EPISODE 2
“Perjalanan Menuju Kota Baum”
Hari dimana panglima Albert sudah siap untuk melakukan perjalanannya menuju kota baum demi mengemban misi yang diberikan oleh sang raja kepadanya yaitu untuk mensiasati kota tersebut iapun mendatangi sang raja sebelum keberangkatan-nya itu iapun menyempatkan diri untuk berpamitan terlebih dahulu kepada sang raja.
“Ada apa kau menemuiku panglima” Tanya sang raja kepada panglima Albert yang sduah berada dihadapannya
“Mohon ampun beribu ampun yang mulia.” Ucap Panglima Albert dihadapan sang raja sembari menundukkan kepala sebagai tanda penghormatan kepada rajanya.
“Hamba ingin meminta restu, sekaligus mengabari jika hamba akan berangkat hari ini juga menuju kota baum” Lontarnya melanjutkan.
"Katakan apa yang kau butuhkan selama perjalananmu menuju kota itu.?” Tanya sang raja kepada panglima Albert.
“Tidak yang mulia, hamba tidak membutuhkan apa-apa selain doa dan restu dari yang mulia” Jawab Panglima Albert.
"Baiklah, kalau begitu ajak pasukan sebanyak mungkin untuk mengawal mu selama perjalan ke kota baum” Lanjut sang raja, sehingga panglima Albert pun berkata:
“Mohon maaf yang mulia, tapi hamba tidak ingin satupun pasukan menemani hamba dalam perjalanan. Cukup diri hamba saja yang kesana” Jawab panglima Albert dengan begitu percaya diri.
“Apa kau yakin?” Tanya sang raja lagi sedikit ragu jika panglima Albert harus berangkat seorang diri.
“Sekali lagi hamba mohon maaf yang mulia, bukan maksud hamba untuk menyombongkan diri dihadapan yang mulia. Tetapi hamba tidak ingin menimbulkan kecurigaan ketika berada disana nanti.” Ujar panglima Albert menjelaskan tentang perkataannya tadi kepada sang raja.
“Baiklah kalau begitu, aku merestuimu” Ucap sang raja merestui keberangkatan panglima Albert menuju kota baum.
Kota baum yang memiliki jarak tempuh yang terbilang jauh dari kota boam, sehingga membutuhkann waktu sekitar yang cukup lama untuk sampai dikota tersebut. Dan dalam perjalanan panglima Albert menuju kota baum tentunya tidak berjalan mulus begitu saja, melainkan sang panglima beberapa kali harus menghadapi cobaan saat menuju kota tersebut, seperti para bandit yang menghadangnya dengan maksud ingin mengambil harta benda dari panglima Albert.
“Berhenti!” Terlihat 3 orang bertopeng yang masing-masing dari mereka memegang sebilah pedang sedang menghadang panglima Albert yang sementara menunggangi kuda dan dengan terpaksa panglima pun harus memberhentikan kudanya itu karena ketiga orang tersebut.
“Ada apa.? Mengapa kalian menghalangi jalanku?” Tanya panglima Albert sembari turun dari atas kudanya.
“Jika kau ingin selamat! Serahkan harta bendamu” Tegas bandit itu kepada sang panglima.
“Ehm… jika aku tidak mau bagaimana? apa kalian akan membunuhku..?” Tanya panglima Albert tanpa merasa takut sama-sekali.
“Ckk! Kau menantang kami rupanya.” Ujar bandit itu dan tanpa bertele-tele lagi, mereka pun berlari ke-arah panglima Albert sambil memegang tegak pedang mereka.
“Huahhh.” Teriak ke 3 bandit itu yang sudah siap menyerang panglima Albert. Seketika, panglima Albert pun dengan cepat mencabut pedangnya dan kemudian dengan refleknya menepis serangan bandit tersebut.
“Suing…” Suara pedang bersentuhan ketika panglima Albert berhasil menahan serangan dari sang bandit menggunakan pedangnya.
“Sang sing sang sing” Suara pedang pun terus terdengar ketika pertempuran antara panglima dan ketiga bandit itu sedang berlangsung. Namun sayangnya, ketiga bandit itu tidak mengetahui jika orang yang mereka hadapi adalah seorang panglima terbaik dan terhebat dari kerajaan boam, dan tentunya dengan apa yang mereka lakukan itu hanya akan sia-sia saja, karena panglima Albert bukanlah tandingan yang pas untuk mereka yang merupakan bandit-bandit kecil.
