menempuh perjalanan kaki yang lumayan.

Ia sudah berdiri di depan pintu, bingung dan ragu untuk segera masuk kedalam atau mengetuk pintunya terlebih dahulu. Ia tidak punya orangtua di kehidupan sebelumnya, jadi ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa ketika melihat orangtuanya di kehidupan kali ini.

Perlahan Geo menyentuh gagang pintu besi dan menurunkannya. Cklek! Pintunya tidak dikunci. Mungkin ibunya sengaja tidak menguncinya jikalau Geo pulang tengah malam. Tapi tetap saja, seorang perempuan tidak mengunci pintu pada malam hari bisa membuatnya dalam bahaya.

Terdengar suara langkah kaki yang terburu-buru dari dalam rumah datang kearah pintu masuk.

Pintu itu ditarik dari dalam, dan telihatlah sosok wanita dengan rambut hitam pekat yang bergelombang. Mata coklat keemasan dan bibir merah muda alami. Dilihat darimana pun ia sangat cantik, meski kantung mata menghiasi wajahnya. Ibunya ternyata sangat cantik. Jika ada di jamannya dahulu, mungkin sudah sekelas dengan ratu-ratu dari kerajaan.

Geo tiba-tiba saja memeluknya, meski dia tidak berniat seperti itu, tapi tubuhnya seperti berkehendak sendiri, bahkan ia tidak bisa menahan air mata yang mulai tergenang di kelopak matanya. Hangat dan nyaman. Jadi seperti itu perasaan ketika memeluk orangtua kandung.

"Maafkan aku mah," Kata Geo dengan suara serak. "Maaf aku sudah berbicara kasar pada mamah tadi pagi, aku juga minta maaf sudah jadi anak yang nakal dan tidak menuruti perkataan mamah—"

Geo tidak bisa menahan air matanya lagi dan akhirnya tumpah. Ia mengingat sebagaimana dirinya sudah menyusahkan ibunya, ia juga tahu ibunya bekerja banting tulang dan mengambil pekerjaan serabutan untuk membiayainya. Tapi dirinya malah menyia-nyiakan kerja keras dan harapan orang tuanya itu.

"Geo sayangku, mamah tidak pernah meminta permintaan maaf darimu. Mamahlah yang bersalah karena tidak bisa memenuhi semua kebutuhanmu, mamah tidak bisa membuat kita hidup mudah, mamah minta maaf tidak jika tidak bisa menjadi sekaligus sosok ayah untukmu." Maisha menepuk-nepuk punggung Geo dan mengelus halus rambutnya, lalu ia mengecup dan meraba pipi lebam Geo sambil menatap matanya. "Apa kamu habis berkelahi lagi?" Tanyanya dengan raut wajah sedih dan nada yang lirih.

Geo menunduk tidak menjawab karena tidak tega jika setiap hari ibunya harus melihatnya penuh luka habis perkelahian seperti saat ini. Sudah terlalu sering dia pulang dalam keadaan hancur dan tidak ingin membuat hati ibunya juga hancur.

"Apa kamu sudah makan?" Tanya Maisha mengalihkan pembicaraan dan dijawab gelengan kepala oleh Geo. "Mamah akan membuatkan mu nasi goreng, sebaiknya kamu cepat ganti pakaian basahmu dan kenakan jaket hangat biar gak demam." Maisha nampaknya menyadari tubuh Geo yang menggigil kedinginan.

Geo menganggukkan kepala lalu melangkahkan kakinya kearah kamar mandi sementara Maisha menutup pintu rumahnya kembali.

Didalam rumah yang hanya terdiri dari ruang tengah kecil, dua kamar tidur, satu kamar mandi, dan satu dapur itu, Geo tidak memerlukan terlalu banyak langkah untuk mengitari semuanya. Berbeda seperti di istana dahulu yang butuh sedikit usaha dari kamar tidurnya untuk sampai ke ruang makan.

Setelah membersihkan tubuhnya, Geo masuk kekamarnya yang sempit dan sedikit berantakan. Ia melihat kearah cermin di lemari memperhatikan wajahnya yang ternyata cukup tampan. Ia tidak tahu sosok ayahnya seperti apa, tapi wajahnya pasti turunan dari ibunya yang sangat cantik.

Geo juga memperhatikan tubuhnya, dia merasa seperti sangat berbeda. Tubuhnya kini terlalu kurus berbeda dengan dulu yang kekar dan berisi. Tapi sekarang dia bisa dibilang cukup tinggi untuk umur remaja 17 tahun.

Tiba-tiba dia mencium aroma harum masakan yang membuat perutnya semakin keroncongan. Ia segera memakai kaus dan dilapisi jaket lagi supaya hangat, lalu memakai celana olahraga sekolahnya. Tergesa-gesa ia keluar dari kamar tidak sabar menyantap masakan ibunya yang pasti sangat enak.

"Duduk dulu, tunggu sebentar." Kata Maisha.

Geo duduk di depan meja makan persegi dengan 3 kursi yang mengelilingi meja tersebut. Dia memperhatikan ibunya yang sedang memasak mengenakan kaus berbalut kardigan rajut berwarna abu yang kusam. Geo berpikir memangnya pakaian seperti itu bisa menangkal udara dingin?

