"Hai, butuh bantuan nggak?" Sapa Raihan pada salah satu gadis yang tampak kesusahan mengangkat dirigen berisi air untuk mandinya nanti di rumah. Ia lah Hasna yang tadinya nggak mau mandi di danau seperti Yulia.
Sedangkan Yulia yang tertinggal di belakang juga menenteng baskom yang berisi pakaian dan piring yang sudah bersih. Mereka memang mencuci di tepi danau karena dua minggu terakhir air di rumah Yulia sering mati saat siang hari.
"Makasih, aku bisa sendiri.." Ucap Hasna tegas dan terus melanjutkan perjalanan nya yang mulai kesusahan karena jalannya yang agak menanjak.
Raihan tak kecewa karena sikap Hasna yang cuek. Justru karena itu ia menjadi lebih tertantang untuk mengenali Hasna lebih dekat.
Raihan menyeimbangkan langkahnya di belakang Hasna, ia waspada kalau-kalau Hasna terjatuh akibat beban berat ditangannya. Raihan melirik ke belakang, cukup jauh Yulia tertinggal di belakang dan Hery tampaknya berhasil mendekati Yulia terlihat beban yang ada ditangan Yulia sudah berpindah ke tangan Hery.
Dan Hasna walau tampak kesusahan namun ia tak mau di anggap lemah di mata laki-laki, trauma yang ia alami cukup membuat ia tak mau sembarangan dekat dengan namanya laki-laki.
"Aku nggak boleh kalah dari Hery.." Gumam Raihan yang tak berhasil mendekati Hasna yang tampak cuek padanya.
"Hei, aku boleh nanya nggak? Mesjid disini dimana ya?" Ucap Raihan dari belakang yang mencoba berbicara kembali dengan Hasna.
Hasna tak menjawab ia tetap melanjutkan perjalanan namun tiba-tiba..
"Aaww.."Jerit Hasna yang kakinya secara tiba-tiba tersandung batu.
Namun belum sempat Raihan menolong Hasna yang hampir terjatuh, Hasna dengan cepat berdiri tegap kembali. Hasna menahan rasa perih di kakinya yang ternyata terluka terlihat dari kaos kakinya yang berwarna abu-abu muda itu merah karena darah.
"Hasna, kau nggak apa-apa dek?" Ucap seorang laki-laki dewasa berpakaian muslim rapi yang sepertinya siap-siap untuk sholat di Mesjid yang cukup besar di depan mereka.
"Iya kak Haikal, aku nggak apa-apa." Ucap Hasna cepat.
"Jadi namanya Hasna, nama yang indah seindah orangnya." Gumam Raihan dengan sendirinya.
Haikal memang sempat mendengar suara jeritan Hasna saat ia ingin masuk ke Mesjid, ia langsung menghampiri Hasna yang tampak kesakitan.
"Sepertinya kakimu luka dek, segera pulang lalu obati, nanti tanya Yulia letak obatnya, okey." Ucap Haikal yang tampak khawatir pada Hasna.
"Iya kak, makasih.."
"Kamu orang baru ya disini? Kamu kenal dia dek?" Tanya Haikal seketika melihat Raihan yang berdiri di belakang Hasna.
"A-aku nggak tahu kak." Jawab Hasna cepat.
"Maaf namaku Raihan, aku memang baru disini, tadinya aku mau tahu dimana letaknya Mesjid disini kak eh Pak Ustadz." Ucap Raihan polos yang menyebut Haikal dengan sebutan Ustadz karena penampilannya yang memang seperti Ustadz. Namun mata Raihan tertuju pada Hasna yang berjalan sedikit tertatih dengan beban berat ditangannya menuju sebuah rumah yang ternyata nggak jauh dari Mesjid tersebut.
"Oh ya.. kamu sudah berada di jalan yang tepat, silahkan! sebentar lagi Adzan." Ucap Haikal mengajak Raihan masuk ke dalam mesjid.
Namun Raihan menghentikan langkahnya, ia belum berwudhu.
"Kenapa?"
"Aku belum wudhu.." Ucap Raihan sambil menoleh ke arah WC laki-laki.
"Tapi maaf dek Raihan, kebetulan airnya mati."
"Lho, jadi kalau wudhu kemana ya ustadz?"
"Biasanya penduduk sini berwudhu dulu dari rumah mereka atau mereka berwudhu di tepi danau."
"Ya ampun, berarti aku harus kembali ke bawah untuk berwudhu, untuk kembali ke Penginapan malah lebih jauh." Monolog Raihan dalam hatinya.
"Terimakasih ustadz, aku ke bawah dulu."
"Sama-sama." Haikal pun masuk ke dalam Mesjid.
Hery berlari mendekati Raihan setelah berpisah dengan Yulia.
"Ada apa Rai, kok kamu mau pergi lagi, kan udah ketemu Mesjidnya?"
"Nggak ada air Her buat wudhu.."
"Masa' sih?"
"Iya, kata ustadz Haikal air nya mati.."
"Haikal kakaknya Yulia yang kau maksud?"
"Kakaknya Yulia atau kakaknya Hasna? Aku tak tahu lah Her."
"Hahaha." Hery tertawa lepas melihat wajah Raihan yang tampak cemberut tak seperti dirinya yang bahagia bisa mendekati Yulia dan bercerita banyak dengan Yulia selama perjalanan mereka.
"Hasna itu sahabatnya Yulia, ia itu sama seperti kita datang dari Kota untuk mengisi liburan, bedanya Hasna itu berasal dari Kota Padang."
"Kau tahu dari mana?" Ucap Raihan sambil berjalan kembali ke danau untuk berwudhu.
"Yulia lah... Seperti nya usahamu berat ya mendekati Hasna? Dan Hasna punya kisah yang membuat ia trauma dengan laki-laki."
"Nggak percaya.."
"Nggak percaya ya sudah, selamat berusaha... Oh ya bukannya kau tadi sempat berpikir seperti itu juga?" Ucap Hery yang kemudian berlari meninggalkan Raihan yang diam terpaku memikirkan ucapan Hery.
Ia pun terngiang suara merdu Hasna di tepi danau yang melantunkan bait demi bait lagu Muhasabah Cinta.
Kata-kata Cinta terucap indah
Mengalir berdzikir di kidung doaku
Sakit yang kurasa biar jadi penawar dosaku
Butir butir cinta air mataku
Teringat semua yang Kau beri untuk ku
Ampuni khilaf dan salah selama ini
Ya ilahi, Muhasabah cintaku
"Hei kau mau diam mematung disitu? Kau tak dengar suara Adzan, ayo lah aku tak mau terlambat sholat. Atau kau tak apa ku tinggal sendiri." Teriak Hery dari tepi danau.
"Dasar kau kira aku penakut ya Her, awas saja kau."
"Ya sudah aku duluan." Ucap Hery yang telah selesai berwudhu kemudian kembali berjalan menuju Mesjid.
"Hati-hati.. jangan lihat ke belakang jika kau dengar seseorang memanggil.." Teriakan Raihan berhasil membuat langkah Hery terhenti.
"Hahahaha, kau lah si penakut itu Hery.. akhirnya kita ditakdirkan untuk selalu bersama.." Ucap Raihan yang kemudian cepat-cepat mengambil wudhu dari air danau yang terasa menusuk ke tulang saking dinginnya.
***
Hasna dan Yulia akhirnya baru bisa ke Mesjid selepas sholat, karena Hasna harus mandi dulu dengan air seadanya dan mengobati kakinya yang luka, setelah memastikan darah di kakinya tidak mengalir lagi, ia baru bisa sholat.
"Kau yakin Na, mengajarkan mereka mengaji, kan udah ada kak Haikal, kamu nggak usah repot-repot lah untuk membantu."
"Yakin sekaki Lia, rasanya aku kasihan melihat kak Haikal yang kewalahan mengajar dan mengatur mereka sebanyak itu."
Hasna sudah tiga hari di sana, sore sebelumnya ia yang jalan-jalan bersama Yulia tak sengaja ia mendengar Haikal yang sedang serius menasehati anak-anak yang berulah saat belajar, secara tak langsung membuat Hasna tergerak untuk membantu Haikal.
"Kata kak Haikal, anak-anak disini pada lasak dan nggak mau diam lo Na, kamu bakalan menyerah deh."
"Justru karena itu Lia, aku lihat mereka itu anak-anak yang pintar yang punya rasa ingin tahu yang tinggi, hanya saja mereka tak terhandle dengan baik, ya itu tadi karena keterbatasan Guru. Anak sebanyak dua puluh orang tak boleh dihandle dengan satu Guru Lia... mereka jadi tak mendapatkan haknya untuk bertanya atau belajar lebih lama dengan gurunya akhirnya mereka bikin ulah agar mereka diperhatikan..."
"Ya udah deh, kakimu nggak sakit lagi kan?"
"Tenang aja rasa sakit ini tak seberapa dibanding rasa sakit yang ditinggalkan Mas Roby." Ucap Hasna dengan wajah sendu.
TBC...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
auliasiamatir
sabar ya hasna.
tenang aja,ado cowok kota yang lagi jalan ke alahan panjang, dia kayaknya jodoh kamu deh
2023-10-18
0
Hazhilka279
semangat Thor
2023-06-14
1