" Si, apakah Taya udah tidur? Bisa bicara sebentar. Kakak ipar aku pinjam Sisi sebentar ya."
Dika mengangguk dengan permintaan adik iparnya itu, lebih tepatnya saudara kembar Silvya. Dika yang memang hari ini jatah shift pagi tentu saja malam berada di rumah sehingga bisa bergantian menjaga Nataya.
" Kenapa Ar, sepertinya penting."
" Apa kau masih ingat Dean Benicio?"
Ar membawa Silvya ke kamarnya. Kini mereka mulai berbincang, dna hal yang pertama ditanyakan Ar adalah pria itu. Silvya tentu tahu siapa pria yang disebutkan Ar. Namun selama ini Wild Eagle tidak pernah bersinggungan dengan kartel Magna Arbor. Silvya kemudian mengangguk menjawab pertanyaan Arduino.
" Orang-orangnya sedang menuju kemari mereka mulai memasuki perairang kita."
" Apa tidak dicegat oleh pihak berwajib."
" Aku yakin mereka memanipulasi kedatangan. Dean Benicio bukan anak kemarin dalam perdagangan ilegal."
Silvya tentu setuju dengan ucapan Arduino. Dean bukanlah anak bau kencur di dunia bawah. Hal ini lah yang membuat segan. Ia khawatir apa yang akan mereka lakukan terhadap orang-orang Dean akan menimbulkan akibat kedepannya nanti.
" Jadi apa keputusanmu tetap akan menghentikan Dean?"
" Tentu saja, aku sudah mengirim orang-orang ku ke sana."
" Kampret, lalu buat apa kamu nanya lagi Aaaar !"
Arduino hanya nyengir kuda melihat wajah kesal Silvya. Namun dalam hati Silvya merasa tenang karena Arduino mau membicarakan hal ini sebelumnya. Biasanya saudara kembarnya itu akan bertindak diam-diam.
" Apa kamu juga akan ke sana?"
" Tidak aku akan mengawasi dari sini. Tapi malam ini juga aku harus balik ke kota P."
" Secepat itu? Bahkan Nataya belum bermain denganmu."
" Tenang saja aku pasti tidak lama akan kembali, ada hal yang mengharuskan aku kembali soalnya."
Silvya memicingkan sebelah matanya. Ia menangkap sesuatu yang mencurigakan dari ucapan Arduino.
" Apa itu, jangan sok misterius. Awas kalau macem-macem."
" Nggak akan."
Arduino benar-benar meninggalkan kota J malam itu juga. Setelah berpamitan dengan Fatimah dan Harold ia langsung meluncur mengemudikan Jeep Wrangler JL berwarna grey miliknya dengan kecepatan penuh. Tentu saja melalui bantuan Drake sehingga lalu lintas yang ia lewati sangat lancar.
" Heh bocah, aku akan kembali nanti. Tunggu aku menagih hutang mu."
Arduino teringat kepada gadis yang ia tabrak tadi pagi. Sebenarnya ia hendak menemui hgadis itu akan tetapi Black Wolf membutuhkannya saat ini. Roki yang sedari tadi menghubungi ponsel Ar akhirnya diangkat juga panggilannya oleh Ar.
" Tck, berisik tau nggak Rok."
" Elaah bos, gimana udah otewe ke markas belum?"
" Lagi di jalan. Lu sih kenapa nggak kirim heli biar cepet."
" Udah malem bos takut ganggu orang dan memancing perhatian."
Arduino setuju kali ini dengan alasan Roki. Ia pun melajukan kendaraannya dengan lebih cepat agar bisa segera sampai di markas Black Wolf. Tidak dipungkiri kini pikirannya tertuju pada kedatangan anak buah Dean Benicio. Ia yakin Dean tidak bodoh dengan mengirim narkoba melalui kapal yang tanpa pengamanan.
Bahkan tadi dia menerim laporan dari Drake, Dean menggunakan kapal pesiar yang tentu di dalamnya terdapat banyak penumpang.
" Rupanya dia benar-benar sudah membuat persiapan yang sangat matang. Kali ini dia benar serius ingin masuk ke tanah air."
Ar harus memikirkan ulang membumi hanguskan kapal yang ditumpangi oleh anak buah Dean. Ia tidak mungkin mengorbankan warga sipil. Ar akhirnya menghubungi Roki untuk meng-hold serangan. Ia meminta Roki untuk membuat penjagaan di seluruh pelabuhan, dan langsung menangkap aktivitas pemindahan barang.
