Sejak Abi mengungkapkan adanya pelanggaran yang dilakukan penyidik selama penyidikan, ia menjadi selebritis dadakan. Banyak orang yang menganggapnya sebagai pahlawan karena keberaniannya dalam mengungkap kebusukan beberapa oknum penegak hukum.
Kejadian itu juga menarik perhatian profesi advokat, khususnya karena kata-kata terakhir Abi yang terekam media. Banyak pengacara yang mengajukan diri untuk menjadi penasihat hukum bagi Abi. Bahkan, tidak sedikit yang menawarkan bantuan tanpa imbalan.
Memang, menurut kode etiknya, advokat dalam melakukan tugasnya tidak bertujuan semata-mata untuk memperoleh imbalan materi tetapi lebih mengutamakan tegaknya Hukum, Kebenaran dan Keadilan. Tapi motivasi sebagian dari mereka bukan itu. Ada hal lain yang lebih berharga yang akan mereka dapatkan jika berhasil membela Abi, yaitu popularitas. Prakteknya, banyak pengacara yang menggunakan citra diri untuk menarik klien, terutama dari kelas atas, dan rekam jejak dalam menangani kasus besar adalah salah satunya.
“Abimanyu Alexander! Ada tamu untukmu.”
Seorang petugas rutan memanggil nama Abi yang duduk termenung menahan kantuk. Sebagai penghuni baru, ia harus melewati masa ‘plonco’ di sana. Di malam pertamanya menginap di rutan, ia harus tidur di dekat pintu toilet.
Abi berdiri dan berjalan menuju pintu yang kuncinya sedang dibuka oleh petugas tersebut. Rekan sekamarnya melihat Abi pergi lalu melihat satu sama lain.
“Abimanyu Alexander? Sepertinya aku pernah mendengar nama itu,” kata salah satu dari mereka yang direspons dengan anggukan kecil dan penuh keraguan dari penghuni lainnya.
Sementara itu, Abi berjalan mengikuti langkah sang petugas. Akhirnya mereka sampai ke sebuah ruangan. Ia melihat tulisan ‘Ruang Kunjungan Penasehat Hukum’ tergantung di dekat pintu ruangan tersebut. Dari jendela Abi mengintip ke dalam. Seorang pria dengan setelan mewah sedang duduk menantikannya. Ia sudah bisa menebak siapa orang itu dan apa tujuannya datang membesuk.
“Selamat pagi, Pak Abi. Perkenalkan, saya Joseph Andi Pradinata dari firma hukum Joseph Catherine & Partners. Tujuan saya ke sini adalah -”
“Menurut Anda, apakah saya bersalah?”
Abi memotong perkenalan sang advokat dengan sebuah pertanyaan sederhana. Meski di awal sedikit bingung, sang advokat yang bernama panggilan Joseph itu tersenyum seakan sudah memiliki jawaban yang menurutnya cukup bagus.
“Dasar dari hubungan antara seorang pengacara dengan kliennya adalah kepercayaan. Perihal salah dan benarnya, itu ada di tahap selanjutnya. Dari kepercayaan yang Saudara berikan pada saya melalui pengakuan yang Saudara berikan, maka saya bisa menentukan apakah Saudara bersalah atau tidak. Tapi sebagai pengacara, saya berjanji akan menjadi pembela Saudara dalam setiap -”
“Jadi, saya bersalah atau tidak?”
Kembali Abi memotong ucapan pengacara Joseph. Belum sempat pria necis itu memberikan jawaban yang diinginkan, Abi sudah berdiri dan memberitahukan sipir kalau waktu kunjungan sudah selesai. Ia sudah tahu kalau si pria necis bukanlah pengacara yang dia cari.
Hari itu bukan hanya Joseph Andi Pradinata dari Joseph Catherine & Partners yang mendatanginya. Ada empat pengacara lain yang membesuknya untuk menawarkan jasa penasehat hukum. Namun, tidak ada satupun yang mencapai kesepakatan yang baik dengannya. Hampir semua terjerat di pertanyaan yang sama, yaitu tentang apakah Abi bersalah atau tidak.
“Hei, bukankah kau orang yang mengaku disiksa oleh polisi saat jumpa pers?” tanya seorang penghuni rutan yang sekamar dengan Abi. Namanya Tejo, tersangka kasus pencurian. Sudah lebih dari seminggu ia mendekam di tempat ini karena ia merupakan anggota komplotan pencurian terbesar di kota itu dan penyidik sedang berusaha mengorek sebanyak mungkin informasi darinya terkait komplotan tersebut.
Abi tidak langsung menjawab dan hanya memberikan tatapan dingin. Kemudian ia mengangguk.
“Wah, kau keren.”
