"Allahuakbar, indah ya pak.. Dan itu pasti Gunung Kerinci yang disebutkan Hery ya pak."
"Apa? Udah sampai gunung ya Rai..? Yaah aku jadi nggak bisa lihat kebun teh nya deh.." Ucap Hery yang terbangun karena suara Raihan yang begitu kencang karena takjub.
"Sampai gunung apanya, jangan ngigau kau Her?"
"Ah iya, ini mah Danau di Ateh Rai, maksudku kebun tehnya udah lewat karena tadi aku dengar kau nyebut Gunung Kerinci.. hehehe."
"Kita udah sampai nak Raihan dan nak Hery."
"Sebentar, rasanya tempat Om aku masuk simpang itu deh.. Kebetulan banget ini namanya Pak Amir." Ucap Hery dengan mata berbinar.
"Kau tampaknya bahagia sekali. Ah ya, aku lupa kau pasti ingat gadis pujaan kau itu kan..?"
"Hehehe iya.. " Ucap Hery malu.
Pak Amir tampak merogoh sesuatu dari saku celananya, lalu ia melihat ke arah Raihan memperlihatkan ada panggilan masuk dari ponselnya.
"Siapa pak yang telpon?"
"Bu Lena nak Raihan."
"Astaghfirullah, aku sampai lupa ngabari Mama.."
Raihan segera mengecek ponselnya ternyata ia melihat banyaknya panggilan tak terjawab dari Mamanya. Dan Raihan memang semenjak kecewa dengan Dini ia sering men silent kan ponselnya karena Raihan malas mendengar bunyi ponsel yang hanya mengingatkan ia pada Dini yang sering menelpon dan mengirim pesan singkat padanya dulu.
"Pak Amir jawab saja, aku kesana dulu." Ucap Raihan yang langsung lari ke arah danau. Ia seperti ingin lari dari kemarahan Mamanya yang pastinya kecewa padanya karena tak memberi kabar. Padahal Mamanya sudah wanti-wanti kalau ia sudah turun pesawat langsung kabari beliau.
"Rai tunggu ah, kau apaan sih main tinggal aja.." Teriak Hery yang juga ikutan lari menyusul Raihan.
Raihan tiba-tiba mengentikan langkahnya saat ia mendengar suara merdu dari tepi danau. Lantunan kata-kata itu persis seperti yang ia dengar saat di mobil, ya lagu Muhasabah Cinta yang dinyanyikan oleh Anisa Rahman.
"Hei, kenapa berhenti?" Ucap Hery yang sudah ngos-ngosan dan hampir saja menabrak Raihan.
"Sssst kau dengar suara itu nggak? Ya ampun.. ia bernyanyi sampai menghayati seperti itu, aku bisa merasakan kalau ia baru saja mengalami hal berat."
"Jangan sok tahu kau Rai.."
"Lihat tuh ada dua bidadari yang turun dari kahyangan sepertinya Her.."
"Mana sih?" Heri memperhatikan arah jari telunjuk Raihan.
"Ya Allah, apa aku nggak salah lihat, itu kan Yulia, gadis yang aku ceritakan padamu. Jangan bilang kau juga terpesona dengannya?"
"Tunggu dulu, disitu kan ada dua bidadari, mata kamu itu sepertinya perlu diobati dulu deh, yang kamu lihat hanya ada gadis pujaan mu itu saja."
"Ya iyalah.. kan yang ada di pikiran aku cuma ada Yulia Rai, awas kau jatuh hati juga padanya.."
Sedangkan di pinggir danau, dua gadis tampak berdebat.
"Ayo lah Hasna, cobain dulu, airnya segar lo.."
"Kamu aja yang mandi sana, jangan tarik-tarik tanganku."
"Bukannya kau bisa berenang, seharusnya kau tak takut mandi disini."
"Beda lah Lia, disini kan tempat nya terbuka, aku malu lah.."
"Nggak ada yang lihat kok, ayo lah.. Apa kau mau angkat air sampai rumah."
"Biarin aja, lebih baik aku angkat air dari pada mandi disini." Ucap Hasna sambil menyilangkan kedua tangannya di dadanya. Ia merasa kedinginan dari hembusan angin yang cukup kencang saat itu.
Yulia yang udah terbiasa mandi dipinggir Danau di Ateh itu pun akhirnya menyeburkan dirinya ke dalam air.
Dan tak lama kepalanya kembali muncul ke permukaan.
Tak jauh dari situ, Hery tiba-tiba menutup mata Raihan dengan kedua telapak tangannya.
"Apaan sih Her?"
"Tutup mata lah Rai.. aku nggak mau aurat Yulia kau lihat."
"Aurat apanya, ia kan pakai pakaian lengkap gitu, hijabnya tak lepas juga."
"Kau tahulah sendiri Rai, begitu ia naik bajunya yang basah pasti lengket di badannya dan akan mencetak bodynya itu."
"Kalau gitu kau juga harus tutup mata Her, belum halal juga kan.." Giliran Raihan menutup mata Hery dengan telapak tangannya.
"Ya sudah, kita pergi dari sini, jangan sampai mereka lihat, bisa turun pamor aku putranya Raam Jaya jadi tukang intip orang mandi." Ucap Raihan kembali, ia segera berlari ke arah mobil dimana Pak Amir yang sedang sibuk menurunkan tas mereka. Jarak antara penginapan mereka ke tepi danau sekitar 1 km yang berada di ketinggian. Dan penginapan itu hanya bisa dilewati dengan jalan kaki karena hanya ada jalan setapak yang jalannya agak menanjak.
Sesampai mereka di penginapan, mereka bisa melihat jelas pemandangan danau yang memesona dari atas.
"Berarti Yulia sering mandi disitu tuh.." Tunjuk Hery ke arah danau yang ada dibalik jalan depan penginapan mereka.
"Her, kita akan temui mereka kembali mungkin saja mereka sudah selesai."
"Pak, kami turun dulu ya sekalian nyari Mesjid buat sholat Ashar." Ucap Hery dengan semangat sambil menarik tangan Raihan karena ia sudah nggak sabar bisa bertemu gadis pujaannya.
"Kalian nggak capek emangnya..?" Ucap Pak Amir tertahan karena Raihan dan Hery sudah tak terlihat lagi. Pak Amir menggeleng-gelengkan kepalanya lalu hendak masuk ke dalam penginapan itu.
Penginapan itu baru saja dibangun satu tahun yang lalu oleh Pak Raam.
Dan hanya Pak Amir yang mengetahuinya karena Pak Raam masih merahasiakannya dari istrinya dan anaknya Raihan. Pantas saja saat Raihan minta izin ke daerah yang bernama Alahan Panjang itu Pak Raam dengan mudah mengizinkan Raihan pergi dengan Hery, dan ia langsung menyuruh Amir menjemput Raihan di Bandara dan langsung mengantarkan mereka sampai tujuan.
"Eh Pak Amir.. baru datang ya pak?" Ucap seseorang yang kebetulan lewat depan penginapan itu?" Ia tentu saja mengenal Pak Amir karena ia lah orang yang dipercayakan Pak Amir dalam membersihkan villa Pak Raam itu dua kali dalam seminggu, selain Pak Amir yang dulunya sering main disitu karena tanah yang dibangun untuk penginapan itu adalah tanah orang tuanya Pak Amir yang dihibahkan pada Pak Amir. Dan tanah itu dulunya adalah ladang yang sering digarap oleh orang tua Pak Amir. Namun karena Pak Amir membutuhkan uang untuk operasi istrinya, ia menjual tanah itu pada Pak Raam. Padahal Pak Raam sudah menawarkan untuk meminjamkan uangnya dan terserah mau dikembalikan kapan, tapi Pak Amir menolaknya. Dan Pak Amir malah menganjurkan Pak Raam untuk membangun penginapan seperti Villa di tanah itu agar suatu saat jadi tempat refreshing yang sangat direkomendasikan oleh Pak Amir bagi keluarga Raam yang super sibuk di Kota.
Pak Amir menghentikan langkahnya untuk masuk.
"Iya nih buk Emi, apa kabar buk?"
"Alhamdulillah baik Pak, permisi pak saya mau ke ladang dulu."
"Udah panen ya buk, bagaimana hasilnya?"
"Alhamdulillah lumayan pak.. tapi bawangnya pada masih kecil-kecil tapi terpaksa harus dipanen."
"Apa karena kabut yang muncul ya buk?"
"Iya pak, kemarin memang sering turun kabut, dan cuaca nggak menentu. Permisi pak Amir.." Ucap Buk Emi sambil berjalan menuju ladang bawang yang berada tak jauh di samping penginapan itu.
"Silahkan buk.."
Pak Amir pun membuka kunci pintu dan masuk sambil mengangkat tas Raihan dan Hery yang diletakkan begitu saja oleh dua pemuda itu di depan pintu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
auliasiamatir
di sini juga lagi tebal kabut pak, anak sekolah sampe daring lagi 😌
2023-10-18
0
auliasiamatir
buehhh di sana mah, udaranya sangat dingin hasna
2023-10-18
0
auliasiamatir
terpesona sama keindahan solok selatan yah rei
2023-10-18
0