PASAL 3

Beberapa jam sebelum jumpa pers

Denis duduk di teras rumahnya. Hanya singlet putih kusam dan sarung kotak-kotak yang membungkus tubuh kurusnya. Sesekali ia menghirup aroma kopi di gelas sebelum menyeruputnya dengan wajah puas. Udara dingin tak dihiraukannya. Pagi itu memang sangat tepat untuk menikmati segelas kopi.

“Nis, Tante Jenny mana?” tanya Tio, warga kampung sebelah yang sering berkunjung ke Batavia Baru.

“Tak tahu. Tadi malam dia pergi entah ke mana. Sepertinya tadi malam anak buahnya, si Nani, yang jaga kafe. Kenapa, Yo?”

“Katanya si Abi ditangkap polisi. Dituduh jadi kurir narkoba, kudengar.”

“Oalah, Abi. Nasib sialmu belum berhenti juga,” tukas Denis sambil geleng kepala. “Tapi kalau masalah yang berhubungan sama hukum seperti itu, kita tak perlu mencemaskan Abi.”

“Kenapa, Nis?”

Denis adalah teman sebaya Abi. Mereka sama-sama memiliki ibu seorang pel*cur yang sekarang sudah memiliki kafe sendiri. Meski bukan sahabat baik, Denis sudah cukup mengenal Abi. Hal ini dikarenakan kafe dan tempat tinggal mereka bersebelahan dan Denis sangat dekat dengan ibunya. Dari ibunya ia selalu mendapatkan informasi tentang warga lokalisasi, termasuk Abi.

“Abi itu anaknya kelewat cerdas. Seandainya tidak dikeluarkan dari sekolah, dia akan menjadi orang yang sukses.”

“Tapi dia kan putus sekolah waktu SMA. Secerdas apapun orang, kalau tidak pernah kuliah hukum, pasti tidak paham hukum. Kau seperti tidak tahu saja bagaimana orang kalangan bawah seperti kita sering dikerjai aparat dengan mengatasnamakan hukum.”

“Nah, ini yang banyak orang tidak tahu. Kau masih ingat kejadian beberapa tahun yang lalu, ketika Abi ditangkap polisi karena kasus penipuan?” Pertanyaan Denis itu mendapatkan jawaban berupa anggukan dari Tio. “Itu bukan kasus penipuan biasa. Saat masih bekerja di warnet, dia nyambi jadi joki skripsi. Menurut polisi, dia sudah membuat belasan skripsi dan dua tesis untuk mahasiswa hukum. Hebatnya, semuanya itu mendapatkan nilai sempurna dan bukan hasil plagiat dari karya orang lain.”

“Lho, tidak mungkin. Dari mana dia belajar hukum?”

“Nah, itu yang menjadi misteri selama ini.”

* * *

Setelah jumpa pers

Media di seantero negeri, baik media cetak, elektronik maupun online, saat ini dipenuhi oleh berita tentang seorang terduga kurir narkoba yang mengaku disiksa oleh pihak kepolisian ketika proses penyidikan. Berita tentang selebritis, politik atau olahraga seakan tidak terlihat penting. Berbagai talkshow membahas tentang kejadian ini. Hampir semua kalangan, dari artis sampai pakar hukum, memberikan pendapat. Bahkan muncul kembali orang-orang yang mengaku pernah mengalami perlakuan yang diterima oleh Abi.

Puluhan wartawan setia bersemayam dalam waktu yang cukup lama di depan kantor polisi untuk mendapatkan keterangan lebih lengkap dari pihak kepolisian dan jika memungkinkan dari Abi langsung. Namun, sampai saat ini mereka belum mendapatkan apa-apa.

Sementara itu, para pejabat kepolisian panik karena kejadian ini. Padahal mereka sedang gencar melakukan kampanye untuk memperbaiki citra kepolisian yang baru saja rusak karena kasus pembunuhan berencana dan penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh salah satu perwira mereka.

Tentu saja mereka menyalahkan seseorang, yaitu Abimanyu Alexander. Karena satu orang itu, tingkat kepercayaan publik pada kepolisian negeri ini kembali terjun bebas. Kini lembaga tersebut mendapatkan sorotan tajam dari masyarakat.

Dan Abi dikembalikan ke ruang interogasi.

“Siapa kau sebenarnya, Brengsek?”

Tatapan penuh amarah dari Briptu Donny menusuk mata Abi yang kembali babak belur terkena hajaran. Ia merasa bertanggung jawab atas kejadian tersebut mengingat di hadapannyalah Abi menandatangani surat pernyataan yang mereka buat. Di sekitar mereka ada beberapa polisi, termasuk Aipda Carlos dan Iptu Simon. Abi menatap mereka satu per satu lalu tersenyum.

“Aku hanya orang biasa. Hanya driver ojol biasa, anak seorang pelacur yang besar dan tinggal di lokalisasi, putus sekolah saat SMA, sebelumnya punya dua catatan kejahatan, yaitu penganiayaan ringan dan penipuan.”

Jawaban Abi itu membuat Aipda Carlos terperanjat. Dia sampai tak sadar mengoceh, “Apakah dia punya pendengaran super?”

Briptu Donny menarik bagian depan baju Abi lalu tangannya yang lain bersiap untuk melayangkan pukulan berikutnya. Namun, Abi hanya tersenyum dan tak menunjukkan kegentaran sedikitpun.

“Apakah sebagai polisi kau tidak tahu? Pasal 4 PERKAPOLRI nomor 15 Tahun 2006 Tentang Kode Etik profesi penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, Penyidik Polri dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya wajib mematuhi norma hukum dan mengindahkan norma agama, kesusilaan, kesopanan serta nilai-nilai kemanusiaan. Ah, pasti kau tahu. Hanya saja kau minim kode etik.”

Briptu Donny benar-benar melayangkan pukulannya ke arah wajah Abi hingga ia tersungkur dan darah mengalir dari mulutnya.

“Bodoh! Jangan di bagian wajah!” Aipda Carlos membentak rekannya itu.

Iptu Simon sejak tadi hanya diam menatap Abi. Perasaan malu masih melekat di pundaknya atas kejadian di depan pers tadi. Lebih dari itu, ketakutan menyergap pikirannya. Ia harus bersiap untuk menerima hukuman, baik dari kepolisian dan juga dari 'dia'.

“Mengapa kau yakin dia bukan Mischa Radjasa? Badan kurus, putih, tinggi sekitar 180 cm, berambut pirang dan memiliki tato bunga di leher dan anting pistol di telinga kiri.”

Iptu Simon berjalan menghampiri Abi. Ia berusaha bersikap tenang meski hati dan otaknya seperti akan meledak.

Abi menatap Iptu Simon lekat, membuat seisi ruangan menunggu jawabannya. Tapi Abi malah kembali tersenyum dan berkata, “Saya menolak untuk memberi keterangan apapun lagi tanpa didampingi oleh pengacara.”

Kini Iptu Simon tak lagi sanggup menahan emosinya. Ia memegang pistol yang ada di pinggangnya dan mengambil sikap hendak menembak. Suasana di ruangan itu semakin menegangkan. Untung saja, ketegangan itu buyar saat ponsel Iptu Simon berbunyi. Wajah marah pria itu mendadak berubah menjadi penuh ketakutan ketika melihat sebuah nama di layar ponselnya.

“Halo!”

[Wah, wah, wah. Tak kusangka kau mengecewakanku separah ini.]

Keringat mulai mengalir dari kening Iptu Simon saat mendengar suara itu. Ia segera bergegas ke luar ruangan, sementara wajah Briptu Donny dan Aipda Carlos juga ikut memucat.

“Ma, maafkan kami, Tuan. Kami benar-benar tidak menyangka kalau dia -”

[Kau tahu orang seperti apa yang paling kubenci? Orang yang meminta maaf sebelum memikirkan cara untuk memperbaiki kesalahannya.]

Kaki Iptu Simon gemetar. Bahkan hanya dengan mendengar suaranya melalui ponsel, ia bisa merasakan aura mengerikan dari sosok misterius tersebut.

“Sa, saya sudah memikirkannya, Tuan. Kami akan menghabisi anak itu tanpa jejak dan kami akan membuat publik segera melupakan keberadaannya. Lalu kami -”

[Ternyata kalian benar-benar sebodoh itu.]

Selaan pria itu membuat Iptu Simon semakin ketakutan. Ia semakin yakin kalau bencana besar akan segera menimpa hidupnya.

[Aku tidak ingin kalian melukainya lagi. Dia lebih pintar dari yang kalian kira. Semakin kalian melukainya, semakin besar senjatanya melawan kalian. Dan dia bukan tipe orang yang mudah dibunuh. Dia seperti Samson, yang sebelum mati akan menghancurleburkan musuhnya terlebih dulu.]