“Sang sing sang sing…” Beberapa kali srerangan yang diberikan, namun semua serangan itu berhasil dengan mudah di tepis oleh panglima Albert, bahkan juga beberapa kali berhasil mengenai bandit itu, sehingga salah satu bandit yang berhasil dijatuhkan oleh panglima Albert pun berteriak kesakitan.
“Ahh…” Rintihnya yang sudah terbaring ditanah dan tak bisa berbuat apa-apa lagi seketika panglima Albert pun mengarahkan pedangnya tepat didepan mata bandit yang sudah tergeletak di tanah itu.
“Kalian pikir kalian siapa menghadangku seperti itu.?” Ucap panglima Albert dengan sorotan mata tajamnya sepertinya sudah tidak ada ampun lagi.
“A… am..pun, tolong lepaskan aku tuan” Ucap bandit itu memohon agar panglima Albert mau melepaskannya. Namun sayangnya panglima Albert sepertinya sudah tidak bisa ditoleransikan lagi dengan permhonan bandit itu, melainkan kali ini dia betul-betul serius ingin membunuh bandit tersebut.
“Siuhhh… poakkk” Suara ayunan pedang dilayangkan oleh panglima Albert dan dengan tepat mengarah ke leher bandit itu hingga membuat kepalanya terpisah dari badan.
“Rey…” Teriak kedua bandit itu ketika menyaksikan kepala temannya sudah terputus. Sehingga panglima Albert pun menoleh ke-arah mereka dan membuat mereka pun berlari ketakutan meninggalkan tempat itu dengan cepat.
Panglima Albert yang handal dalam mengatur strategi perang dan genius itu juga sangat disegani. Dikarenakan ia tidaklah segan-segan untuk menghabisi nyawa seseorang ketika berhadapan dengan lawan, Setelah selesai membunuh bandit itu iapun lekas meninggalkan tempat itu tanpa mengurusi mayat bandit yang baru saja ia bunuh. Hingga pada malam hari tiba, panglima Albert pun harus menghentikan perjalanannya terlebih dahulu untuk mengistirahatkan diri di sebuah perkampungan yang bernama, desa male.
“Ewhh maaf tuan, apa disini ada penginapan untuk satu malam saja.?” Tanya panglima Albert kepada salah seorang yang ia temui pada saat tibanya di desa male.
“Aduh… tidak ada tuan, ini hanya desa kecil saja.” Jawab orang yang ditanyakan tadi oleh panglima Albert.
“Maaf, kalau boleh tahu, sebetulnya tuan ini mau kemana?” Tanya orang itu penasaran dengan panglima Albert.
“Saya hanya pengembara, saya tadinya hanya ingin singgah untuk beristirahat didesa ini, tapi kalau memang tidak ada penginapan… saya bisa melanjutkan perjalanan saya.” Jawab Panglima Albert yang tidak memberitahu identitas nya sebenarnya.
“Oh tunggu tuan… kalau begitu tuan bisa menginap di rumah saya, kebetulan saya hanya tinggal berdua dengan anak saya” Lontar orang itu menawarkan kepada panglima Albert untuk menginap dirumahnya.
Dengan tawaran itupun tentunya panglima Albert tidak akan menolak karena memang hari yang sudah semakin larut malam sehingga iapun harus menerima tawaran orang tersebut.
“Silahkan, silahkan masuk tuan.” Ucap orang tersebut ketika sudah berada dirumahnya mempersilahkan sang panglima untuk masuk, dan seketika orang itupun memanggil anaknya dan menyuruh untuk mempersiapkan makan malam untuknya dan panglima Albet.
“Serah…” Teriaknya memanggil sang anak.
“Iya pak” Terdengar suara perempuan menyahuti panggilan nya. Dan tak lama setelah itu, keluarlah seorang wanita berparas cantik dengan rambut panjang yang terurai.
“Ada apa pak?” Tanya Serah kepada bapaknya.
“Tolong siapkan makan malam bapak dan tuan ini ya” Ujar bapak Serah menyuruh anaknya. Sembari menunggu Serah mempersiapkan makan malam, orang itupun menyodorkan beberapa pertanyaan kepada panglima Albert.
“Sebetulnya kamu ini darimana dan mau kemana nak?” Tanyanya.
“Saya kan sudah mengatakan, kalau saya ini hanya seorang pengembara dan kebetulan hanya lewat di desa ini saja.” Jawab panglima Albert mempertegas.
*Bersambung*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments