Sore harinya
Karena tidak menemukan sprei di lemari dan dia juga malas keluar mencari Mama mertuanya, Emily memilih tidur di atas kasur yang tak memakai sprei karena dia begitu mengantuk dan juga sangat capek.
Setelah beberapa jam tidur , Emily bangun dengan merentangkan tangannya lebar-lebar. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali dan berlahan membuka mata indahnya. Namun ketika melihat ke sekelilingnya ,kedua mata gadis itu terbelalak lebar saat melihat kalau dirinya saat ini ada di sebuah mobil. Bukankah tadi dia tidur di sebuah kamar ? Lalu kenapa dia bisa tidur di mobil ? Siapa yang memindahkannya ke mobil ?
Begitu banyak pertanyaan yang muncul di pikiran Emily. Dia lalu menatap Mama mertuanya yang duduk di sampingnya. Sedangkan Mama mertuanya hanya sibuk dengan ponselnya.
" Mama, kenapa aku bisa ada di mobil ? Bukankah tadi aku ada di kamar ? " tanya Emily seraya menatap Mama mertuanya dengan raut wajah bingung.
" Tadi kau memang ada di kamar. Kami sengaja membuatmu tertidur lama agar kau tidak sadar saat naik pesawat. Bukankah kau trauma naik pesawat ? Jadi kami sengaja melakukan semua ini. Sebentar lagi juga akan sampai di rumah baru kita," ucap Ina pada menantunya dengan wajah dingin.
" Rumah baru ? Apa kita saat ini ada di Filipina ? " tanya Emily dengan raut wajah semakin bingung . Emily merasa seperti ada yang aneh, tapi dia tidak tahu apa itu .
" Kita tidak pergi ke Filipina. Kita pindah ke Venesia," terang Ina dengan raut wajah kesal.
" A_apa ? Bukankah kalian mengatakan pada kedua orang tuaku akan pindah ke Filipina ? Tapi kenapa malah pindah ke Venesia ? Kalian juga mengatakan akan pindah satu minggu lagi pada kedua orang tuaku, tapi kenapa kalian malah berbohong ? " tanya Emily seraya menatap mertua dan suaminya.
" Semua yang kami katakan pada kedua orang tuamu adalah bohong. Kami tidak pindah ke Filipina dan kami juga pindahnya hari ini bukan satu minggu lagi, " ucap Mama mertuanya dengan senyum menyeringai.
" Kenapa kalian melakukan semua ini ? Kenapa tidak memberitahu orang tuaku kalau kalian pindah hari ini ? Mereka pasti sangat khawatir dengan kita," ujar Emily sembari mengerutkan dahinya. Dia melihat ekspresi wajah suami dan mertuanya sangat berbeda. Ekspresi wajah mereka seperti seorang penjahat.
" Ha...ha...ha..." Ina tertawa cukup keras melihat ekspresi menantunya.
" Kalian memang sangat bodoh. Sebenarnya kami sengaja melakukan semua ini agar orang tuamu tidak tahu ke mana tujuan kami pergi. Kami terpaksa menikahkanmu dengan putra kami . Kau harus bekerja di rumah dan di kantor kami agar hutang-hutang Papamu lunas. Kami tidak akan memberimu uang sedikitpun karena papamu memiliki banyak hutang pada kami . Dan kau harus melakukan semua itu seumur hidupmu . Kau itu hanyalah istri di atas kertas. Kau harus ingat itu," ucap Aldi dengan tatapan mata yang tajam dan raut wajah yang merah padam.
Emily menggelengkan kepalanya. Dia masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar saat ini. Apa dia bermimpi ?
" Ini tidak mungkin . Aku yakin ini semua pasti mimpi. Saat ini penderitaan ada di depan mataku. Aku harus bangun dari mimpi buruk ini," kata Emily yang sulit mempercayai semuanya. Dia menepuk-nepuk pipinya dan sesekali mencubit tangan sambil terus bicara.
Kedua mata Emily membulat saat mengetahui kalau semuanya memang bukan mimpi. Dia lalu mencari ponselnya karena ingin menghubungi kedua orang tuanya. Namun dia tidak menemukan ponselnya. Semua yang ada di dalam tasnya dia keluarkan, namun tetap tidak menemukan ponselnya. Tidak hanya ponselnya, dompetnya pun tidak ada di dalam tas. Padahal dia sangat ingat betul kalau dia sudah memasukkan ponsel dan dompetnya. Lalu sekarang ke mana ponsel dan dompet miliknya ? Raut wajah Emily terlihat kebingungan. Dia bingung harus melakukan apa saat ini. Dia juga tidak tahu sekarang ada di mana.
Aldi dan Ina tertawa melihat raut wajah menantunya yang terlihat kebingungan. Hanya Dimas yang diam saja dengan wajah yang sangat dingin. Pria itu hanya fokus mengemudi tanpa peduli sama sekali dengan Emily.
" Mau sampai kapanpun kau mencari dompet dan ponselmu, kau tidak akan menemukannya . Dompet dan ponselmu sudah aku sita. Mulai sekarang kau tidak boleh membawa uang ataupun ponsel. Kau juga tidak boleh menghubungi kedua orang tuamu. Kalau kau diam-diam menghubungi mereka, maka aku akan mengirim kedua orang tuamu ke penjara. Akan aku buat mereka menderita di penjara," ancam Ina pada menantunya. Dia terpaksa melakukan ini karena Bian meminjam banyak uang pada keluarganya dan tak kunjung di kembalikan. Mereka paling benci menagih hutang. Padahal dia sudah memberikan waktu dua bulan pada Bian agar segera mengembalikan uangnya, namun tetap saja Bian selalu mengatakan belum ada uang. Hingga kesabarannya habis dan memilih cara ini. Kalau dia menggunakan cara ini , maka dia akan untung banyak karena Emily akan bekerja seumur hidupnya untuk keluarganya. Apalagi gadis itu sangat pintar dalam berbisnis. Hanya saja Bian tak pernah tahu akan kepintaran putrinya itu. Dia akan menjadikan Emily pembantu di rumahnya lalu setelah itu dia akan menyuruh Emily bekerja di perusahaannya. Dan tentunya tanpa di gajih.
" Ti_tidak, aku tidak mau melakukan itu. Tolong jangan lakukan itu padaku !" ujar Emily memohon.
"Tapi kau harus melakukannya. Mulai sekarang kau akan bekerja tanpa di gajih. Jangan pernah mengatakan pada orang-orang kalau kau adalah istri Dimas. Aku tidak sudi memiliki menantu yang keluarganya sudah jatuh miskin. Kau hanya istri Dimas di atas kertas. Kau harus ingat, kau itu hanyalah budak kami," kata Aldi dengan mata melotot.
" Pak Dimas, tolong jangan lakukan ini padaku ! Kalau Anda tidak menginginkan pernikahan ini , maka tolong biarkan aku pergi dan ceraikan aku. Aku janji akan segera mengembalikan semua uang yang Papaku pinjam," pinta Emily seraya menatap Dimas yang ada di depannya. Namun pria itu hanya diam saja . Dia seperti tak mendengar semua ucapan Emily. Dia bagaikan patung yang hanya diam saja. Apakah pria yang ada di depannya beneran suaminya ? Wajahnya memang sama tapi sifatnya sangat berbeda. Dimas yang dia lihat saat acara pernikahannya sangat baik dan begitu perhatian dengannya , tapi Dimas yang ada di depannya terlihat sangat dingin dan seperti sebuah patung.
" Kau pikir kita akan percaya dengan semua ucapanmu ? Kau bahkan selama ini tak pernah bekerja. Kau hanyalah gadis manja yang hanya bisa meminta uang pada kedua orang tuamu. Kau hanya bisa menghambur-hamburkan uang orang tuamu saja. Tapi kau tenang saja, mulai sekarang aku akan membuatmu agar tidak manja lagi," ucap Ina seraya tersenyum licik.
" Tolong turunkan aku di sini ! Aku tidak ingin ikut dengan kalian. Tolong...tolong...tolong ," teriak Emily seraya menggedor-gedor pintu mobil.
" Diam ! " teriak Dimas yang langsung menoleh ke belakang. Pria itu menghentikan mobilnya secara mendadak. Dimas menatap Emily dengan mata menyala. Raut wajah pria itu terlihat begitu menakutkan hingga membuat Emily langsung terdiam dan menunduk.
" Apa kau tak bisa diam ? " teriak Dimas dengan wajah berapi-api.
Emily terus menunduk. Dia tak berani menatap pria itu. Air matanya langsung menetes begitu saja. Rasa takut terlukis di wajah gadis itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments