Diantar pulang oleh ka David

Tidak seperti biasanya, hari ini Winda bangun lebih awal bahkan Ia sedang bersolek di depan kaca.

Winda bahkan membawa Lip Gloss dan parfumnya ke sekolah.

Hari ini ia akan diantar pulang oleh kak David. Akhirnya Ayah memberikan izin untuk Winda diantar pulang oleh kak David, walaupun dengan perdebatan yang alot.

" Nggak! Buat apa kamu diantar sama kakak kelasmu itu ? kan ada Pak Asep yang bisa antar jemput kamu "

Winda tahu sekali Ayah akan berbicara seperti itu.

"Tapi kan Ayah bilang kalau umur Winda udah 17 tahun Winda boleh dekat sama lawan jenis"

Winda mengetuk-ngetukkan sendoknya ke piring makanannya.

" Siapa yang bilang begitu?! "

" Ih Ayah lupa, Ayah ngomong gitu waktu Aku masih SMP, ya kan Bu? "

Ibunya menarik nafas panjang sebelum mulai membela Winda." Iya Yah sudah biarin aja Winda diantar pulang sama temannya, toh dia sudah dewasa sekarang"

Winda senang Ibunya membelanya di depan Ayah.

Ayah memang galak, tapi selalu luluh dengan perkataan Ibu. Winda berharap kali ini Ayahnya juga akan luluh dengan perkataan Ibu dan memperbolehkan kak David mengantarkan Winda besok.

Sampai mereka selesai makan malam, Ayah belum juga menjawab pertanyaan Winda.

" Jadi bagaimana Ayah boleh kan besok teman Winda mengantarkan Winda pulang? "

" Memangnya kamu kenal dengan temanmu itu? Siapa namanya?"

" Dia kakak kelasku namanya Kak David, dia Kapten basket di sekolahku orangnya baik Ayah"

" Tahu dari mana dia baik?"

" Waktu Winda lagi orientasi di sekolah, Aku minta tanda tangan sama kak David. Dia baik nggak seperti kakak kelas yang lainnya"

Ayahnya mengganggu-ganggu mendengar ucapan Winda.

" Oke Ayah kasih kamu kepercayaan penuh, jadi jangan sekali-kali kamu kecewakan Ayah dan Ibu ya"

" Makasih Ayah, Winda sayang sekali sama Ayah" Winda memeluk ayahnya senang.

" Tapi jangan senang dulu, besok waktu David mengantarkanmu, suruh dia turun dan bertemu dengan ibu "

" Buat apa Ayah?"

" Biar Ibumu kenal sama kakak kelasmu itu, kamu kan masih muda belum bisa menilai orang lain, biar Ibu yang nilai Kakak kelasmu itu"

Wajah Winda yang semula ceria sekarang menjadi cemberut.

" Ya sudah jadi mau nggak nih diantar Kakak kelasnya? Ayah ngijinin kamu diantar David tapi syaratnya David harus ketemu sama ibumu, Jika dia orang baik Ayah yakin dia tidak akan keberatan dengan itu. percaya dia sama ayah "

Winda menimbang-nimbang pembicaraan dengan Ayahnya, tapi karena Winda sudah terlanjur mengiyakan ajakan Kak David besok akhirnya Winda menyetujui syarat dari ayah.

" Ingat ya Nak jaga kepercayaan kami "

" Iya Ayah"

Berkali kali Pak Asep melihat Winda dari spion. Tidak seperti biasanya hari ini nonanya itu berangkat lebih awal dari biasanya.

Bahkan Ia terlihat lebih riang dari biasanya. Sepanjang perjalanan dari rumah menuju sekolah Pak Asep melihat majikannya itu tidak berhenti tersenyum.

Sebelum turun Winda mengingatkan kembali kepada Pak Asep untuk tidak menjemputnya nanti.

" Siap Non"

Selama jam pelajaran berlangsung Winda terlihat gelisah, Ia ingin cepat-cepat jam pulang sekolah agar bisa bertemu dengan kak David.

Di jam istirahat, Kak David mengirimkan pesan kepada Winda

" Nanti jadikan pulang bareng? "

Winda senyum-senyum sendiri melihat isi pesannya.

