Di belahan bumi berbeda, seorang pria berwajah latin tengah tersenyum sinis. Setelah kegagalan anak buahnya, Dean Benicio bukannya marah dia malah terlihat begitu santai menghisap cerutu mahal miliknya. Gurkha His Majesty’s Reserve, itulah cerutu yang saat ini dihisap oleh Dean.
Rex sang asisten sedikit merasa heran. Biasanya Dean akan marah jika pekerjaannya diganggu. Tapi kali ini dia terlihat tenang dan santai.
" Apa kita akan membiarkan ini tuan?"
" Biarkan saja. Aku memang sengaja melakukan itu. Aku penasaran bagaimana reaksi King Black Wolf terhadap apa yang aku lakukan."
Dean tentu saja sengaja melakukan hal tersebut. Bagaimanapun dia tahu bahwa tanah air tidak bisa ditembus oleh kartel Magna Arbor. Bukannya tidak bisa tapi mereka memiliki peraturan tersendiri.
" Lalu setelah mengetahui reaksi K, apa yang akan Anda lakukan tuan?"
Dean hanya daim lalu tersenyum. Sungguh membuat Rex kebingungan dengan sikap tuan nya itu. Dean tentu saja terus akan memasuki tanah air bagaimanapun caranya. Ia ingin mengubah tradisi dan peraturan yang dibuat. Sekali lagi, tidak ada yang tidak bisa ia dapatkan.
" Salve soror mea (halo adik ku) bagaimana keadaan di sana?"
" Omnia est bonum ( semua baik). Kakak tidak perlu khawatir."
Dean Benicio tersenyum puas. Memasuki sebuah negara yang telah di klaim oleh sebuah organisasi mafia tentu saja tidak bisa terang-terangan. Rupanya Dean sudah membuat perencanaan yang matang. Ia mengirim orangnya jauh sebelum ia melakukan penyelundupan ini.
" Jangan selalu bermain. Ingat tugasmu."
" Tck, aku bukan lagi bocah kemarin sore. Aku tahu apa yang harus kulakukan."
Dean terkekeh geli. Rex yang sedari tadi melihat interaksi sang bos dalam panggilan telepon hanya bisa menggeleng pelan. Dean benar-benar mengirim adik nya untuk membuat jalannya menjadi mulus. Bahkan pria itu mengesampingkan resiko yang akan dialami sang adik.
" Jangan menatapku begitu Rex. Aku tahu apa yang kau pikirkan."
" Maaf tuan."
" Aku tidak akan mengumpankan adikku tanpa persiapan dan pengawalan."
Rex diam menundukkan kepalanya. Mungkin ia yang banyak berpikir. Tuannya itu tidak mungkin sembarangan dalam menyusun rencana. Masih dalam mode diam Rex sejenak melirik ke arah Dean. Tampak pria itu tengah menatap foto seseorang di dalam sebuah figura. Ia mengusap foto tersebut dengan lembut. Matanya nampak berembun namun Dean menyembunyikannya dengan begitu rapi.
" Mengapa kau harus pergi secepat ini?"
Rex yang mengetahui tuannya tengah dalam mode melow akhirnya memilih keluar meninggalkan ruangan dengan perlahan. Rex tahu betul sebenarnya pria kejam itu memiliki hati yang lembut. Tapi itu hanya berlaku kepada kekasihnya saja.
Dean pun kembali meletakkan foto tersebut ke meja kerjanya. Ia membuang nafasnya kasar. Ada rasa sesak yang menghimpit dadanya. Namun ia berusaha sekuat mungkin untuk menegapkan tubuhnya.
🍀🍀🍀
Elisa dan Olin tengah berkutat dengan tugas-tugas yang seabrek dari dosen mereka. Yang satu dosen killer dengan sejuta pesonanya meskipun sudah beristri. Dan, yang satu dosen cantik idola para mahasiswa yang baru saja sold out.
" Kenapa stok orang cakep udah pada abis ya," celetuk salah satu mahasiswa.
El yang mendengar hal tersebut hanya tersenyum simpul. Mereka tidak tahu saja, orang-orang cakep tersebut jika di rumah kelakuannya sangat absurd. Jadi percayalah penilaian mereka pasti akan berkurang banyak.
" Heh bocah buangan!"
Suara seorang gadis tiba-tiba menggema di ruangan kelas tersebut membuat seisi kelas memusatkan perhatiannya kepada gadis itu.
" Tck, pura-pura tuli lagi. Dasar anak payah."
Semua orang yang ada di dalam kelas itu menatap ke arah El. Rupanya gadis itu tengah meneriaki El. El yang tidak merasa pun hanya acuh sehingga membuat gadis itu geram bukan main.
Brakk!!
Gadis dengan dress selutut dan rambut panjang sepinggang itu menggebrak meja dimana El dan Olin duduk. Keduanya pun menghentikan aktivitas mereka. El langsung menatap tajam ke arah gadis tersebut.
" Maaf apa saya mengenal Anda?"
" Tck, jangan sok polos deh lo. Lo kan yang udah deketin cowok gue."
El membuang nafasnya kasar. Selama ini dia sama sekali tidak pernah dekat dengan pria, jadi bagaimana bisa dia tiba-tiba mendekati pria yang disebutkan gadis di depannya itu.
" Maaf saya tidak pernah kenal dengan kamu apalagi siapa tadi pacar kamu? Maaf nona saya benar-benar sedang sibuk sekarang. Jadi jangan membuat keributan di kelas kami."
Semua teman kelas Elisa melihat kagum dengan ketenangan El menghadapi gadis yang tidak tahu dari mana asalnya itu.
" Huh, kau benar-benar ya. Apa kalian tidak mengenalku. Aku Amber Swastika. Putri dari salah satu dewan direksi Universitas ini. Aku akan membuatmu menyesal sudah menganggu pacarku."
" Nona Amber yang terhormat. Yang pertama maaf saya baru mengenal Anda, dan yang kedua saya tidak mengenal pria yang anda sebutkan tadi."
" Amber cukup!!"
Seorang pria dengan tinggi sekitar 180an masuk ke dalam kelas Elisa. Semua mata menatap pria tersebut. Pria berwajah oriental itu benar-benar tampan terlebih kulitnya yang putih, manik mata hitam sungguh membuat nya semakin menambah daya tarik tersendiri.
" Wagelaseeh, gue yang cowok insecure gaes lihatnya," ucap salah satu mahasiswa di kelas itu.
" Yoi, kek nya Tuhan pas nyiptain dia lagi senyum makanya tuh orang bening pisan," imbuh yang lainnya.
Elisa membulatkan matanya dengan sempurna saat melihat pria yang baru datang tersebut. Bukan karena ketampanannya tapi karena dia mengenal pria tersebut. Namun sebisa mungkin Elisa mengontrol dirinya dan membuat ekspresi wajah penuh dengan ketenangan.
" Sayang kau datang?"
" Amber, stop beriskap itu di kampus. Aku sungguh tidak suka. Dan kau tidak perlu menganggu El."
" Edzar Faidan, kau membela wanita itu. Aku benar-benar kecewa."
Amber menghentakkan kakinya kesal lalu melangkah keluar. Gadis itu benar-benar marah dengan sang kekasih yang lebih membela wanita lain di depan dirinya.
" El maafkan Amber ya. Dia memang sesukanya sendiri. Aku harap kau tidak sakit hati dengan ucapannya. By the way, gimana kabarmu El?"
" Baik seperti yang kau lihat."
Tak ingin berbicara lebih lama dengan pria yang ada di depannya itu, El kembali sibuk dengan buku dan lapotopnya. Edzar menghembuskna nafasnya dnegan berat. Ia tahu, jika seperti itu berarti Elisa tidak ingin bicara lagi.
" Kebiasaan mu tidak berubah sama sekali El. Baiklah aku keluar dulu. Senang berjumpa denganmu lagi."
Edzar tersenyum, senyum yang membuatnya semakin tampan. Bahkan gadis-gadis di kelas El dibuat melting oleh senyum Edzar. Namun tidak bagi Elisa. Dia benar-benar acuh.
Edzar melenggang pergi meninggalkan ruang kelas Elisa dengan senyum yang tidak bisa di artikan.
" El, kamu kenal sama cowok ganteng itu?"
" Dia mantan seniorku dulu si SMA."
Olin memicingkan sebelah matanya, ia yakin Edzar bukan hanya sekedar mantan senior Elisa.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
siapa sih pacar nya...atau cuma ngaku² saja
2024-12-24
0
Sureni Adi
Jason kan kaka ipar dean benicio
2024-12-16
0
Yunerty Blessa
apakah mantan nya Elisa
2024-12-24
0