"Makanlah yang banyak, mamah mau mengambil obat dulu buat lukamu." Maisha menyajikan sepiring nasi goreng kecap dengan sayuran lalu pergi meninggalkannya. Aroma dan penampilan yang menggiurkan membuat Geo segera melahapnya dengan rakus saking enaknya. Kenapa koki di istana dahulu tidak ada yang membuat makanan seenak ini.

Karena terlalu cepat menyantapnya, membuat dia tersedak dan batuk berulang kali.

"Jangan terburu-buru, jadi tersedak kan." Maisha menyodorkan segelas air putih pada Geo yang langsung di teguk nya.

Maisha duduk di kursi di samping Geo dan menaruh kotak P3K di atas meja. "Sambil mamah obati yah?" Kata Maisha.

Geo mangangguk menjawab, "Masakan mamah terlalu enak. Seperti masakan koki di hotel bintang lima."

"Memangnya kamu pernah makan di hotel bintang lima?"

"Belum...hehe."

Maisha menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Senyumannya tertangkap oleh mata Geo. Cantik, sangat cantik. Kenapa ayahnya meninggalkan wanita secantik ini.

Selesai makan dengan perut yang terisi penuh dan luka diwajah yang sudah di oleskan obat serta ditutup plester, sekarang Geo merasa sangat ngantuk. Tapi melihat jam di dinding menunjukan pukul 5 dini hari dimana ia harus segera bersiap untuk sekolah.

"Hari ini kamu istirat dulu aja dirumah, tidak perlu pergi ke sekolah. Mamah nanti akan mengabari sekolah sekalian berangkat kerja." Ujar Maisha.

Entah kenapa Geo juga merasa tidak tega. Ia tahu ibunya juga belum tidur dari kemarin karena mengkhawatirkan dirinya, ditambah lagi mata pandanya tidak bisa berbohong.

"Mamah juga sebaiknya jangan pergi kerja dulu." Kata Geo memagang tangan ibunya.

Maisha tersenyum. "Mamah baik-baik saja. Lagi pula bos mamah akan marah kalau mamah bolos sehari saja."

Senyumannya yang letih membuat jiwa seorang anak didalam Geo seperti tergoyahkan.

"Mamah berhenti bekerja saja, biar Geo yang kerja. Geo tidak tega melihat mamah kelelahan setiap hari mencari uang."

"Jangan konyol. Bagaimana dengan sekolahmu jika kamu bekerja."

"Geo bisa berhenti sekolah." Genggaman tangan Geo semakin kencang.

"Kamu kelelahan jadi asal bicara seperti ini."

"Geo serius mah. Dengan tubuh Geo yang sehat, Geo masih bisa mencari pekerjaan."

"Cukup Geo!" Maisha melepaskan genggaman tangan Geo. "Cepat pergi ke kamarmu!" Suruhnya.

Geo menunduk sebentar, lalu bangkit dari kursinya dan berjalan meninggalkan ibunya. Sebelum melangkahkan kakinya ke kamar, ia melihat ibunya membereskan meja dengan tatapan kosong seperti sedang banyak banyak pikiran.

Geo menjatuhkan tubuhnya di kasur kecil yang tidak terlalu tebal berbaring telentang.

Dia berpikir jika saja dirinya memiliki kekayaan dan kekuasaan di kehidupan sebelumnya, ia ingin memberikan semua hartanya untuk ibunya dan membuatnya hidup dalam kemewahan serta kenyamanan.

Jika di dunianya dahulu kekuatan yang terpenting, sedangkan di dunia saat ini kekuasaan serta uang tidak kalah pentingnya. Kekuatan menjamin keamanan, kekuasaan menjamin kenyamanan, dan keuangan menjamin kehidupan.

"Bagaimana caranya agar cepat menghasilkan uang didunia ini?" Pikir Geo sambil menatap langit-langit putih kecoklatan karena sudah tua. Dia terus berpikir sampai tertidur dengan sendirinya karena terlalu kelelahan.

Terlalu banyak perubahan di dunianya saat ini. Dulu ia menghasilkan uang sangat mudah, yaitu dari pajak kerajaannya. Sedangkan sekarang ia bingung untuk menghasilkan uang dengan cepat dan banyak sekaligus. Ditambah lagi dia masih duduk di kelas 2 SMA dan butuh 1 setengah tahun lagi untuk lulus.

Sebuah kristal bercahaya tiba-tiba muncul diatas dada Geo. Kristal itu memancarkan cahaya putih yang sangat terang lalu turun perlahan pada dadanya Geo. Kristal itu menembusnya hingga tidak terlihat lagi seperti tertelan kedalam tubuhnya. Dan anehnya Geo tetap tertidur pulas tidak menyadari hal tersebut.

Terpopuler

Comments

Eros Hariyadi

Eros Hariyadi

Lanjutkan Thor 😄💪👍👍👍

2023-05-14

0

Eros Hariyadi

Eros Hariyadi

Kristal apaan tuuuhh yang masuk kedalam tubuh Geo selagi masih tidur, sistem kaleee... yaaakk 🤔🙄😝😄💪👍👍👍

2023-05-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!