Setibanya ayah dan anak itu di rumah, tampak Nyonya Sri dayana sudah menunggu dengan amat cemas kedatangan mereka di depan pintu masuk kediaman mewah Pratama. Ibu dari dua orang anak itu mencoba menetralkan wajah khawatirnya dengan melihat halaman luas dipenuhi pepohonan hijau, bunga-bunga mahal berbagai warna, serta kolam jernih yang di dalamnya terdapat ikan-ikan cantik. Sungguh memanjakan mata.
Kedua pria penting di dalam hidup Nyonya Diana itu pun sama-sama keluar dari mobil keluaran terbaru, seharga 5 miliar. Menampakkan wujudnya melangkahkan kaki jenjang mereka menuju seseorang yang semakin gelisah takut terjadi sesuatu yang akan menimbulkan masalah besar jika saja dua orang itu masing-masing menunjukkan taringnya.
"Andrean, papa, syukurlah kalian sudah datang. Ayo kita segera makan bersama! Mama juga Jessie tadi sudah memasak makanan kesukaan kalian."
Dengan tersenyum lembut Sri dayana memecah kebekuan yang masih tertutupi kebisuan di antara dua makhluk gagah tersebut.
"Ayo, cepatlah! Ada hal penting yang akan ku sampaikan kepadamu dan Jessie, ini mengenai Putra kesayanganmu itu." Ucap Johan tegas sambil berjalan cepat mendahului Diana menuju meja makan.
Meski rasa cemas kini melanda hati, mereka semua tak bisa membantah perintah mutlak dari kepala keluarga yang dikenal sebagai seorang disiplin, tegas,serta keras kepala itu, setiap keputusan yang telah dia buat, tak boleh diganggu gugat lagi.
mereka makan dalam keheningan. Tidak ada seorangpun yang buka suara, semua larut dalam pikiran masing-masing.
Setelah menyantap habis makanan lezat pada malam hari itu, Johan tanpa basa-basi langsung memberitahu keputusan yang sudah dia ambil, tentunya hal tersebut sudah iya pikirkan dengan matang.
"Sudah ku putuskan, Andrean Putra tunggal keluarga Pratama harus segera keluar dari rumah ini!."
"Apa? Maksud, maksud Papa? Sri Diana sangat terkejut mendengar perkataan sang suami.
"Ya benar! Dia harus merasakan bagaimana kerasnya kehidupan, selama ini Andrean Putra kita hidup berkelimpahan, tanpa mengetahui seperti apa susahnya mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup."
Johan berucap tegas tidak ingin ada penolakan. Tetapi sesekali ia memijat pelipisnya, menandakan pria paruh baya itu Tengah berpikir keras.
Mendengar hal itu Andrean tersenyum sinis. "Hehhhhhhh. Coba saja, aku sama sekali tak takut dengan itu." ucapnya masih belum jera.
Jessie seketika menatap Andrean tajam dan mengatupkan giginya sampai berbunyi nyaring, bisa-bisanya kakak yang sedang duduk di sampingnya itu berkata santai dan seolah-olah menantang.
"Apa lo lihatin gue? Jaga tuh mata entar gue congkel baru tahu." Andrean malah memperpanas suasana.
"Bang, kamu tuh mikir sedikit dong! Jelas-jelas Abang yang salah di sini, tapi tetap saja sok-soan merasa paling benar. Berkaca dulu sana! Kalau di kamar Abang nggak ada kaca, pergi saja di kamarku ada cermin rias yang besar di sana!"
"Lo anak kecil nggak tahu apa-apa jadi akan lebih bagus kalau lo diam dan nggak usah ikut campur!"
"Aku nggak bisa tinggal diam, karena ini menyangkut,"
"Sudah cukup! Apa-apaan kalian ini?! Heeemmmm. Perkataan adikmu memang benar Andrean, perbuatanmu sangat keterlaluan. Usiamu telah dewasa dan kami menyekolahkanmu tinggi-tinggi tetapi kau seperti seseorang yang tidak pernah menerima didikan."
Johan berusaha untuk menahan amarah dalam dada agar tidak meledak.
"Terus saja Bella Putri kesayanganmu, aku akan selalu salah dan salah di mata Papa."
"Kau! Anak tak tahu di untung, tak memahami arti dari kasih sayang kedua orang tuamu yang mati-matian bekerja demi dirimu!." Johan pun akhirnya naik pitam iya segera berdiri hendak memukul Andrean yang duduk tenang di hadapannya.
"Papa kumohon hentikan! Sabarlah papa, jangan marah-marah seperti ini nanti penyakitmu bisa kambuh." ucap Sri Diana selembut mungkin untuk menengahi pertikaian ini.
lagi-lagi Andrean masih saja bersikap acuh tak acuh, seakan-akan amarah Johan hanyalah angin lalu saja.
"Baiklah, tadinya aku sempat berpikir untuk tidak melakukan hal ini kepadamu. Tapi kau sudah membuktikan dan membuka mataku bahwa kau memang pantas mendapat hukuman berat, yang akan membuat dirimu menyadari sesuatu nantinya."
bu Diana beserta Jessie saling menggenggam tangan di bawah meja, mereka sangat was-was bercampur deg-degan mendengar keputusan yang akan disampaikan oleh pemimpin keluarga itu.
"dengarkan ini baik-baik! Kau harus mengembarai seluruh Nusantara dari ujung timur Indonesia Papua, hingga ujung barat Indonesia Aceh dengan bermodalkan sepeda ontel, dan ditambah uang rp300.000."
"Hanya itu saja yang boleh kau bawa dari rumah ini! Tak ada satu orang pun yang bisa membantu dia! Biarkan saja Andrean anak dari orang kaya ini terlunta-lunta di jalanan, dan kau berusahalah untuk memenuhi keperluan hidupmu dengan berusaha sendiri. Apa kalian semua mengerti??!"
"Sekali lagi kuingatkan, jangan ada yang coba-coba menolong anak ini dalam bentuk apapun! Sampai dia sendiri menyelesaikan hukumannya dan menyadari kesalahannya."
Johan dengan lugas serta yakin mengucapkan perkataan mengejutkan itu sampai-sampai Diana serta Jessie terdiam seribu bahasa tak tahu ingin melakukan apa.
Sehabis mengungkapkan semua hukuman yang mau tak mau harus Andrean terima, Johan beranjak dari kursinya lalu melangkah pergi meninggalkan Anak-anak dan Istrinya. Untuk kali ini benar-benar tidak ada yang dapat menolong Andrean dari masalah tersebut.
...
Diana meneteskan air mata dalam diam, tak ada seorang ibu mau berpisah dari anaknya. Apalagi itu akan memakan waktu yang lama dan sudah dipastikan setelah Andrean memulai perjalanan panjangnya hidup nya tidak akan seperti sekarang lagi.
Andrean menghela nafas panjang kemudian mendekati sang ibu. "Mama, tolong jangan menangis! Akan kubuktikan kepada tua bangka itu kalau aku mampu melewati hukuman yang dia berikan."
"Diam kau! Tahukah kalian? Aku adalah orang yang paling tersiksa di sini,. Hiks hiks hiks, tidak seorangpun yang peduli denganku. Di satu sisi ada ayahmu sebagai suamiku, dan satu sisi lainnya terdapat kau sebagai anak laki-lakiku."
"mama ak-aku minta maaf ma!." Andrean tak sanggup melihat wanita yang senantiasa mencurahkan cinta luar biasa kepadanya itu, bersedih akibat dari tingkah lakunya yang bejat.
"Sekarang Abang puas kan? Sedari dulu keluarga kita selalu saja ribut karena ulah Abang. Huhuhuhuhu. Kita jadi terpisah, aku pasti sangat merindukan Abang nantinya. Memang Abang agak ngeselin sih, tapi di saat Abang nggak ada di rumah aku amat merasa kesepian bang. Hiks hiks hiks.
dua wanita beda usia itu memeluk erat Andrean di sisi kanan dan sisi kirinya, dada Andrean seperti dihantam batu besar. iya tak menyangka karena kelakuannya kedua Wanita kesayangannya ini sangat terluka, baju kemeja yang ia pakai sampai basah karena air mata sang ibu serta adik kecilnya yang cerewet.
"Tidak, kita tidak boleh menjadi mellow seperti ini! Bagaimanapun Papa telah membuat keputusan, dan Mama tidak bisa berbuat apa-apa tetapi mama merasa yakin 100% kau pasti bisa melewati semua ini."
Diana berucap bijak sana serta berusaha tetap tegar untuk memotivasi Andrean.
"Pergilah sayang! Jalani dan selesaikan hukumanmu dan secepatnya lah pulang kembali ke pelukan Ibumu, semua orang yang ada di tempat ini serta pintu rumah ini akan senantiasa terbuka lebar menunggu kepulangan Tuan muda Pratama, aku akan dengan sabar menunggu kehadiranmu sayang."
"Ya, Ma. Andrean janji bakal cepat kembali dan berusaha untuk memperbaiki diri menjadi pribadi yang jauh lebih baik lagi." seru Andrean bertekad kuat.
Tanpa mereka sadari, sedari tadi sepasang mata sedang memperhatikan interaksi ketiganya, dia adalah Johan yang berdiri mengintip di balik pintu. Pria paruh baya itu merasa terharu mengetahui Andrean ternyata masih mau menuruti perkataan Ibunya, Dia pikir selama ini Putra pewaris satu-satunya Pratama Grup itu tidak memiliki sedikit hati nurani dan tanggung jawab.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Apiin, bukan ipin pulang ke wp
Tobatnya cepet banget dre
2023-07-11
1
Apiin, bukan ipin pulang ke wp
😭😭😭😭
2023-07-10
1