...SELAMAT MEMBACA...
Pada zaman kuno, penyihir telah mendobrak kepercayaan manusia terhadap dewa. Menggunakan sihir yang mereka miliki, para penyihir mengaku sebagai ras baru yang lebih cepat menolong manusia dari pada dewa karena untuk meminta bantuan dewa, manusia harus pergi ke kuil untuk berdoa atau memberikan sesuatu sebagai bentuk keseriusan mereka. Oleh karena itu, perburuan penyihir di lakukan dan yang tersisa bersembunyi dari tangan orang-orang kuil suci dan kerajaan. Lalu sekarang, para penyihir dikatakan sudah musnah.
Akan tetapi, lima puluh tahun lalu pergerakan penyihir yang menggunakan sihir hitam mulai terlihat. Beberapa kelompok manusia membentuk sekte dan melakukan ritual aneh dengan menjadikan penyihir sebagai tuannya. Lalu kemudian 26 tahun lalu, mendiang ibu Rahid terkena kutukan yang membuat tubuh perlahan membusuk dan hitam. Lalu, ketika masih belia, Rahid mendapat kutukan pula, itu terjadi ketika dirinya diculik dan terbangun di tempat aneh.
Berbeda dengan ibunya, tubuh Rahid hanya akan menghitam dan kaku seperti batu. Saat ini, sebagian tubuhnya kecuali wajah dan leher sudah menghitam dan sedikit sulit digerakkan walau begitu Rahid masih mampu menghancurkan era kekuasaan ayahnya.
"Yang Mulia, Lady Gaia sudah datang."
Kepala pelayan menyahut dari luar pintu ruang kerja.
"Biarkan dia masuk."
Rahid lantas meninggalkan kursi kerja dan duduk di sofa, membiarkan Gaia masuk dan mengisi sofa di seberang sana. Teh hitam sudah disuguhkan bersama beberapa kue kering dan scone dalam wadah bertingkat, Gaia langsung menatap Rahid dengan dingin.
"Melihat amarah menggantung di wajahmu, sepertinya kamu sudah menerima dekretku, ya." Rahid menyesap teh dengan santai.
Gaia mengembuskan napas lalu angguk kepala namun itu membuat Rahid sedikit mengerutkan dahi. Respon tenang yang tidak Rahid pikirkan dari Gaia.
"Kenapa kamu jadi tenang begitu?" Rahid penasaran.
"Saya pikir keputusan Anda tidak buruk. Jika saya jadi dayang pribadi, mudah bagi saya untuk melakukan penyembuhan berkala pada Anda."
"Hm, ya itu sangat masuk akal. Jadi kapan kamu akan bekerja untukku?"
Gaia tersenyum manis. "Karena saya tidak mau memperpanjang waktu kesepakatan kita, besok saya akan mulai bekerja."
Rahid mengulas senyum. "Keputusan yang bagus."
"Kalau begitu, sebelum kamu mulai bekerja besok, Basen akan mengajarimu beberapa hal yang sangat penting termasuk jadwalku." Rahid lantas menyuruh kepala pelayan yang berusia 56 tahun tersebut masuk.
"Senang bertemu dengan Anda, Nona. Saya Basen, kepala pelayan Istana. Semua urusan rumah tangga istana adalah tugas saya, ke depannya saya harap Nona bisa mengikuti bimbingan dari saya."
"Senang bertemu dengan anda juga."
"Kalau begitu untuk apa duduk lebih lama? Sekarang ikuti Basen dan pelajari semua tugasmu sebagai dayangku." Rahid menelengkan kepala sembari menunjukkan tatapan agar Gaia segera pergi mengikuti Basen.
Dari awal, Rahid memang mempermainkannya, tapi tatapan angkuh yang seolah merendahkannya itu membuat Gaia benar-benar harus menekan harga diri. Walau kemarin bisa bertindak sedikit kurang ajar, Gaia yakin itu sedikit kemurahan hati Rahid karena tertarik dengan tindakannya, tapi saat ini, ketika kaki telah melangkah masuk ke istana, maka Gaia harus bersabar menghadapi segala tindakan yang akan Rahid arahkan padanya, tentu saja itu ada batasan.
...***...
Gaia menatap nanar Sanctia, kuil kecil yang berada di kota Halta, sebuah bangunan tua yang berumur ribuan tahun tersebut masih tampak kokoh dan bersih. Orang-orang di Halta jarang mengunjungi Sanctia karena penampilannya cukup tua kebanyakan orang mengunjungi kuil yang terlihat megah, tapi sejak kecil Gaia selalu terpesona dengan Sanctia sehingga kuil ini menjadi tempat pelariannya saat mengalami masa-masa sulit.
"Sudah lama tidak melihatmu, Gaia."
Sapaan pria berambut putih panjang menyadarkan lamunan Gaia. Pemuda yang tengah tersenyum cerah dengan kedua tangan di balik punggung tersebut adalah penjaga kuil ini. Sama sepertinya, pemuda itu memiliki berkat yaitu mampu melakukan komunikasi dengan para dewa.
"Senang bertemu denganmu, Sain."
Sain Lath, pria yang enam tahun lebih tua dari Gaia tersebut tersenyum dan mendaratkan sebuah kecupan pada punggung tangan Gaia yang diraihnya.
"Sepertinya kamu mengalami hal yang sulit."
