3. Sepatuku Kotor

Seminggu kemudian, seperti yang sudah dia janjikan kepada saudara-saudaranya Jovando dan keluarga kecilnya datang ke Indonesia. Papa dan Mama sendiri yang menjemput mereka ke bandara dan mengajak kedua cucunya ini untuk jalan-jalan sejenak di area malioboro sekalian untuk cari makan malam.

"Mas, sudah ngabari kembaranmu?" tanya Papa Jeff.

"Sudah. Tapi dia masih sibuk terus si Rere sakit makanya belum bisa ke sini sekarang. Kalau Junius baru pulang dari Surabaya dan langsung tepar habis dikerokin sama istrinya. Yaudah lah nggak papa besok kan sudah janjian mau ngajak anak-anak jalan juga. Besok pasti ketemu kok," kata Jovan.

"Mama sama Papa beneran nggak mau ikut?" tanya Monik.

"Kayanya nggak bisa deh, soalnya Papa sama Mama ada undangan. Nggak enak kalau nggak datang wong pas nikahan kalian bertiga beliaunya dateng terus kok," kata Mama.

"Undangan dari siapa sih Ma?"

"Dari Pak Bejo."

"Oh pantes," kata Jovan yang tahu siapa orang yang telah memberikan undangan pada kedua orang tuanya hingga menolak ajakan anak-anaknya.

"Lagian kamu lama di sini Mas, Jevan sama Junius juga bilang mau nginep di rumah selama ada kamu. Buat Papa lihat kalian semua bisa kumpul lagi aja udah seneng," kata Papa.

...***...

Pagi ini Rere bangun dalam kondisi seluruh tubuhnya sakit semua. Bagaimana tidak sakit, dia tertidur masih dalam posisi memangku buku design dengan pensil tetap berada ditangannya. Dia tidur setengah duduk menyender pada Jevan yang tidak jauh berbeda posisinya, tidur dengan memangku iPadnya. Gambarnya jadi rusak karena pergerakan e-pen yang ada di genggamannya ketika dia tidak sengaja tertidur.

“Ah tau gini nggak aku lembur semalem,” kata Jevan berusaha memperbaikinya tanpa ada niat turun dari tempat tidurnya terlebih dulu.

“Mas mau sarapan pake apa?” tanya Rere.

“Apa aja. Terserah Mama deh, kalau capek nggak usah masak.”

Rere kemudian melangkah masuk ke kamar mandi untuk mandi. Tidak butuh waktu lama dia langsung menuju ke dapur menyiapkan sarapan untuk Jevan dan Nafiza. Sepertinya Nafiza masih tidur dengan tenang di kamarnya. Selesai menyiapkan sarapan, dia masuk ke kamar putrinya itu, membuka jendela membuat si pemilik protes karena sinar matahari pagi langsung mengenai matanya.

“Hei cantiknya Papa Jevan bangun yuk, katanya mau main sama kak Tirta sama Abi.”

“Besok aja Ma, capek.”

“Ayo dong sayang, katanya mau nginep tempat nenek juga.”

Setelah mendengar neneknya disebut dia langsung bangun. Walau masih dengan separuh nyawanya tertinggal di tempat tidur, tapi dia mampu berjalan ke kamar mandi untuk mandi. Usianya belum genap 5 tahun, tapi dia sudah terbiasa melakukan kegiatan paginya sendiri. Terkadang masih butuh bantuan Mama Papa tapi setidaknya dia sudah memiliki niat untuk melakukannya sendiri jadi Rere tidak perlu tarik urat setiap pagi seperti Lia.

Jadi satu-satunya cucu perempuan di keluarga Kusuma jelas membuatnya jadi kesayangan semua orang. Kei Nafiza Rhea, yang lahir prematur dan harus menginap di inkubator selama beberapa hari itu bisa bertahan dan tumbuh jadi seorang anak yang sehat dan cerdas. Jelas Papa Mama juga semua saudaranya selalu menjaganya bak tuan putri yang tidak boleh tergores sedikitpun. Apalagi Tirta. Dia ingin sekali punya adik perempuan, tapi yang lahir malah adik laki-laki. Tidak apa-apa sih setidaknya dia jadi punya teman main robot-robotan. Dia jadi monsternya dan si adik jadi pahlawannya.

“Sini Papa bantu ikat talinya,” kata Jevan yang kini berlutut di hadapan Nafiza yang terlihat kesulitan mengikat tali sepatunya.

“Nafiza yakin mau pakai sepatu itu? Katanya sudah kekecilan?” tanya Rere pada putrinya.

“Tapi nggak mau pakai yang putih Ma, takut kotor.”

“Kalau kotor kan bisa dicuci. Papa kan beliin sepatu itu buat dipakai. Pakai aja ya, daripada kaki Nafiza sakit karena pakai sepatu kekecilan,” kata Jevan.

“Yaudah deh, aku pake ya Pa,” kata Nafiza diangguki Jevan.

Rere melihat gadis kecilnya berjalan mengambil sepatu yang dimaksud tadi di rak. Tapi Rere tidak kunjung melihat dia memakainya. Kalau kebanyakan anak dibelikan barang baru pasti tidak sabar akan memakainya maka Nafiza tidak, dia lebih suka menyimpannya karena takut rusak atau kotor. Apalagi kalau barang itu pemberian dari orang-orang kesayangannya.

“Sayang, kalau rusak atau kotor kan bisa minta belikan yang baru sama Papa. Bahkan belum sampai sepatu Nafiza rusak Papa juga sudah belikan yang baru kan? Cantik, kalau punya barang bagus dijaga boleh, tapi jangan terus hanya disimpan begitu. Kasihan sepatunya nangis, kan dia dibeli buat dipakai bukan buat disimpan,” kata Rere pengertian.

“Benar ya, kalau sepatu yang ini rusak Papa belikan yang baru?” tanya Nafiza pada Papanya.

“Iya cantik, udah sini sarapan dulu. Keburu ditinggal sama yang lain lo nanti,” ajak Jevan membuat gadis kecil itu segera berlari menuju meja makan untuk duduk di sebelah Papanya.

Keduanya makan dengan lahap, walau sedikit belepotan tapi Nafiza mampu menghabiskan sarapannya sendiri tanpa bantuan dari orang tuanya lagi. Setelah selesai membantu Nafiza membersihkan sisa makannya, Jevan kembali melangkah ke dalam kamar. Di dalam kamar dia melihat Rere baru selesai berganti baju dan sedang duduk merias wajahnya.

“Ma, lensa kameraku dimana ya?” tanya Jevan yang tidak menemukan barang yang dicarinya di dalam laci meja kerjanya.

“Dalem laci sini. Kamu kalau udah capek kan suka ditaruh sembarang tempat,” Rere menjawab tanpa menoleh sebab dia sedang memakai eyeliner dan tidak mau diinterupsi.

“Nggak ada Ma,” kata Jevan yang tidak menemukannya walau sudah mencarinya ke segala laci.

Rere kemudian menghentikan kegiatannya karena tidak sengaja disenggol oleh Jevan membuat make upnya berantakan. Dengan wajah yang sangat-sangat datar Rere membuka satu laci paling atas yang ada di samping kanannya dan langsung memperlihatkan lensa yang dimaksud Jevan tadi. Dengan wajah tanpa dosa Jevan tersenyum, mencuri satu kecupan di bibir Rere sebelum cantiknya ini mengamuk.

“Udah? Males ih sama Papa. Udah sana keluar ahh, ganggu aja,” Rere berusaha mendorong Jevan menjauh pasalnya dia bukannya minta maaf malah menggodanya.

“Pundung nih ceritanya?” tanya Jevan yang sedang sibuk menata kameranya ke dalam tas.

“Hmm, jadi jangan sentuh atau kamu pulang tinggal nama.”

“Aww serem. Yaudah maaf, Papa sama Nafiza tunggu di luar ya,” kata Jevan kemudian keluar meninggalkan Rere seorang diri di kamarnya.

Setelah Jevan keluar, Rere membuka sebuah kotak kecil yang terletak di pojok kiri mejanya. Dia mengambil sebutir obat lalu meminumnya sebelum melangkah keluar dari kamar untuk menyusul Jevan dan Nafiza yang sudah siap. Beberapa menit lalu Lia menelponnya mengatakan jika mereka sudah berangkat. Selesai menata bawaan mereka di bagasi belakang, Jevan kembali memastikan jika Nafiza dan Rere memakai sabuk pengaman mereka. Rere terlihat sedang menelpon seseorang ketika Jevan mulai melajukan mobilnya keluar dari gang perumahan mereka menuju ke tempat tujuan.

