Setelah acara resepsi selesai , keluarga Emily dan keluarga Dimas berkumpul membicarakan rencana keluarga Sanjaya yang ingin pindah.
" Kenapa tiba-tiba kalian ingin pindah ?" tanya Bian seraya menaikkan sebelah alisnya. Kalau keluarga Sanjaya pindah maka dia akan jauh dengan putrinya. Selama ini Emily tak pernah jauh dengan orang tuanya.
" Kakek dan Neneknya Dimas meminta kami tinggal di Filipina. Kami juga tidak bisa menolak permintaan mereka. Apalagi keluarga besar kami ada di sana," terang Pak Aldi seraya menatap Bian.
"Selama ini Emily tak pernah jauh dengan kami. Dia pasti sangat sedih setelah mendengar hal ini," kata Ara dengan mulut yang melengkung ke bawah. Dia terlihat sangat sedih karena Emily tidak akan tinggal di kota Roma lagi .
" Anda tidak usah sedih, teknologi sekarang kan sudah canggih. Kalau kalian merindukan Emily, kalian bisa menghubunginya atau mengunjunginya," sahut Ibu Ina.
" Sepertinya Emily tidak akan mau ikut dengan kalian, soalnya dia trauma naik pesawat. Dulu saat Emily berusia sepuluh tahun , dia pernah diajak jalan-jalan ke beberapa negara oleh Kakek dan Neneknya. Namun saat mereka akan kembali ke Roma, pesawat yang mereka tumpangi terjatuh . Kedua orang tua kami meninggal dalam kecelakaan pesawat itu , hanya Emily yang selamat,"tutur Bian. Pria itu baru ingat kalau putrinya sangat trauma naik pesawat.
" Tapi saat ini Emily adalah menantu keluarga kami. Apalagi mereka adalah pengantin baru. Tidak mungkin kan pengantin baru tinggal terpisah ? Apa kata keluarga besar kami nanti, jika mereka tahu kalau anak dan menantu kami malah tinggal terpisah," ucap Ibu Ina seraya melirik ke arah Dimas dan suaminya.
" Mama dan Papa tidak usah khawatir. Aku akan membantu Emily agar tidak trauma lagi naik pesawat. Kalian juga tidak perlu khawatir. Aku sangat mencintai Emily. Aku pasti akan membahagiakannya. Kalau kalian merindukan Emily, kalian bisa langsung menghubungi nomerku. Nanti biar aku dan Emily yang datang kemari. Atau kalian sendiri yang datang mengunjungi kami, nanti masalah biaya biar aku yang menanggungnya," terang Dimas meyakinkah mertuanya.
Bian menghela nafas dengan pelan. Saat ini Emily sudah menjadi istri Dimas, jadi dia tak bisa melarang pria itu.
" Kami memang tak bisa melarangmu karena saat ini kau adalah suaminya. Tapi tolong kau jaga putriku dengan baik dan bahagiakan dia," pinta Bian pada menantunya.
" Iya ,Pa. Kau tenang saja, aku pasti akan menjaga dan membahagiakan putrimu itu," sahut Dimas seraya tersenyum.
" Lalu kapan kalian akan pindah ke sana ? " tanya Bian seraya menaikkan sebelah alisnya.
" Lagi satu minggu ,Pa. Kebetulan masih banyak yang harus kami urus di sini," sahut Dimas lagi.
"Tolong kabari kami nanti ! Kami hanya ingin mengantar kalian ke bandara," kata Bian menjelaskan.
" Tentu saja ,Pa. Kami pasti akan memberitahu kalian,"kata Dimas seraya menyunggingkan senyum.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Kediaman Dimas
" Emily , selamat datang di rumah kami. Anggap saja rumah ini seperti rumahmu sendiri," kata Ina pada menantunya.
" I_iya ,Tante," sahut Emily dengan raut wajah yang terlihat gugup.
" Kenapa malah memanggilku Tante ? Mulai sekarang panggil aku Mama. Anggap saja aku seperti Mamamu sendiri," sahut Ina seraya tersenyum dengan Emily
" I_iya ,Ma ," balas Emily menunduk.
" Dimas, tolong kamu antar istrimu ke kamarmu ! Dia pasti sangat lelah," ujar Ina pada putranya yang hanya sibuk dengan ponselnya.
" Ayo ikut aku," kata Dimas pada Emily. Ekspresi wajah pria itu terlihat sangat dingin terhadap Emily.
Emily hanya diam dan mengikuti pria itu dari belakang. Dia terus menatap punggung pria itu. Emily masih tidak percaya kalau dia sudah menikah dengan pria yang ada di depannya. Apakah ini mimpi ? Kalau memang ini hanya mimpi, dia ingin segera bangun dari mimpi buruk ini. Menurut Emily, pria yang ada di depannya terlihat sangat tua . Bahkan pria itu juga sangat dingin dengan dirinya. Tadi sebelum pergi, Mama dan Papanya mengatakan kalau Dimas sangat mencintainya. Bahkan mereka juga mengatakan kalau pria itu tidak ingin jauh dengan dirinya. Tapi dia melihat tidak ada tanda-tanda kalau pria itu mencintainya. Bahkan pria itu tidak membantunya membawa barang-barangnya . Apakah pria tua itu sengaja bersikap dingin karena merasa malu dengannya ?
" Sepertinya dia memang malu. Walaupun saat ini aku tidak mencintainya , tapi mulai sekarang aku harus belajar mencintainya. Karena saat ini dia sudah berstatus suamiku," batin Emily . Walaupun sangat sulit tapi dia akan mencobanya.
" Ini kamarnya, istirahatlah," ucap Dimas tanpa ekspresi sama sekali. Setelah itu dia meninggalkan Emily begitu saja.
" Bahkan saat bicara denganku, dia juga tak menatapku sama sekali. Sepertinya aku harus ekstra sabar menghadapi pria yang seperti ini," gumam Emily yang langsung masuk ke dalam kamar itu.
Emily menatap kamar itu sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Kamar itu terlihat kosong dan bahkan tempat tidurnya juga tak memakai sprei.
" Sepertinya para pembantu di sini sangat malas," gerutu Emily dengan kesal. Dia menuju ke lemari pakaian untuk mencari sprei. Dia akan mencoba memasangnya sendiri. Walaupun selama ini dia tak pernah memasang sprei, tapi kali ini dia ingin mempelajarinya sendiri . Dia akan mencari tutorial cara memasang sprei yang benar di ponselnya . Emily membuka lemari itu , namun matanya langsung membulat saat melihat dua lemari yang ada di kamar itu kosong. Bahkan kamar mandinya juga terlihat seperti tak di pakai cukup lama.
" Kenapa malah kosong ? Apakah kamar ini bukan milik pria tua itu ? " gumam Emily merasa bingung sambil menatap ke sekeliling kamar itu.
" Tapi baguslah . Aku juga belum siap satu kamar dengan pria tua itu," ucap Emily yang langsung duduk di sebuah sofa yang ada di kamar itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments