MCH 5

"Tenang aja rasa sakit ini tak seberapa dibanding rasa sakit yang ditinggalkan Mas Roby." Ucap Hasna dengan wajah sendu.

"Kamu yang sabar ya Na, aku harap kamu segera pulih dari rasa sakit mu itu, aku akan selalu ada untukmu sampai kamu bisa melupakannya."

"Terimakasih ya Lia, kau memang sahabat ku yang terbaik. Terimakasih juga atas kebaikanmu menampungku disini."

"Kalau bukan kau yang meminta mungkin aku juga malas pulang Na, lagian nggak ada lagi penyemangatku untuk pulang."

"Hei nggak boleh gitu.. ini tetap kampung halaman mu kan, kamu nggak mau kan mendiang Ayah Ibumu kecewa di alam sana karena anak gadisnya tak mau pulang lagi. Dan aku minta maaf karena aku tak bisa datang menjenguk, karena masa itu aku dipingit sama nenek." Pikiran Hasna melayang sebulan yang lalu saat ia menanti masa terindah dalam hidupnya menikah dengan laki-laki pilihan neneknya yang Hasna juga menyukai laki-laki itu. Saat itu juga Hasna mendapatkan kabar kalau Ayah Ibunya Yulia meninggal karena kecelakaan tunggal motor yang dikendarai sendiri oleh Ayah Yulia dan Ibunya Yulia sebagai penumpangnya.

"Na, esok temenin aku ke kuburan Ayah Ibu ya.."

"Siap cantiik.. jangan sedih, okey!"

"Kamu juga cantiik.. jangan sedih lagi.. yuk berangkat!"

Yulia dan Hasna keluar dari rumah sederhana itu bergandengan tangan menuju Mesjid.

"Lia, jangan bilang kamu menyukai laki-laki asing itu? Ucap Hasna seketika melihat Yulia yang menghentikan langkahnya kemudian menatap intens Hery yang keluar dari Mesjid disusul Raihan dibelakangnya.

"Habisnya ia baik Na.."

"Kenapa kau begitu yakin? Bukannya kalian baru bertemu?"

"Ini kali kedua kita bertemu, sebelumnya sebulan yang lalu, kami naik mobil travel yang sama saat aku hendak balik ke Padang." Ucap Lia sambil tersenyum mengingat moment dimana kali pertama ia bertemu dengan Hery. Ia yang lagi sedih habis berduka kehilangan kedua orangtuanya sekaligus, cukup terhibur dengan sikap Hery yang humble dan humoris padanya saat itu.

"Dan ternyata Istri dari Omnya Hery adalah saudara sepupunya Ibu Na, Om nya Hery menikah sehari setelah Ayah Ibu meninggal, dan aku memang tak datang waktu itu, hari-hariku habis di dalam rumah saja sampai akhirnya aku kuat untuk kembali ke Padang, jadi aku hanya bertemu Hery saat ia yang juga ingin kembali ke Kota yaitu Jakarta." Yulia melanjutkan ucapannya.

"Mmmh, ya sudah, kamu cukup hati-hati saja jangan mudah percaya sama laki-laki apalagi laki-laki yang berasal dari Kota Besar." Ucap Hasna mencoba untuk tegar saat teringat hatinya yang terluka oleh Roby yang berasal dari Kota Jakarta itu.

"Siap ustadzah Hasna..."

"Lha kok jadi panggil ustadzah... Aku bukan ustadzah lo Lia, kuliah saja di bagian Administrasi perkantoran, asal sekolah dulunya juga bukan dari sekolah agama atau mondok. Nggak seperti Kakak Haikal tuh yang dulunya mondok jadi ya memang cocok di panggil ustadz.." Celoteh Hasna yang tiba-tiba malu dirinya disebut ustadzah oleh sahabatnya Yulia.

"Nah kan mau ngajar ngaji anak-anak, kata kak Haikal, anak-anak memang harus dibiasakan memanggil dengan sebutan ustadz atau ustadzah pada guru yang mengajar.."

"Aamiin, entah kenapa jiwa ku serasa terpanggil untuk mengajar ya Lia, padahal dulu saat Mama menyuruh masuk kuliah di jurusan pendidikan aku langsung menolak tapi pada akhirnya aku malah ingin mengajar dan mendidik mereka. Ya Allah, aku jadi rindu Mama, semoga Allah melapangkan kubur beliau."

