CHAPTER 2

"Duh gimana ya Sa, Gue bener-bener ga punya lowongan kerja buat lo. Gue tau di usia lo yang ke 25 ini, harapan lo itu bisa dapet kerjaan lagi kan setelah resign di tempat kerja lo yang dulu. Tapi gue bener-bener minta maaf karena emang ga ada lowongan ditempat kerja gue. Nanti kalo ada gue bakalan kontak lu lagi."

"Oke deh Yora, makasih ya."

Sahara menutup panggilan dari temannya yang bernama Yora, setelah bertanya soal lowongan pekerjaan.

"Setelah putus dengan Sean, aku bener-bener kehilangan arah dan harapan. Aku pikir tahun ini akan jadi tahun yang bahagia karena kita akan segera menikah, ternyata Sean selingkuh di belakangku." Gumam Sahara di depan jendela kamar apartment'nya.

Ketika Sahara asik bergumam di dalam apartment'nya tiba-tiba seseorang datang bertamu malam-malam ke apartmentnya.

Saat Sahara membuka pintu apartment'nya, Sahara terkejut karena orang itu tampak asing baginya. Mereka adalah sepasang suami istri yang berpakaian seperti orang kaya.

"Oh maaf apa benar ini apartment yang di tempati oleh wanita bernama Sahara?" tanya pasangan suami istri itu.

"Ya benar, dan Sahara itu saya sendiri. Ada apa ya?" Jawab Sahara kebingungan.

"Mulai sekarang, Apartment ini milik kami. Kami hanya ingin mengingatkan padamu untuk bersiap-siap malam ini dan tinggalkan apartment ini besok."

Setelah mendengar kata-kata itu, seketika Sahara terkejut.

"T-tapi, saya tidak menjual apartment ini. Saya sudah membelinya 5 tahun yang lalu. Ini pemberian ayah saya."

"Ya itu benar, tapi pagi tadi ibu'mu menjualnya pada kami dan ini buktinya."

Pasangan suami istri itu memberikan secarik kertas berisi bukti jika apartment Sahara sudah dijual kepada mereka oleh sang ibu.

Seketika Sahara tak percaya, hidupnya yang sedang dalam kesusahan karena tak kunjung mendapat pekerjaan. Tiba-tiba hari itu, detik itu juga apartmentnya dijual oleh sang ibu.

"Saya akan kembali besok, dan saya harap kamu sudah mengosongkan apartment ini."

Pasangan suami istri itu akhirnya pergi. Sedangkan Sahara, raut wajahnya tampak tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Sahara berlari mengambil handphone lalu menelpon sang ibu.

"Hallo Mam,"

"Hai Sahara kenapa kamu menelpon malam-malam, Mami'mu ini sangat ngantuk. Tutup teleponnya dan tidur!"

"Kenapa Mami menjual apartment ini? Aku tinggal dimana jika apartment ini dijual?"

"Oh jadi kamu sudah tau soal ini. Mami sengaja menjualanya karena kamu tak kunjung mendapatkan perkejaan, dan Mami hidup melarat dikampung setelah ayahmu pergi bercerai dengan Mami'mu ini."

"Mami pikir hidup di kota itu mudah hah? Mam aku sudah berusaha sekeras mungkin mencari pekerjaan disini, besok aku harus tinggal dimana? Aku tak punya uang sepeser pun untuk mencari tempat tinggal. Kenapa Mami sangat tega padaku!"

"Mangkanya kamu cari pekerjaan dan kirim uang untuk Mami'mu ini berjuta-juta agar Mami'mu ini tak mengganggu urusanmu lagi!"

"Percuma aku mengoceh, Mami tak akan pernah mendengarku. Pantas ayah pergi, karena sikap Mami yang hanya memikiran harta!"

Sahara marah dan menangis pada sang ibu namun suara sang ibu yang terdengar di telepon itu tampak santai dan tak peduli dengan rasa sakit sang anak. Hingga akhirnya Sahara pasrah dan menutup panggilannya.

Kini Sahara harus mengemas barang-barangnya dan pergi meninggalkan apartment yang diberikan oleh sang ayah 5 tahun yang lalu.

Pagi pun tiba Sahara pergi meninggalkan apartmentnya, ia membawa satu koper besarnya yang berisi pakaian.

Sahara berjalan tanpa tujuan di tepi jalan kota yang padat. Sahara terus mencoba menelepon beberapa temannya namun Sahara tahu jika teman-temanya tak semua tinggal di kota yang sama dengannya.

"Andai saja teman-temanku tinggal di kota yang sama denganku, mungkin aku akan berlari pada mereka. Dan tak harus berjalan tanpa tujuan seperti ini."

Sahara terus berjalan tanpa tujuan hingga matahari sudah tepat berada diatas kepalanya. Cuaca yang sangat panas dan terik membuat Sahara merasa haus, lapar dan lelah.

Sahara akhirnya berteduh di sebuah toko yang tampak kosong, dan memakan bekal yang ia masak sebelum meninggalkan apartment.

Setelah makan, Sahara kembali berjalan tanpa tujuan, hingga malam tiba tetap saja Sahara tak menemukan tempat tujuan. Sahara mencoba mengunjungi beberapa kontrakan namun semuanya penuh, bahkan ada juga yang menolak karena Sahara tak bisa membayar di awal.

"Kemana lagi aku harus pergi di kota yang besar ini?" Tanya Sahara pada dirinya sendiri dengan air mata yang perlahan mulai menetes.

Sahara tiba-tiba membuka handphone'nya dan menatap kontak Sean sang mantan kekasih.

"Haruskah aku meminta bantuan pada Sean? Tidak. Aku tidak boleh berhubungan lagi dengannya, aku sudah putus dan pasti Sean tak mau menolongku."

Ketika Sahara tengah melamun di tepi jalan, dengan kendaraan yang berlalu-lalang. Tanpa sadar Sahara melihat sebuah botol alkohol di sampingnya sedari tadi.

"Alkohol. Oh! Aku ingat sekarang. Bar itu, Bar dimana aku mengakhiri hubunganku dengan Sean. Yeah, aku harus pergi kesana. Aku bisa bermalam disana."

Sahara pun akhirnya pergi ke Bar tempat dimana dirinya memutuskan Sean. Namun sebelum itu, Sahara pergi ke toilet umum dan berganti pakaian. Dengan pakaian yang sedikit terbuka.

"Sebelum aku pergi kesana, aku harus berpenampilan menarik agar semua orang tertarik padaku."

Ketika Sahara tengah berganti pakaian di dalam toliet, Sahara meninggalkan kopernya di luar toilet tepat di dekat tempat cuci tangan.

Setelah Sahara berganti pakaian, Sahara terkejut karena kopernya yang berisi pakaian dan barang-baranya yang lain hilang.

"Koperku, astaga dimana koperku?" Sahara panik setelah tahu kopernya menghilang.

"Tuhan!!! Cobaan apalagi ini!" Sahara menangis sembari mencari kesana kemari kopernya namun tak kunjung di temukan.

Walau begitu, Sahara masih sedikit tenang karena tas yang berisi surat-surat penting dan handphonenya masih ada bersamanya. Karena Sahara membawanya ke dalam toilet.

Sahara akhirnya tiba di dalam Bar yang cukup besar dan luas itu. Bar yang pernah dikunjunginya pertama kali 10 bulan yang lalu.

Sahara menggunakan gaun pendek tanpa lengan berwarna hitam, telinganya di pasangi anting-anting yang bergelantungan bersamaan dengan rambut pendeknya yang tebal. Sahara juga memakai High heels merah yang sama seperti pertama kali dirinya menginjakan kakinya di Bar itu. Sahara mulai memasuki Bar.

Beberapa dari pengunjung Bar itu mulai melirik Sahara, karena Sahara memang cantik, mata besarnya yang mempunyai dua kelopak mata dengan alis dan bulu mata yang tebal natural. Membuat semua orang iri ingin memilikinya.

Hidungnya yang mancung dan senyumannya yang manis membuat semua orang disana, selalu ingin tersenyum padanya.

Sahara duduk di salah satu meja Bar disana dengan penuh senyuman karena banyak yang menatapnya.

Namun seketika tatapan semua orang disana beralih ketika sekelompok orang datang ke dalam Bar.

"Loh kenapa mereka semua beralih dariku, apa yang mereka lihat? Siapa yang mereka lihat. Apa ada yang lebih cantik dariku?"

Tiba-tiba tiga orang pria masuk ke dalam Bar, dan salah satu dari ketiga pria itu wajahnya tampak tak asing bagi Sahara.

"Dia... " Gumam Sahara terkejut melihat ketiga pria yang masuk ke dalam Bar itu.

...Aku bakalan update setiap hari. Please support me dengan cara bantu like, komen dan share Novel VIP 69 ini. Dan jangan lupa kasih gift hehe gomawo ♥...

...Follow me on Instagram @lyricbighit...

...copyright©️Triahanda...

Terpopuler

Comments

Khoeriyah Ria

Khoeriyah Ria

baru baca Thor

2024-02-23

1

Mr.VANO

Mr.VANO

baru mampir thor

2023-08-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!