...SELAMAT MEMBACA...
Gaia tidak berkedip ketika tangannya dengan lihai menari di atas kertas dengan sebuah pena bulu sementara Rahid hanya diam sambil memandangi keseriusan dan kehati-hatian Gaia dalam menulis kontrak setelah kesepakatan disetujui.
"Sudah."
Gaia meletakkan pena bulu pada botol kaca mungil lalu menyodorkan kontrak pada Rahid yang duduk di seberangnya. Saat ini, Gaia berada dalam ruang kerja pribadi Rahid dan duduk di sofa yang berseberangan dengan pemilik ruangan.
Pihak pertama, Gaia Kahina Seil, bersumpah dengan mempertaruhkan jiwa dan raga untuk memenuhi perjanjian menyingkirkan kutukan di tubuh Pihak kedua, Rahid Stearic Hill, menggunakan kekuatan suci. Maka dari itu, Pihak kedua pun berjanji untuk melindungi keselamatan keluarga pihak pertama dan tidak menjatuhkan hukuman mati bahkan sampai perjanjian telah berakhir.
Rahid angguk kepala, tapi alisnya sedikit terangkat karena merasa ada yang kurang. Jadi, dia meraih pena bulu untuk menorehkan beberapa syarat lagi.
Selama perjanjian berlangsung, Pihak pertama adalah milik Pihak kedua. Apapun yang diperintahkan oleh Pihak kedua harus dituruti oleh Pihak pertama.
"Hah? Si Brengs*k ini menulis apa?!" Gaia tidak terima setelah melihat apa yang ditulis Rahid di bawah tulisannya.
Melihat raut wajah Gaia memburuk, Rahid tahu bahwa wanita itu pasti memakinya jadi kekehan kecil lolos dari bibir tebalnya. "Jika kamu tidak mau, kita batalkan saja kesepakatan ini dan aku akan mengirim pasukan untuk membawa keluargamu kemari untuk di eks—"
"Tsk! Kalau begitu aku punya syarat lainnya!" Gaia langsung menyela dan mengambil alih pena bulu di tangan Rahid, menorehkan beberapa baris baru.
Pihak pertama akan menerima perintah apapun dari Pihak kedua, dengan syarat bahwa Pihak kedua tidak akan menggunakan tubuh Pihak pertama untuk kepuasan pribadi.
"Pftt ... " Rahid nyaris menyemburkan tawa melihat apa yang Gaia tuliskan disana. Sayang sekali, padahal ia sempat berpikir untuk melakukan hal itu, tapi Gaia sudah seperti macan hanya karena melihatnya.
"Apa masih ada keluhan lagi?" Gaia menahan emosi melihat bahu Rahid bergetar samar karena menahan tawa.
Rahid menggeleng sambil menyeka setitik air di sudut mata lantas menggerakkan lonceng kecil bersepuh emas di meja. Tidak lama ajudan Rahid, Eslan Vern masuk dan menghadap.
"Ya, Yang Mulia?"
"Simpan ini di tempat yang aman." Rahid memberi isi kontrak pada Eslan setelah menandatanganinya.
Eslan meraih kontrak penuh kehati-hatian lantas matanya sedikit melirik pada Gaia yang menatap was-was pada tuannya.
"Setelah menyimpannya, datang kembali untuk mengantar Lady Gaia pulang." Rahid memberi perintah pada Eslan.
"Baik, Yang Mulia."
Tak butuh waktu lama, Eslan sudah datang dan Gaia bisa bernapas lega setelah jauh dari jangkauan mata Rahid. Selama perjalanan menuju lorong, Eslan hanya diam tapi Gaia tahu bahwa sesekali mata pria yang dua tahun lebih tua darinya terus melirik.
"Apa ada yang menempel di wajah saya?" Gaia mengembuskan napas.
Eslan langsung menggeleng. "Maaf, kan, Saya. Hanya saja, ini pertama kalinya Saya bisa melihat Lady lagi setelah pesta debut Lady tujuh tahun lalu."
Gaia terdiam. Sejak debutnya dilakukan di umur 15 tahun, seharusnya ia sudah bisa keluar masuk di pergaulan bangsawan, menghadiri beragam pertemuan di pergaulan sosial, tapi Gaia selalu sibuk membantu ayahnya mengelola march juga perbatasan. Selain itu, karena memiliki kekuatan suci, Gaia juga terkadang menghabiskan waktu di kuil untuk menjadi sukarelawan yang menyembuhkan beberapa orang yang terkena sihir hitam.
"Maaf belum memberi salam sebelumnya. Saya Eslan Vern, putra kedua Viscount Agren."
"Senang bertemu anda, Tuan Eslan."
"Anda bisa memanggil saya dengan lebih santai."
"Saya akan melakukannya jika kita sedang berdua seperti ini, Eslan."
Eslan tersenyum dan tidak terasa sudah berada di luar. Halaman dengan kereta kuda di belakang Daniel telah terlihat. Gaia lantas pamit undur diri pada Eslan sementara dari ruangan jauh di atas sana, Rahid mengamati kepergian Gaia melalui jendela.