"Aamiin.. Tapi aku rasa udah dari sononya kali Na, keluarga Mamamu kan kebanyakannya jadi Guru, termasuk Mamamu, jadi aku rasa jiwa mendidik mereka turun padamu..."

"Begitu ya?"

"Bisa jadi... Ya sudah, anak-anak pasti sudah menunggu ustadzah baru mereka."

Dan benar saja, mereka belum mau mulai mengaji sebelum Hasna datang karena sebelumnya Haikal sudah memberi tahu bahwa nanti mereka akan dibagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok akan dihandle Haikal seperti biasanya dan satu kelompok lagi akan dihandle ustadzah baru mereka walaupun hanya untuk sementara waktu tapi mereka tampak begitu antusias menyambut Hasna sebagai guru mengaji mereka.

Sedangkan Raihan dan Hery tampak berbincang selama perjalanan pulang mereka kembali ke penginapan.

"Oh ya Her, kau tahu apa lagi tentang Hasna?" Ucap Raihan kembali penasaran pada gadis yang ia tahu namanya dari Haikal yang memanggil nama Hasna.

"Nggak banyak, Yulia cuma bilang Hasna memang sedang berusaha menghindar dari namanya laki-laki."

"Lalu kau nggak tanya kenapanya?"

"Tanya.."

"Trus jawabannya..?"

"Hasna itu pernah terluka karena kaum kita"

"Apa itu aja?"

"Iya, aku juga segan lah banyak tanya pada Yulia ntar Yulia malah ilfill pada ku, dan pedekate ku gagal total."

"Begitu ya.." Raihan tampak belum puas dengan jawaban Hery. Ia bertekad untuk mencari tahu sendiri.

"Rai, apa aku nggak salah lihat.."

"Kau lihat apa?"

"Itu.." Hery menunjuk seseorang yang sedang berjalan mendekati posisi mereka.

"Roby? Kenapa ia bisa sampai sini Her?"

"Mana aku tahu.."

Tiba-tiba Raihan menarik tangan Hery begitu kuat.

"Kita mau kemana Rai?"

Raihan membawa Hery bersembunyi di balik pohon besar.

"Sssst.. kau diam dulu.. aku mau ikuti ia dari belakang."

Roby yang sedang kesal karena ia yang sudah dua kali nyasar, tak melihat keberadaan Raihan dan Hery yang tadinya berada di depannya.

"Dasar tukang tipu, apa ia pikir aku nggak capek turun naik gunung seperti ini?" Roby menggerutu kesal. Ucapannya terdengar jelas oleh Raihan yang mengikutinya dari belakang. Sedangkan Hery tertinggal beberapa meter di belakang Raihan sesuai perintah Raihan agar Roby tak curiga.

"Hasna.. kau mau lari kemana pun aku pasti akan mengejar mu. Aku tak akan melepaskan mu lagi.." Ucap Roby yang suaranya tak ia pelankan sedikit pun, sehingga Raihan yang mendengarnya itu seketika menjadi shock, ia mulai paham bahwa tujuan Roby datang adalah mencari Hasna. Tapi Raihan masih penasaran ada hubungan apa Hasna dengan Roby?

"Jangan-jangan Hasna juga korban ke play boy an Roby? Gumam Raihan yang tampak berpikir buruk pada Roby.

Roby melangkahkan kakinya lebih cepat, ia ingin segera sampai ke tempat yang disebutkan oleh teman sekampus Yulia yang memang pernah datang ke kampung Yulia tersebut saat datang menjenguk orang tua Yulia meninggal sebulan yang lalu. Raihan pun ikut mempercepat langkahnya.

Rahang Raihan tiba-tiba mengeras, tangannya mengepal erat, ingin rasanya ia menghentikan laki-laki yang berjalan di depannya itu kemudian membuat perhitungan dengannya jika benar atas apa yang ia pikirkan barusan.

Namun ia segera mengurungkan niatnya, ia harus melihat dulu apa yang akan dilakukan laki-laki yang bernama Roby itu, laki-laki yang telah berhasil membuat Raihan kehilangan impiannya.

Sedangkan di dalam Mesjid,

TBC...

Terpopuler

Comments

auliasiamatir

auliasiamatir

cocok nih rei sama hasna hatinya nyambung ya

2023-10-19

0

Dinnost

Dinnost

cie elah...
patah hati ketemu patah hati
langgeng tuh ..

2023-06-02

1

Krupuk Cocol Sambel

Krupuk Cocol Sambel

tulisannya rapi dan enak dibaca ^_^

2023-05-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!