Pria itu menjeda kalimatnya. Sementara Iptu Simon masih memikirkan apa yang pria itu ingin ia lakukan.

[Mulai saat ini, aku tidak ingin kalian menggunakan kekerasan, apalagi harus ada pertumpahan darah hanya untuk melawan satu orang biasa. Gunakan kecerdasan kalian.]

Kemudian terdengar nada panjang tanda panggilan telah berakhir. Sekarang Iptu Simon bisa kembali bernapas dengan normal. Ia melihat sosok Abi melalui cermin satu arah yang menghubungkan ruang interogasi dengan ruang di sebelahnya. Ia benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang.

Sementara itu di tempat lain, sang pria misterius baru saja menutup teleponnya. Ia kembali mengelap koleksi pistol kunonya dengan hati-hati. Asistennya yang sedari tadi setia berdiri di sampingnya membuka suara.

“Apakah saya tidak perlu turun tangan langsung untuk membereskan situasi ini, Tuan?”

“Tidak perlu. Aku penasaran dengan pemuda itu dan ingin melihat sejauh mana dia bisa melawan. Jika dia cukup tangguh, dia akan menjadi alat yang tepat bagi kita untuk mengetahui siapa yang layak untuk menjadi bagian dari kerajaan yang akan kubangun.”

“Tapi, melihat bagaimana yang terjadi sekarang, akan sangat beresiko jika kita tidak mengawasi mereka.”

Pria misterius itu menyentuh pundak asistennya lalu berkata, “Aku akan hadir di tengah mereka. Bukan sebagai penolong, melainkan sebagai wasit yang akan memastikan pertarungan berjalan dengan jujur. Namun, bila mereka terlalu bodoh dan pemuda itu berhasil mengganggu rencana kita, aku akan memberikanmu kesempatan untuk bertindak.”

Sang asisten berhenti membantah tuannya. Ia merasa ucapan tuannya yang terakhir cukup untuk mengakhiri kekhawatirannya. Saat ini ia berusaha untuk melupakan pemuda itu dan apa yang baru saja dilakukannya lalu berkonsentrasi melayani tuannya yang masih asyik membersihkan senjata-senjata kuno miliknya.

Terpopuler

Comments

Kustri

Kustri

rugi g baca novel ini
blm buka profil author'a, apa sblm ini ada karya yg lain... keren!

2023-05-06

3

Gani Bela

Gani Bela

sejauh yang aku baca ceritanya bagus.cara penulisan kata katanya juga bagus.kemudian temanya menarik khas Indonesia.Tidak seperti hampir seluruh novel2 di aplikasi noveltoon yg mengangkat tema percintaan terus orang luar negri tapi ceritanya sangat2 membosankan,terus penulisnya kayak tidak pernah belajar bahasa indonesia.semanga terus ya Author💪💪ceritanya bagus.

2023-05-03

1

lihat semua
Episodes
1 PASAL 1
2 PASAL 2
3 PASAL 3
4 PASAL 4
5 PASAL 5
6 PASAL 6
7 PASAL 7
8 PASAL 8
9 PASAL 9
10 PASAL 10
11 PASAL 11
12 PASAL 12
13 PASAL 13
14 PASAL 14
15 PASAL 15
16 PASAL 16
17 PASAL 17
18 PASAL 18
19 PASAL 19
20 PASAL 20
21 PASAL 21
22 PASAL 22
23 PASAL 23
24 PASAL 24
25 PASAL 25
26 PASAL 26
27 PASAL 27
28 PASAL 28
29 PASAL 29
30 PASAL 30
31 PASAL 31
32 PASAL 32
33 PASAL 33
34 PASAL 34
35 PASAL 35
36 PASAL 36
37 PASAL 37
38 PASAL 38
39 PASAL 39
40 PASAL 40
41 PASAL 41
42 PASAL 42
43 PASAL 43
44 PASAL 44
45 PASAL 45
46 PASAL 46
47 PASAL 47
48 PASAL 48
49 PASAL 49
50 PASAL 50
51 PASAL 51
52 PASAL 52
53 PASAL 53
54 PASAL 54
55 PASAL 55
56 PASAL 56
57 PASAL 57
58 PASAL 58
59 PASAL 59
60 PASAL 60
61 RESES
62 PASAL 61
63 PASAL 62
64 PASAL 63
65 PASAL 64
66 PASAL 65
67 PASAL 66
68 PASAL 68
69 PASAL 69
70 PASAL 70
71 PASAL 71
72 PASAL 72
73 PASAL 73
74 PASAL 74
75 PASAL 75
76 PASAL 76
77 PASAL 77
78 PASAL 78
79 PASAL 79
80 PASAL 80
81 PASAL 81
82 PASAL 82
83 PASAL 83
84 PASAL 84
85 YANG TERLEWAT: PASAL 67
86 PASAL 85
87 PASAL 86
88 PASAL 87
89 PASAL 88
90 PASAL 89
91 PASAL 90
92 PASAL 91
93 PASAL 92
94 PASAL 93
95 PASAL 94
96 PASAL 95
97 PASAL 96
98 PASAL 97
99 RESES II
100 PASAL 98
101 PASAL 99
102 PASAL 100
103 PASAL 101
104 PASAL 102
105 PASAL 103
106 PASAL 104
107 PASAL 105
108 PASAL 106
109 PASAL 107
110 PASAL 108
111 PASAL 109
112 PASAL 110
113 PASAL 111
114 PASAL 112
115 PASAL 113
116 RESES III
117 PASAL 114
118 PASAL 115
119 PASAL 116
120 PASAL 117
121 PASAL 118
122 PASAL 119
123 PASAL 120
124 PASAL 121
125 PASAL 122
126 PASAL 123
127 PASAL 124
128 PASAL 125
129 PASAL 126
130 PASAL 127
131 PASAL 128
132 PASAL 129
133 PASAL 130
134 PASAL 131
Episodes

Updated 134 Episodes

1
PASAL 1
2
PASAL 2
3
PASAL 3
4
PASAL 4
5
PASAL 5
6
PASAL 6
7
PASAL 7
8
PASAL 8
9
PASAL 9
10
PASAL 10
11
PASAL 11
12
PASAL 12
13
PASAL 13
14
PASAL 14
15
PASAL 15
16
PASAL 16
17
PASAL 17
18
PASAL 18
19
PASAL 19
20
PASAL 20
21
PASAL 21
22
PASAL 22
23
PASAL 23
24
PASAL 24
25
PASAL 25
26
PASAL 26
27
PASAL 27
28
PASAL 28
29
PASAL 29
30
PASAL 30
31
PASAL 31
32
PASAL 32
33
PASAL 33
34
PASAL 34
35
PASAL 35
36
PASAL 36
37
PASAL 37
38
PASAL 38
39
PASAL 39
40
PASAL 40
41
PASAL 41
42
PASAL 42
43
PASAL 43
44
PASAL 44
45
PASAL 45
46
PASAL 46
47
PASAL 47
48
PASAL 48
49
PASAL 49
50
PASAL 50
51
PASAL 51
52
PASAL 52
53
PASAL 53
54
PASAL 54
55
PASAL 55
56
PASAL 56
57
PASAL 57
58
PASAL 58
59
PASAL 59
60
PASAL 60
61
RESES
62
PASAL 61
63
PASAL 62
64
PASAL 63
65
PASAL 64
66
PASAL 65
67
PASAL 66
68
PASAL 68
69
PASAL 69
70
PASAL 70
71
PASAL 71
72
PASAL 72
73
PASAL 73
74
PASAL 74
75
PASAL 75
76
PASAL 76
77
PASAL 77
78
PASAL 78
79
PASAL 79
80
PASAL 80
81
PASAL 81
82
PASAL 82
83
PASAL 83
84
PASAL 84
85
YANG TERLEWAT: PASAL 67
86
PASAL 85
87
PASAL 86
88
PASAL 87
89
PASAL 88
90
PASAL 89
91
PASAL 90
92
PASAL 91
93
PASAL 92
94
PASAL 93
95
PASAL 94
96
PASAL 95
97
PASAL 96
98
PASAL 97
99
RESES II
100
PASAL 98
101
PASAL 99
102
PASAL 100
103
PASAL 101
104
PASAL 102
105
PASAL 103
106
PASAL 104
107
PASAL 105
108
PASAL 106
109
PASAL 107
110
PASAL 108
111
PASAL 109
112
PASAL 110
113
PASAL 111
114
PASAL 112
115
PASAL 113
116
RESES III
117
PASAL 114
118
PASAL 115
119
PASAL 116
120
PASAL 117
121
PASAL 118
122
PASAL 119
123
PASAL 120
124
PASAL 121
125
PASAL 122
126
PASAL 123
127
PASAL 124
128
PASAL 125
129
PASAL 126
130
PASAL 127
131
PASAL 128
132
PASAL 129
133
PASAL 130
134
PASAL 131

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!