"Gaia Kahina Seil? Aku bahkan tidak tahu ada wanita semacam itu di Retkan." Rahid lantas menjauh dari sana untuk beristirahat di kamar.
...***...
Esok harinya, kicauan burung yang biasa terdengar merdu telah berganti menjadi salak-salak anjing. Gaia mengeluh sambil merenggangkan sendi tubuh, terduduk di kasur sambil melihat cahaya matahari telah menerabas masuk dalam kamarnya.
"Apa ada kekacauan di bawah sana, Erin?" Gaia mendelik ke arah pelayan pribadinya yang sibuk menyiapkan pemandian dan gaun untuk Gaia.
"Entahlah, Nona. Sudah sejam sejak anjing-anjing itu berulah."
Gaia mendengus lantas membiarkan Erin menanggalkan gaun tidurnya. Tubuh ramping dan mulus Gaia lantas masuk ke dalam kamar mandi, membiarkan kulit putih semulus porselennya tenggelam oleh hangatnya air yang ditabur wewangian.
"Rambut Nona semakin indah saja." Erin memuji ketika memberi pijatan di kepala Gaia yang sudah tertimbun busa.
"Itu berkatmu, Erin."
Erin terkikik kemudian mulutnya membulat. "Oh, ya, Nona! Sejak Nona kembali dari istana, pagi ini orang-orang tampak berisik. Mereka bilang bahwa Yang Mulia terkena kekuatan suci Nona sehingga menghentikan eksekusi dan menyatakan bahwa keluarga Isra berada langsung dalam lindungannya."
Hah?
Gaia mengerutkan dahi. Kepalanya yang terbaring di tepi bak langsung menatap Erin di atas wajahnya. "Berada di bawah lindungannya?"
"Nona belum tahu? Ah, mungkin karena Nona bangun siang dan tidak membaca surat kabar."
Tanpa banyak bicara lagi, Gaia langsung menyambar jubah dan meninggalkan kamar mandi. Matanya bergerak mencari surat kabar terbaru yang biasa Erin sediakan di meja rias. Erin memekik tertahan karena busa masih melimpah di kepala Gaia juga harus buru-buru mengekori.
"Nona .... setidaknya beri saya aba-aba." Erin menggerutu.
"Kakak!"
Wysia langsung muncul tanpa mengetuk pintu, membiarkan daun pintu terbuka lebar. "Kakak sudah baca surat kabar hari ini?!"
Wysia langsung mendekat namun, melihat raut wajah geram kakaknya setelah membaca surat kabar, Wysia hanya bisa mengatupkan bibir dengan rapat.
"Saya pikir kecantikan dan kekuatan suci milik Lady Gaia Kahina Seil harus dilindungi dengan tangan saya sendiri."
Begitulah sepotong kalimat dalam surat kabar yang katanya merupakan dialog Tiran berhati keji tersebut. Gaia langsung membanting surat kabar tersebut ke meja dan melirik Wysia yang kedua tangannya penuh oleh dua benda.
"Apa itu, Wysia?" Gaia mendelik tajam pada tangan kiri Wysia yang mencekal gulungan perkamen merah berbalut emas sementara tangan kanan memegang surat kabar.
"I-ini dekret dari Yang Mulia."
Jantung Gaia berdetak lebih cepat sesaat mengambil alih dekret dan membukanya secara perlahan.
"Bersama dengan dekret ini, dia memintaku untuk menjadi pelayan pribadinya? Siala—"
Gaia membanting dekret tersebut dan melayangkan makian, tetapi dengan cepat Erin membungkam mulut Gaia.
"N-nona tenanglah!"
Cukup lama Gaia memaki dalam bungkaman tangan Erin dan sekarang napasnya terlihat lebih teratur. Busa di rambut pun sudah berkurang dan raib, namun emosi Gaia masih meluap.
"Dekret memiliki kekuatan hukum yang kuat. Seseorang yang menerima dekret tidak bisa menolak apapun alasannya. Apa yang harus kita lakukan, Kak?" Wysia tampak cemas setelah melihat isi dekret yang menyebutkan bahwa Gaia diangkat menjadi dayang pribadi sang tiran.
"Sesuai perjanjian, aku harus menuruti perintahnya. Tapi aku tidak menyangka bahwa dia akan melakukan hal ini!"
Gaia mengetatkan rahang lantas kembali ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh dan pergi ke istana untuk menemui Rahid. Sedangkan itu, di istana, Rahid sudah terkekeh melihat bagaimana surat kabar yang dia perintahkan pada Eslan kemarin sudah menimbulkan kehebohan.
"Sekarang, siapkan cemilan dan teh untuk tamu yang sebentar lagi tiba," perintah Rahid pada kepala pelayan.
...BERSAMBUNG ......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Ayu Sari
nyimak nyimak dululah
2024-08-06
0