" Iya jadi Kak nanti aku tunggu di kelas ya "

" Oke "

Mendekati jam pulang sekolah, perasaan Winda semakin tidak karuan.

Ia menjadi salah tingkah sendiri, teman sebangkunya Dania bahkan sampai mencoba menenangkannya.

" Udah tenang aja Win buset dari tadi resah bener "

" Sebentar lagi jam pulang sekolah Ni "

" Ya terus kenapa? " .

" Kok jantung gue rasanya ga karuan banget ya "

" Rileks aja kali Win "

Itu yang Winda coba sedari tadi, dia mencoba serileks mungkin tapi sekuat apapun Winda mencoba tetap saja ia tidak bisa tenang.

Bell sekolah berbunyi bertanda jam pelajaran sudah berakhir.

"Gue pulang dulu ya Sorry banget nih nggak bisa nungguin soalnya sopir Gue udah sampai, Good luck ya " Dania langsung keluar dari kelas meninggalkan Winda dengan beberapa teman lainnya.

Pandangan Winda tertuju pada jendela kelasnya Ia menunggu sosok Kak David di sana.

Sambil menunggu Kak David Ia menyemprotkan parfum ke bajunya dan memakai lip gloss.

Berkali-kali ia melihat wajahnya di kaca, walaupun sudah terlihat rapih tapi Winda masih merasa masih ada yang kurang.

Ketika Winda sudah melihat wajahnya di kaca, kak David menghampirinya." Hi Win "

Mendengar suara Kak David membuat Winda makin salah tingkah.

Padahal dari tadi ia sudah menanti waktu ini tapi tetap saja ketika Kak David datang jantungnya berdebar sangat kencang.

" Hai Kak, kita pulang sekarang? "

" Ayo Win "

Winda dan kak David berjalan berduaan menuju parkiran. Selama dalam perjalanan itu mereka tidak banyak berbicara.

" Oh iya Aku bonceng pakai motor nggak apa-apa? "

Seumur-umur Winda tidak pernah naik motor, karena kedua orang tuanya melarang Winda untuk naik kendaraan selain mobil dengan alasan keselamatan.

Tapi tentu saja ia tidak mungkin menolak Kak David karena alasan itu.

" Ia Nggak apa-apa kok Kak, santai saja"

Sesampainya di parkiran Winda terkejut melihat motor kak David yang besa dan tinggi.

Ia bahkan tidak tahu bagaimana cara naik ke motor itu.

David seperti paham dengan reaksi Winda

" Kamu baru pertama kali naik motor ini ya?" Wina mengangguk dengan wajahnya yang masih bingung.

" Udah nggak usah khawatir, nanti naiknya pelan-pelan aja pasti bisa kok" Ujar David sanbil memberikan helm kepada Winda.

Winda mencoba untuk naik ke atas motor Kak David. Berkali-kali ia mencoba sampai akhirnya bisa menaiki motor itu.

Jika tahu akan menaiki motor besar seperti ini, mungkin Winda akan membawa celana panjang.

Karena cukup sulit menggunakan rok dengan motor besar seperti ini.

Bukan hanya itu masalahnya, ternyata motor jenis CBR ini membuat orang yang dibonceng kebingungan untuk duduk.

Winda merasa selalu merosot dan bingung harus meletakkan tangannya di mana.

Mereka tidak banyak mengobrol di atas motor. Sesampainya di rumah, Winda mengajak Kak David untuk turun menemui ibunya.

Walaupun bingung David tetap mengikuti apa yang Winda inginkan.

David masuk ke dalam rumah Winda yang terlihat megah. Rumah dengan corak putih ini ditumbuhi banyak tanaman di depan rumahnya.

Jelas sekali ibunya Winda menyukai tanaman "Duduk dulu ya Kak, aku panggil Ibu dulu "

David mengangguk.

David memperhatikan ruang tamu yang di penuhi foto keluarga Winda.

Hanya dengan melihat foto saja ia tahu bahwa Winda adalah anak tunggal.

Di dinding dan di beberapa sudut, banyak foto-foto mereka di berbagai tempat dan negara.

" Halo David "

Terlihat seorang wanita berusia 40 tahun mengenakan baju warna coklat dan terlihat sangat cantik.

David jadi tahu dari mana kecantikan Winda berasal.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!