Gaia tersenyum berat saat mengiyakan perkataan Sain. Perlahan keduanya memasuki kuil, pilar-pilar juga patung dekoratif dewa terlihat menghiasi sudut kuil. Beberapa bunga langka yang dirawat penuh kasih menebar keharuman hingga membuat Gaia nyaman.
"Kamu pasti sudah tahu apa yang terjadi, kan?" Gaia melirik Sain. Kini, keduanya duduk di sebuah kursi yang menghadap kolam berhias seorang dewi menyanggah basin dengan air yang terus mengalir di dalamnya.
Sain angguk kepala. Kabar bahwa Rahid mungkin memiliki alasan khusus membatalkan pengeksekusian terhadap keluarga Marquess Isra.
"Sebenarnya aku mengetahui fakta bahwa pria itu memiliki kutukan. Jadi, demi menghindari pengeksekusian, aku mengajukan kesepakatan."
"Kamu baik-baik saja?" Sain menatap cemas dan saat itu pula Gaia menggeleng lemah.
"Sebenarnya aku takut. Seorang tiran yang mampu membunuh keluarganya sendiri tanpa penyesalan bisa saja membunuhku walau terikat kontrak sekalipun. Untuk sesaat aku tenang, tapi bagaimana jika kesepakatan yang kubuat dengannya berakhir? Apakah dia akan tetap menepati janjinya atu membunuhku?" Tangan Gaia yang menangkup di atas pangkuan sedikit gemetar dan berkeringat.
"Tapi ... jika hanya membunuhku, kurasa aku tidak begitu takut. Tetapi bagaimana dengan keluargaku? Mereka bahkan bisa hidup lebih lama dariku."
Sain tak kuasa melihat ekspresi getir yang Gaia tunjukan. Pria berkulit pucat itu langsung meraih tubuh Gaia dan mendekapnya penuh kasih. "Apa yang kamu katakan tentang hidup lebih lama? Aku yakin, kamu bisa hidup lebih lama."
Gaia tidak memberi pergerakan, namun Sain bisa merasakan lengan pakaiannya basah oleh air mata. Lima belas tahun lalu, ketika Sanctia hampir terlupakan, Gaia muncul dan memberi bantuan renovasi tanpa menutupi corak awal kuil, selain itu membantu Sain untuk mengelola Sanctia sampai mendapatkan beberapa orang yang setia berdoa di sana. Oleh karena pertemuan itu pula, Sain tahu bahwa Gaia memiliki kekuatan suci luar biasa namun, itu bukan hal baik. Manusia bukanlah wadah yang sempurna untuk menampung kekuatan suci sebesar itu, jika dibiarkan maka energi kehidupan manusia akan menjadi wadah cadangan bagi kekuatan suci yang sudah tak mampu ditampung maka dari itu, Sain menyarankan Gaia untuk membantu kuil dan orang-orang yang perlu disembuhkan dari kutukan atau pengaruh sihir hitam. Kekuatan Gaia tidak diperuntukkan untuk menyembuhkan luka.
Lalu, Sain memutuskan untuk bertanya pada dewa tentang jalan keluar agar Gaia tetap memiliki umur yang panjang, tapi saat ini Gaia bahkan bisa terbilang sekarat. Tidak ada penyelamatan untuk Gaia, dan kebanyakan manusia yang diberkati kekuatan suci luar biasa akan mati muda, tidak ada yang hidup sampai umur 23 tahun sedangkan saat ini, Gaia sudah melangkah ke umur 23 tahun.
"Bagaimana aku bisa membantumu, Gaia?" lirih Sain.
"Kumohon, berikan aku kalung yang baru karena ini sebentar lagi hancur." Gaia melepaskan dekapan lalu menunjukkan kalung berbatu hexagonal.
Sain tertawa kecil melihat pangkal hidung Gaia yang kemerahan disusul permintaan dengan ekspresi memelas seperti anak kecil. Batu itu sudah diberkati oleh dewa dan direndam dalam air suci dalam waktu yang lama, kegunaannya untuk mengurangi rasa sakit yang Gaia terima karena efek kekuatan suci yang terus membengkak.
"Tentu."
"Aku menginginkan lebih banyak, Sain. Ke depannya kita akan jarang bertemu karena aku ditugaskan sebagai dayang pribadi pria itu."
Raut wajah Sain mengerut keras, urat lehernya pun agak timbul. "Kenapa kamu menjadi dayangnya?"
"Itu mempermudah ku untuk menyalurkan kekuatan suci secara berkala."
"Hidup di istana dengan bukanlah hal yang mudah. Kapan kamu akan kesana?"
"Besok."
Sain mengepalkan tangan, memejamkan mata sambil berusaha meredakan emosinya terhadap Rahid. Perlahan, kedua tangan Sain terangkat dan menangkup wajah Gaia lantas mendaratkan sebuah kecupan ringan di dahi, tak lama semua cahaya samar yang redup melingkup tubuh Gaia.
"Ini berkat dariku." Sain tersenyum.
...BERSAMBUNG ......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Ayu Sari
sain jangan" calaon sad boy
2024-08-06
0
Ifarim
Sain kamu siapanya Gaia😭
2023-05-11
2
Ifarim
wahhhh kukira enakk punya kekuatan suci kek gitu
2023-05-11
2