Ar yakin para turis yang ada di kapal feri itu tidak akan menepi. Mereka hanya akan melintas di perairan. Berarti bisa diambil kesimpulan bahwa akan ada transfer barang di tengah laut.
" Rok, awasi kapal yang ditumpangi Dean itu. Kau yakin mereka akan memindahkan barangnya di tengah laut. Sergap setelah berhasil dipindahkan."
" Siap King."
*
*
*
Di sebuah rumah minimalis seorang gadis masih berkutat dengan laptop miliknya. Tugas kuliah yang sangat banyak membuat Elisa memilih tinggal di rumah dan tidak ikut menginap di rumah kakak sepupunya bersama sang bunda.
Meskipun dosennya adalah kakak iparnya namun Pak Radi yang memiliki predikat dosen killer itu tentu saja tidak ada toleransi. Jangankan dia yang hanya adik ipar sepupu, dengan Hasna saja yang mempunyai predikat istri Radi tidak berbelas kasih.
" Hasih, tuh dosen herman gue, eh heran gue nggak sembuh gitu dari kekilerannya. Yasa, onty harap kamu jangan kayak ayahmu ya."
Elisa bermonolog sambil terus menatap layar laptop dan buku bergantian. Sesaat berlalu ponsel gadis itu tiba-tiba berdering. Ia pun segera mengangkatnya.
" Hallo,lind ... Olinda ... Hallo!"
" El, please help me. Aku ..."
" Lind, kenapa."
" Aku ada di market deket toko bungamu tapi aku lupa bawa uang."
" Kampret, ku pikir kau kenapa. Ya udah tunggu di situ."
Elisa membuang nafasnya kasar. Dia tadi sudah berpikiran buruk terhadap temannya itu. Ia khawatir Olinda kenapa-napa. Tapi rupanya sang teman hanya lupa membawa uang.
" Dasar temen lucknut."
" Sorry El."
Olin tersenyum simpul. Ia kemudian meraih tangan El dan menggandengnya dengan lembut. Olinda adalah satu-satunya temen El saat ia terpuruk setelah prahara rumah tangga kedua orang tuanya. Elisa yang tiba-tiba menarik diri dari teman-temannya tidak membuat Olin begitulah sapaan akrabnya itu diam saja.
Tadinya El juga enggan bercerita kepada gadis berwajah bule itu. Namun lambat laun sikap Olin yang ceria membuat El mau berbagi rasa hatinya. Kini keduanya berteman karib.
" Kamu ngapain sih jam segini keliaran."
" Tadi aku tuh pengen ke rumahmu. Tapi laper, pengen beli camilan tapi lupa bawa dompet ."
Olin nyengir kuda dan menampilkan deretan gigi-giginya yang putih. El hanya mendesahkan nafasnya pelan. Ia cukup tahu bagaimana random nya sang teman. Beruntung hari ini dia berada di rumah Jika tidak pasti Olin tidak akan tertolong.
" El, kamu udah jadi ngurus kartu mahasiswa mu yang ilang belum?"
" Belum, males ah. Gampang ntar aja."
" Jangan gitu, takutnya pas ujian semester kepake bingung loh kayak kemarin."
Elisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Bagaimana kartu mahasiswanya itu bisa hilnag sedangkan ia tidka pernah mengambilnya dari dompetnya. Elisa juga yakin dia tidak pernah kecopetan hingga ia mengingat sesuatu.
" Apa waktu tuh orang nolongin gue dia ngambil kartu mahasiswa gue ya. Tapi buat apa? Jangan-jangan tuh orang jahat. Sindikat penjualan manusia. Terus dia ngambil kartu mahasiswa gue buat sewaktu-waktu nyulik gue terus gue bakal di jual."
Pikiran Elisa sungguh berkelana kemana-mana. Dia mengingat kejadian saat seorang pria menolongnya waktu malam hujan lebat saat itu. Tapi jika benar apa yang dipikirkan, pasti dia sudah diculik dari kemarin-kemarin.
" Tapi masa iya ganteng gitu tukang culik?"
Elisa menggelengkan kepalanya perlahan. Meskipun sudah lewat berbulan-bulan tentu dia tidak bisa lupa dengan wajah tampan dan otot perut pria yang menolongnya itu.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
berarti Elisa juga mengakui Arduino tampan...apa lagi otot nya
2024-12-24
0
Yunerty Blessa
pasti mau ketemu dengan Elisa
2024-12-24
0
Yunerty Blessa
sudah bergerak baru diskusi 😂
2024-12-24
0