Hari ini adalah hari dimana Geo kembali ke sekolah. Dia berangkat jalan kaki bersama Allesia karena jarak sekolah tidak terlalu jauh.
Mereka berdua sebenarnya jarang berangkat bersama-sama, tapi tadi pagi-pagi sekali Allesia sudah ada dirumah Geo katanya sebagai pengamatan yang Geo katakan kemarin.
Geo mengenakan tas lamanya karena tasnya yang terbaru diambil preman-preman pada malam itu. Dia juga tidak lupa membawa koin emas yang didapatnya kemarin disimpan dalam selipan buku pelajaran agar tidak hilang. Ia berencana akan menukarnya di toko emas sepulang sekolah.
Setibanya di sekolah, orang-orang menatapnya dengan tatapan aneh dan seperti ingin memberi jarak padanya. Sedangkan ketika melihat Allesia mereka malah terlihat berbunga-bunga. Tidak heran, karena Allesia bisa dibilang sangat populer dikalangan murid maupun para guru.
"Apa aku terlihat aneh Ally?" Tanya Geo masih berjalan disamping Allesia.
"Tidak. Mereka hanya merasa aneh saja kamu datang sepagi ini, karena biasanya kamu selalu kesiangan." Jawab Allesia.
"Cih dasar orang-orang aneh. Apa salahnya aku tidak kesiangan."
Geo Dan Allesia duduk dikelas yang berbeda, tapi kelas mereka dilantai 2 tetap bersebelahan.
"Baiklah aku masuk kelas duluan," Kata Allesia sudah sampai didepan pintu ruangan kelasnya. "Ingat jangan buat masalah lagi." Tekannya.
"Ya ya baiklah, aku tahu." Geo meninggalkan Allesia.
Ia juga sampai didepan kelasnya. Ketika membuka pintunya, semua orang dalam kelas tertuju padanya dan semuanya hening seketika seperti melihat hantu. Geo tidak menggubrisnya, dia berjalan ke barisan bangku paling belakang dimana para murid laki-laki sedang berkumpul seperti sedang mendiskusikan sesuatu.
Tanpa basa-basi, Geo langsung duduk di bangkunya tanpa mempedulikan teman-teman sekelasnya yang masih bergeming. Dia kemudian mendengar seseorang yang berbisik-bisik, "Aneh Geo sekarang terlihat lebih tenang." Katanya tanpa tahu Geo dapat mendengarnya.
"Baiklah ini mulai menyebalkan. Kalian lakukan saja kegiatan kalian dan anggap saja aku tidak ada disini." Kata Geo cukup lantang. Mereka saling tatap menatap dan akhirnya kembali ke kegiatan mereka lagi.
Seorang murid laki-laki dengan tubuh terbilang cukup gemuk terlihat baru datang kekelas. Dia berjalan kearah bangku Geo, ternyata dia teman sebangkunya. Mereka duduk bersebelahan.
Geo ingat namanya adalah Daniel, dan dia adalah seorang yang selalu meminjamkan buku catatan atau tugasnya pada Geo. Tiba-tiba saja dia mengeluarkan snack dari dalam tasnya berupa keripik kentang.
"Apa kau mau?" Tanya Daniel.
"Tidak terima kasih." Jawab Geo sama sekali tidak tertarik makan makanan ringan dipagi hari begini.
"Oh baiklah." Daniel membuka handphonenya dan memiringkan layarnya menonton sesuatu yang Geo tidak tahu. Semacam animasi tapi bahasanya terdengar seperti bahasa Jepang.
Mungkin Daniel satu-satunya yang tidak melihat Geo dengan tatapan aneh, yang ada malah Geo yang menatap Daniel aneh.
Geo menguap ngantuk karena semalam hanya tidur sebentar, selain itu tubuhnya masih terasa pegal-pegal. Rasanya ia ingin cepat-cepat pulang dan berbaring dikasur.
Bel pertama berbunyi, dan pelajaran pertama dimulai hingga pukul setengah 11 untuk istirahat. Selama pelajaran Geo hanya mendengarkan dengan tenang meskipun dapat merasakan tatapan guru dan teman-teman sekelasnya yang menatap dirinya heran.
"Geo!" Panggil Allesia yang datang kekelasnya dan berjalan menghampirinya. "Hai Daniel." Dia menyapa Daniel disebelah Geo yang kembali sibuk dengan layar handphonenya dan makanan ringannya.
"Hai Allesia." Jawab Daniel masih fokus pada layar handphonenya.
"Kamu mau kekantin gak?" Tanya Allesia.
"Kamu saja, aku tidak punya uang." Kata Geo. Ia sebenarnya punya, tapi uang tersebut akan dipakainya untuk ongkos ke toko emas pulang sekolah nanti.
"Aku traktir," Ujar Allesia. "Sebagai rangka kembalinya Geo dahulu yang aku kenal."
"Uhh baiklah..." Dengan terpaksa Geo menerimanya. Ia berdiri dan langsung ditarik tangannya Oleh Allesia.
Sekarang tatapan semua orang semakin tajam menatap dirinya, bahkan sepanjang koridorpun semua mata tertuju padanya yang bergandengan tangan dengan wanita poupuler di sekolah itu.
Semua bisikan dapat dirinya dengar. Ada yang iri, marah, tekesan, dan jijik. Ternyata Ally sepopuler ini. Batin Geo. Bagaimana tidak, perempuan dengan rambut pirang dan mata berwarna hijau laut yang indah itu sudah pasti mencuri hati setiap orang.
Selama disekolahkan tidak banyak yang terjadi dan berjalan seperti biasanya. Pukul jam 2 siang bel pulang berbunyi. Allesia mengajak Geo pulang bareng, tapi Geo menolaknya meskipun harus dengan alasan yang tidak masuk akal. Allesia juga mengancam kalau sampai Geo membuat masalah lagi diluar, dia tidak akan pernah bicara lagi dengannya.
Geo hanya mengiyakannya saja, karena memang dia hanya mau menjual emas saja.
.
.
.
.
.
Setelah beberapa lama berkeliling, Geo akhirnya menemukan sebuah toko emas yang menjual perhiasan. Langsung saja dia bertanya pada orang yang menjaga tokonya.
"Apa disini bisa menjual emas?" Tanya Geo. Dan penjaga toko itu menatapnya dengan curiga.
"Biar kulihat dulu."
Geo mengeluarkan kepingan emasnya. Orang tersebut nampak terkejut karena kiranya Geo hanya akan menjual perhiasan biasa. Dia menatap emas itu teliti lalu kembali melihat kearah Geo seperti tidak percaya.
"Bagaimana, apa kau mau membelinya?"
"Tunggu, aku harus memeriksa keasliannya dahulu."
"Baiklah cepat." Kata Geo, dan orang itupun membawa koin emas tersebut kesebuah ruangan dengan tirai hijau.
Setelah 5 menit, orang itu kembali dengan wajah seperti baru mendapatkan undian sebuah kapal pesiar.
"Darimana kau mendapatkan ini?" Tanyanya.
"Apa aku harus memberitahunya padamu? Cepatlah mau kau beli atau tidak. Kalau tidak aku akan membawanya ke toko lain." Desak Geo kesal karena daritadi merasa dicurigai.
"Kau yakin ini tidak ilegal?" Tanya orang itu lagi.
"Itu peninggalan kakekku. Puas kau?" Seru Geo.
"Ohh warisan. Aku akan membayarmu 4 juta bagaimana?"
Geo sangat ingin menghajar wajahnya. Dia tadi sudah bertanya pada Daniel kalau harga emas pergramnya 900 ribu rupiah dan akan meningkat tergantung kemurniannya. Koin emas miliknya dia tahu sangat murni dan akan lebih dari 5 gram.
"Apa kau pikir sedang bicara dengan bocah 5 tahun? Aku tahu kau sedang menipuku. Katakan saja harga sebenarnya jangan membuang-buang waktuku."
"Lima juta."
"Naik lagi."
"Lima juta lima ratus?"
"Lagi."
"E-enam juta." Dia mengatakannya dengan ragu.
"Setuju!" Seru Geo menjabat tangannya. Dan tawar-menawar pun diakhiri.
Geo sekarang sudah mengantongi uang sebanyak 6 juta rupiah. Dia berpikir jika sehari bisa mendapatkan sebanyak itu, maka seminggu bisa dapat 42 juta rupiah jauh melebihi gaji kerja ibunya.
Tapi yang dia bingung kan bagaimana menjelaskan asal uang tersebut pada ibunya. Tidak mungkin dalam satu hari seorang siswa SMA bisa menghasilkan sebanyak itu.
Dia duduk di bangku sisi trotoar disinari cahaya matahari yang terik.
"Sementara ini sebaiknya aku tidak memberi tahu pada mamah soal uang ini." Gumamnya kemudian mengangkat kepalanya menatap matahari yang sangat menyilaukan mata. Dia berpikir saat ini mungkin ibunya sedang kelelahan bekerja memeras keringat untuk mencari nafkah.
Dirinya bukan lagi seorang raja yang punya kesatria untuk melindunginya, dan bukan seorang yang bisa memerintah dunia lagi. Dia harus bisa melindungi dirinya sendiri dan juga ibunya, mungkin kekuatan juga akan sangat dibutuhkan untuk kedepannya.
Dulu Geo terkenal karena gaya berpedangnya yang tidak tertebak namun juga elegan. Lawannya selalu melihatnya seperti kejutan dalam setiap ayunannya. Dia cepat, kuat, dan mudah memprediksi pergerakan musuh.
Geo bangkit dari bangkunya sambil menggendong ranselnya. Dia berencana membeli beberapa barang untuk mengganti dirumah yang sudah rusak atau cukup tua. Seperti kompor ibunya dan sepatu miliknya.
Ketika ibunya pulang ke rumah, dia terkejut melihat kompor yang baru. "Geo darimana kamu kompor baru ini?" Tanyanya.
"Geo dapat undian berhadiah tadi pulang sekolah. Geo juga tidak menyangka akan seberuntung itu." Jawab Geo meskipun merasa bersalah harus berbohong pada ibunya.
"Hebat sekali. Mamah senang punya kompor baru," Ucap Maisha tersenyum. "Kalau begitu biar mamah masakan makanan yang enak buat malam nanti."
"Masakan apapun , asal mamah yang memasaknya selalu luar biasa." Geo juga tersenyum melihat ibunya senang dan terlihat sangat bersemangat untuk memasak.
Geo harus segera mencari alasan darimana dia mendapatkan uang. Ia tidak bisa mengatakan pada orang lain bahwa Sebuah System membatunya, karena baru tadi pagi peringatan muncul dilayarnya. Itu mengatakan jika Geo membocorkannya maka System itu akan mati dengan sendirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Nadia Nadia
membeli*
2023-09-02
0
Eros Hariyadi
Lanjutkan Thor 😄💪👍👍👍🙏
2023-05-14
0
Eros Hariyadi
Hari ini naoa ga olahraga, apakah harus setiap malam hari... yaaakk 🤔🙄😠💪👍👍👍
2023-05-14
1