Tanpa Abi duga, para penghuni kamar itu mendatanginya dan memberikan salah hangat. Mereka mengaku kagum dengan cara Abi mengungkap kebobrokan polisi. Sepertinya mereka juga memiliki dendam kesumat pada beberapa oknum aparat negara itu. Abi bahkan diberikan satu tempat untuk meletakkan kepalanya dengan nyaman. Sesuatu yang tidak ia dapatkan sepanjang malam tadi.
“Bukankah yang mengunjungimu sepanjang hari ini adalah pengacara?” tanya seorang penghuni rutan berkepala botak bernama Amran.
Abi kembali tidak langsung menjawab, melainkan menerawangkan pandangannya terlebih dulu, membuatnya terlihat semakin keren di mata para penghuni rutan lainnya.
“Aku belum menemukan pengacara yang benar-benar akan membelaku dengan serius,” ujar Abi. “Bahkan beberapa di antara mereka adalah kiriman dari pihak kepolisian.”
Semua orang yang mendengar perkataan Abi terkejut dan bertanya-tanya dari mana Abi bisa mengetahuinya. Untuk pertanyaan ini, Abi sama sekali tidak menjawabnya dan hanya tersenyum. Ia tidak melihat mereka akan mengerti meski ia menjelaskannya secara detail.
“Firasatku, sebentar lagi akan terjadi sesuatu yang membuat kasusku semakin rumit. Tapi aku tidak tahu seburuk apa itu. Hanya saja, pengacara yang tidak benar-benar membelaku akan menyusahkanku dan suatu saat justru akan menyerangku. Aku tidak butuh drama tambahan seperti itu. Aku benar-benar harus mengalahkan para bajingan yang menjebakku.”
Semua penghuni rutan yang mendengar semakin kagum dengan perkataan Abi yang membuatnya terlihat lebih kharismatik. Satu per satu dari mereka memberikan dukungan untuk Abi.
Tiba-tiba seorang penghuni rutan dari ruangan lain memanggil mereka dan menunjukkan siaran televisi. Sebuah berita tentang kebakaran hebat yang terjadi di salah satu rumah mewah. Terlihat situasi yang terekam, menunjukkan bagian dalam rumah yang sudah menjadi puing-puing sisa kebakaran.
Abi melihatnya dengan seksama. Meski belum pernah melihat bagian dalam rumah seperti itu, ia seperti punya firasat pernah mengunjungi tempat tersebut. Firasatnya terjawab ketika juru kamera menampilkan bagian depan rumah. Ia pernah ke rumah itu, namun hanya sampai di depan rumah.
“Telah terjadi kebakaran hebat di sebuah rumah mewah yang berada di daerah Kedung Baru. Rumah tersebut berada di daerah sepi penduduk. Belum ada korban jiwa yang ditemukan. Ada fakta menarik tentang rumah ini. Ternyata, rumah ini adalah tempat di mana Abimanyu Alexander menjemput paket yang berisi narkoba. Sebagai informasi, Abimanyu Alexander adalah seorang kurir online yang ditangkap karena membawa paket berisi narkoba. Menurut hasil penyidikan polisi, narkoba tersebut dikirim oleh artis berinisial MR. Yang membuat Abimanyu Alexander terkenal aksi beraninya dalam mengungkap penyiksaan yang dilakukan pihak kepolisian selama proses penyidikan. Ia telah -”
Laporan dari reporter itu terhenti ketika seseorang membisikkan sesuatu padanya. Sementara itu, para penghuni rutan lain menyadari perubahan wajah Abi yang kini terlihat lebih pucat dan penuh dengan kekhawatiran.
“Menurut laporan yang baru kami terima, telah ditemukan sesosok jasad yang ikut terbakar. Jasad tersebut ditemukan di bawah salah satu sisi lantai rumah. Belum diketahui identitas sebenarnya dan penyebab kematian jasad tersebut. Namun, dilihat dari sisa pakaian yang melekat di tubuh korban, kemungkinan besar itu adalah jasad Mischa Radjasa, seorang artis yang merupakan pemilik rumah dan juga terduga pemilik paket narkoba yang menyeret nama Abimanyu Alexander. Tim forensik akan melakukan autopsi untuk proses identifikasi lebih lanjut.”
Bagaikan petir yang menyambar di siang bolong, berita itu seakan menghanguskan pikiran Abi dalam sekejap. Meski punya firasat sesuatu yang buruk akan terjadi, ia tidak menyangka akan seburuk ini.
Sementara itu, kekaguman publik terhadap Abi mulai memudar pasca kehebohan berita tentang kematian Mischa Radjasa. Bahkan banyak yang berspekulasi tentang kemungkinan Abi membunuh Mischa dan menguburkannya di rumah itu.
Minat para pengacara untuk membela Abi juga menurun secara drastis. Mereka sadar kalau Abi bukan hanya terlibat dengan kasus narkoba biasa dan kekerasan yang dilakukan oleh pihak kepolisian. Ada kekuatan besar dan mengerikan yang berada di belakang kasus ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments