5. Anak-anak yang Ceria

Keluarga Junius adalah yang pertama kali sampai di lokasi. Junius meminta mereka menunggu dan tidak berkeliaran agar Jovan dan Jevan tidak bingung saling mencari. Mereka masih menunggu di parkiran hingga keluarga Jovan sampai beberapa menit setelahnya disusul keluarga Jevan. Begitu melihat Nafiza sampai, Abi langsung menghampiri mobilnya lalu memeluk kembar beda orang tuanya itu. Beda ketika mereka bertemu Tirta dan Genta. Karena jarang ketemu akhirnya agak canggung juga padahal hampir setiap hari mereka telponan.

“Hi Tirta udah gede aja. Apa kabar?” sapa Rere pada keponakannya itu bermaksud memecahkan kecanggungan di antara anak-anaknya.

“Baik tante,” jawab bocah itu.

Setelah saling menyapa, mereka berjalan ke bagian ticketing untuk membeli tiket. Dibagian ini biar Triple J kesayangan Papa Jeff saja yang maju sedangkan anak-anak dan ibunya menunggu di belakang. Jovan, Jevan, dan Junius membeli tiket untuk masing-masing keluarga mereka baru mereka kembali untuk bergabung bersama keluarga mereka untuk masuk ke dalam. Setelah mereka masuk, Tirta yang langsung heboh. Pasalnya dia melihat ada 2 badut yang menggunakan pakaian robot favoritnya.

“Ayah mau foto sama Ilon Man…,” kata Tirta sambil menyeret tangan Jovan.

“Kamu berdiri sana biar om yang fotoin. Yang lain ikut sekalian sini anak-anak, Genta, Nafiza, sama Abi juga,” kata Jevan pada keponakan-keponakannya.

Ketika yang lainnya semua mulai berlari mendekat dan memeluk robot-robota itu, di luar dugaan, ternyata Abi takut sama badut. Dari tadi dia bersembunyi di balik kaki Ayahnya. Baru deh setelah digendong oleh Ayah Junius Abi mau bergabung dan ikut foto. Jevan jelas fokus dengan kameranya mengabadikan setiap moment yang ada. Semuanya dia foto sih, dia juga terima request tapi tetap saja isi kameranya didominasi oleh senyum kedua cantiknya.

Anak-anak heboh berlari ke sana kemari dengan ayahnya mengawasi tepat di belakang. Sedangkan Rere dan Monik kalem saja berjalan sembari mengikuti polah tingkah mereka dari belakang sambil menemani Lia yang tidak bisa berjalan cepat. Nafiza yang biasanya cenderung diam saja bisa begitu cerewet dan heboh kalau sudah membicarakan tentang hewan-hewan begini. Apalagi bersama dengan saudara-saudaranya.

Kecanggungan yang tadi terbentuk juga dengan cepat bisa hilang. Mereka berempat bisa larut dalam dunia anak-anak mereka yang kadang Papa dan Mamanya tidak tahu apa yang mereka maksud. Mereka seolah-olah tidak mengingat kecanggungan yang mereka hadapi belum lama tadi. Nafiza saja sudah mau dipeluk kakaknya.

“Itu kudanilnya tidur mulu kaya ayah,” ceplos Abi jelas membawa tawa untuk semuanya.

“Heh, kalo ayah kudanil berarti kamu anak kudanil dong, sama aja sukanya berendem doang merem-merem nggak jelas, persis mas kalo di rumah. Kerjaannya cuma diem nonton tv sama makan. Badan Abi juga udah mirip Kudanil tuh gendut. Bulet lagi.”

Mendengar penuturan ayahnya membuat Abimanyu tidak terima. Dia menggembungkan pipinya kemudian berjalan menjauh dari ayahnya sembari menjejak-jejakkan kakinya ke tanah tanda bahwa dia sedang marah, “Bubun…., Ayah jahat. Masa Mas dibilang gendut kaya kudanil,” teriak Abi kepada ibunya yang berjalan agak jauh di belakangnya.

“Cepu banget sih mas,” kata Junius karena melihat anaknya yang tengil itu tidak bisa meninggalkan sifatnya yang satu itu. Dia selalu mengadukan segalanya kepada kedua orang tuanya.

“Biarin. Ayah sih jahat. Pokoknya Abi nggak mau main sama ayah lagi titik,” kata Abi yang menyilangkan tangan dan membuang muka tanda dia marah.

“Yahh malah ngambek. Mas, nanti nggak Ayah beliin ice cream lo. Nafiza kak Tirta sama Genta aja yang ayah beliin ya mas nggak usah,” bujuk Iyus.

“Nggak mau. Ayah harus beliin Mas juga. Kalo nggak nanti Mas bilangin Bubun lho biar ayah dimarahin sama Bubun,” tuh kan dia mengadu lagi.

Di samping perdebatan tidak berkelas Abi dan ayahnya, ada Jevan yang sedang asik berduaan dengan Nafiza. Dia meminta ayahnya menggendongnya biar dia bisa melihat kudanil itu dengan lebih jelas. Dia banyak bertanya tentang ini itu sampai Jevan kewalahan menjawab. Untung Rere di sebelahnya membantu menjawab. Kalau Jovan saat ini justru berjalan dan mencari tempat untuk duduk dan makan snack bersama si bungsu sedangkan bunda sedang ke toilet menemani Tirta.

Setelah selesai melihat kudanil, anak-anak mulai berlarian kembali. Mereka senang sekali melihat ini dan itu. Ada yang berlarian dan tertawa bersama, ada juga yang kalem berjalan menggandeng tangan Papanya di belakang sembari berteriak minta ditunggu, "Abi sama Genta tunggu...," kata Nafiza.

"Kalau mau nyusul ikut nyusul aja sana, nggak usah gandengan sama Papa," kata Jevan yang gemas.

Nafiza inginnya dia bisa terus berlarian bersama Gentala dan Abi tapi juga tidak mau melepaskan tangan Papanya. Dia sepertinya masih merindukan Papanya yang akhir-akhir ini jadi sibuk sekali. Ditambah lagi Mama Rere sama sibuknya. Walaupun Nafiza sering ikut ke tempat Papa dan Mamanya bekerja, tapi dia bosan karena tidak memiliki teman yang bisa diajak bermain. Sedangkan kalau dia pergi ke rumah pamannya dan bermain dengan Abi, dia akan merindukan kedua orang tuanya karena jauh. Nafiza jadi bimbang.

Beberapa saat kemudian, merasa sudah kelelahan mengikuti tingkah anaknya yang licin seperti belut Junius meminta mereka berhenti barang sejenak, "anak-anak sini dulu istirahat. Nanti kita keliling lagi ya,” perintah Junius yang sudah ngos-ngosan langsung diiyakan oleh anak-anak.

Mereka saat ini sedang duduk berjejer di salah satu gazebo dekat kandang reptil. Berhubung mereka ingat kalau salah satu di antara mereka ada yang sedang hamil, jadi mereka akhirnya agak lama duduk di sana sembari memberi Lia kesempatan untuk beristirahat juga untuk Junius mengambil nafas karena setelah ini dia pasti harus berlarian lagi. Rere juga mengeluhkan perutnya agak sakit sejak berangkat tadi jadi biarlah ibu-ibu muda kita ini istirahat, dan anak-anak bermain bersama ayahnya sampai puas.

“Mamaa hueee…,” baru Rere mau minum, sudah urung karena mendengar tangisan putrinya.

“Kok nangis kenapa cantik?” tanya Rere.

“Abi injek sepatu Nafiza. Sepatu putihnya jadi kotor Ma, padahal ini kan sepatu hadiah dari Papa,” rengeknya.

Tidak jauh dari tempat Nafiza memeluk ibunya, Abi dan ayahnya berdiri menatap satu-satunya cucu perempuan kakek Jeff itu, “heh. Siapa yang ngajarin bikin anak cewek nangis gitu? Minta maaf sana Mas,” kata Junius pada putranya. Dia sengaja berjongkok agar bisa melihat ekspresi bersalah di wajah putranya yang menurut dia lucu dari jarak yang lebih dekat.

“Udah ayah, tapi Nafiza belum mau ngomong sama Mas. Terus Mas harus gimana nih?” tanya Abi pada ayahnya.

Episodes
1 1. Ingkar Janji
2 2. Hilang Waktu
3 3. Sepatuku Kotor
4 4. Morning Routine
5 5. Anak-anak yang Ceria
6 6. Mencari Dino
7 7. Rencana Menginap
8 8. Kabar dari Rere
9 9. Obrolan Malam Keluarga Kusuma
10 10. Kondisi Kesehatan Rere
11 11. Sekuat Cinta Jevan
12 12. Kisah Kelahiran Anak Kami
13 13. Bagaimana Denganmu?
14 14. Kencan Jovan dan Monika
15 15. Kado Untuk Monika
16 16. Bertengkar
17 17. Perjuanganku Tidak Sia-sia
18 18. Membantu Lia
19 19. Nafiza Tidak Mau Punya Adik
20 20. Keputusan Jevan dan Rere
21 21. Ulang Tahun Pernikahan
22 22. Bulan Madu
23 23. Cinta Pertama Mas Jev
24 24. Aku dan Kamu Tidak Terpisahkan
25 25. Gombalan Jevan
26 26. Berhasil Melawan Takut
27 27. Takut Ketinggian
28 28. Tenang Seperti Air
29 29. Kejutan
30 30. Kalung Penuh Kenangan
31 31. Ketika Ibu Negaraku Sakit (1)
32 32. Ketika Ibu Negaraku Sakit (2)
33 33. Junius Chandra dan Tingkahnya
34 34. Stalker
35 35. Kepastian
36 36.Terima Kasih untuk Yang Terkasih
37 37. Kesibukan yang Tiada Henti
38 38. Kesibukan Masih Berlanjut
39 39. Curhatan Monika
40 40. Rere Sakit
41 41. Alasan Baik dibalik Rasa Sakit
42 42. Nafiza Punya Adik
43 43. Tantrum
44 44. Monika di Indonesia?
45 45. Mencari Monika
46 46. Papa Jatuh Sakit
47 47. Janjiku Padamu
48 48. Kepergian ke Singapura
49 49. Melangkah Untuk Lebih Baik
50 50. Hari Mulai Sibuk
51 51. Ada Masalah di Perusahaan
52 52. Maukah Jovan Membantu?
53 53. Jovan dan Monika Berhasil Berbaikan
54 54. Keputusan Jovan
55 55. Kesepakatan Antara Saudara
56 56. Kelelahan
57 57. Terbakar Semangat
58 58. Kedatangan Teman Lama
59 59. Menyapa sang Adik
60 60. Jevando yang Kacau
61 61. Cita Cita Untuk Nafiza
62 62. Tertampan di Hati Rere
63 63. Momen yang tak Terganti
64 64. Teror
65 65. Perasaan Rere
66 66. Takut Membebani
67 67. Dukungan untuk Suamiku
68 68. Berusaha Kuat
69 69. Bantu Aku ya
70 70. Kemarahan Menantu Kusuma
71 71. Kemarahan Menantu Kusuma (2)
72 72. Dukungan dari Keluarga
73 73. Tertangkap
74 74. Menemukan Akar Masalah
75 75. Jovan Keren
76 76. Mengenang Jevan
77 77. Kuatlah Cantik
Episodes

Updated 77 Episodes

1
1. Ingkar Janji
2
2. Hilang Waktu
3
3. Sepatuku Kotor
4
4. Morning Routine
5
5. Anak-anak yang Ceria
6
6. Mencari Dino
7
7. Rencana Menginap
8
8. Kabar dari Rere
9
9. Obrolan Malam Keluarga Kusuma
10
10. Kondisi Kesehatan Rere
11
11. Sekuat Cinta Jevan
12
12. Kisah Kelahiran Anak Kami
13
13. Bagaimana Denganmu?
14
14. Kencan Jovan dan Monika
15
15. Kado Untuk Monika
16
16. Bertengkar
17
17. Perjuanganku Tidak Sia-sia
18
18. Membantu Lia
19
19. Nafiza Tidak Mau Punya Adik
20
20. Keputusan Jevan dan Rere
21
21. Ulang Tahun Pernikahan
22
22. Bulan Madu
23
23. Cinta Pertama Mas Jev
24
24. Aku dan Kamu Tidak Terpisahkan
25
25. Gombalan Jevan
26
26. Berhasil Melawan Takut
27
27. Takut Ketinggian
28
28. Tenang Seperti Air
29
29. Kejutan
30
30. Kalung Penuh Kenangan
31
31. Ketika Ibu Negaraku Sakit (1)
32
32. Ketika Ibu Negaraku Sakit (2)
33
33. Junius Chandra dan Tingkahnya
34
34. Stalker
35
35. Kepastian
36
36.Terima Kasih untuk Yang Terkasih
37
37. Kesibukan yang Tiada Henti
38
38. Kesibukan Masih Berlanjut
39
39. Curhatan Monika
40
40. Rere Sakit
41
41. Alasan Baik dibalik Rasa Sakit
42
42. Nafiza Punya Adik
43
43. Tantrum
44
44. Monika di Indonesia?
45
45. Mencari Monika
46
46. Papa Jatuh Sakit
47
47. Janjiku Padamu
48
48. Kepergian ke Singapura
49
49. Melangkah Untuk Lebih Baik
50
50. Hari Mulai Sibuk
51
51. Ada Masalah di Perusahaan
52
52. Maukah Jovan Membantu?
53
53. Jovan dan Monika Berhasil Berbaikan
54
54. Keputusan Jovan
55
55. Kesepakatan Antara Saudara
56
56. Kelelahan
57
57. Terbakar Semangat
58
58. Kedatangan Teman Lama
59
59. Menyapa sang Adik
60
60. Jevando yang Kacau
61
61. Cita Cita Untuk Nafiza
62
62. Tertampan di Hati Rere
63
63. Momen yang tak Terganti
64
64. Teror
65
65. Perasaan Rere
66
66. Takut Membebani
67
67. Dukungan untuk Suamiku
68
68. Berusaha Kuat
69
69. Bantu Aku ya
70
70. Kemarahan Menantu Kusuma
71
71. Kemarahan Menantu Kusuma (2)
72
72. Dukungan dari Keluarga
73
73. Tertangkap
74
74. Menemukan Akar Masalah
75
75. Jovan Keren
76
76. Mengenang Jevan
77
77. Kuatlah Cantik

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!