Episodes
1 1. Ingkar Janji
2 2. Hilang Waktu
3 3. Sepatuku Kotor
4 4. Morning Routine
5 5. Anak-anak yang Ceria
6 6. Mencari Dino
7 7. Rencana Menginap
8 8. Kabar dari Rere
9 9. Obrolan Malam Keluarga Kusuma
10 10. Kondisi Kesehatan Rere
11 11. Sekuat Cinta Jevan
12 12. Kisah Kelahiran Anak Kami
13 13. Bagaimana Denganmu?
14 14. Kencan Jovan dan Monika
15 15. Kado Untuk Monika
16 16. Bertengkar
17 17. Perjuanganku Tidak Sia-sia
18 18. Membantu Lia
19 19. Nafiza Tidak Mau Punya Adik
20 20. Keputusan Jevan dan Rere
21 21. Ulang Tahun Pernikahan
22 22. Bulan Madu
23 23. Cinta Pertama Mas Jev
24 24. Aku dan Kamu Tidak Terpisahkan
25 25. Gombalan Jevan
26 26. Berhasil Melawan Takut
27 27. Takut Ketinggian
28 28. Tenang Seperti Air
29 29. Kejutan
30 30. Kalung Penuh Kenangan
31 31. Ketika Ibu Negaraku Sakit (1)
32 32. Ketika Ibu Negaraku Sakit (2)
33 33. Junius Chandra dan Tingkahnya
34 34. Stalker
35 35. Kepastian
36 36.Terima Kasih untuk Yang Terkasih
37 37. Kesibukan yang Tiada Henti
38 38. Kesibukan Masih Berlanjut
39 39. Curhatan Monika
40 40. Rere Sakit
41 41. Alasan Baik dibalik Rasa Sakit
42 42. Nafiza Punya Adik
43 43. Tantrum
44 44. Monika di Indonesia?
45 45. Mencari Monika
46 46. Papa Jatuh Sakit
47 47. Janjiku Padamu
48 48. Kepergian ke Singapura
49 49. Melangkah Untuk Lebih Baik
50 50. Hari Mulai Sibuk
51 51. Ada Masalah di Perusahaan
52 52. Maukah Jovan Membantu?
53 53. Jovan dan Monika Berhasil Berbaikan
54 54. Keputusan Jovan
55 55. Kesepakatan Antara Saudara
56 56. Kelelahan
57 57. Terbakar Semangat
58 58. Kedatangan Teman Lama
59 59. Menyapa sang Adik
60 60. Jevando yang Kacau
61 61. Cita Cita Untuk Nafiza
62 62. Tertampan di Hati Rere
63 63. Momen yang tak Terganti
64 64. Teror
65 65. Perasaan Rere
66 66. Takut Membebani
67 67. Dukungan untuk Suamiku
68 68. Berusaha Kuat
69 69. Bantu Aku ya
70 70. Kemarahan Menantu Kusuma
71 71. Kemarahan Menantu Kusuma (2)
72 72. Dukungan dari Keluarga
73 73. Tertangkap
74 74. Menemukan Akar Masalah
75 75. Jovan Keren
76 76. Mengenang Jevan
77 77. Kuatlah Cantik
Episodes

Updated 77 Episodes

1
1. Ingkar Janji
2
2. Hilang Waktu
3
3. Sepatuku Kotor
4
4. Morning Routine
5
5. Anak-anak yang Ceria
6
6. Mencari Dino
7
7. Rencana Menginap
8
8. Kabar dari Rere
9
9. Obrolan Malam Keluarga Kusuma
10
10. Kondisi Kesehatan Rere
11
11. Sekuat Cinta Jevan
12
12. Kisah Kelahiran Anak Kami
13
13. Bagaimana Denganmu?
14
14. Kencan Jovan dan Monika
15
15. Kado Untuk Monika
16
16. Bertengkar
17
17. Perjuanganku Tidak Sia-sia
18
18. Membantu Lia
19
19. Nafiza Tidak Mau Punya Adik
20
20. Keputusan Jevan dan Rere
21
21. Ulang Tahun Pernikahan
22
22. Bulan Madu
23
23. Cinta Pertama Mas Jev
24
24. Aku dan Kamu Tidak Terpisahkan
25
25. Gombalan Jevan
26
26. Berhasil Melawan Takut
27
27. Takut Ketinggian
28
28. Tenang Seperti Air
29
29. Kejutan
30
30. Kalung Penuh Kenangan
31
31. Ketika Ibu Negaraku Sakit (1)
32
32. Ketika Ibu Negaraku Sakit (2)
33
33. Junius Chandra dan Tingkahnya
34
34. Stalker
35
35. Kepastian
36
36.Terima Kasih untuk Yang Terkasih
37
37. Kesibukan yang Tiada Henti
38
38. Kesibukan Masih Berlanjut
39
39. Curhatan Monika
40
40. Rere Sakit
41
41. Alasan Baik dibalik Rasa Sakit
42
42. Nafiza Punya Adik
43
43. Tantrum
44
44. Monika di Indonesia?
45
45. Mencari Monika
46
46. Papa Jatuh Sakit
47
47. Janjiku Padamu
48
48. Kepergian ke Singapura
49
49. Melangkah Untuk Lebih Baik
50
50. Hari Mulai Sibuk
51
51. Ada Masalah di Perusahaan
52
52. Maukah Jovan Membantu?
53
53. Jovan dan Monika Berhasil Berbaikan
54
54. Keputusan Jovan
55
55. Kesepakatan Antara Saudara
56
56. Kelelahan
57
57. Terbakar Semangat
58
58. Kedatangan Teman Lama
59
59. Menyapa sang Adik
60
60. Jevando yang Kacau
61
61. Cita Cita Untuk Nafiza
62
62. Tertampan di Hati Rere
63
63. Momen yang tak Terganti
64
64. Teror
65
65. Perasaan Rere
66
66. Takut Membebani
67
67. Dukungan untuk Suamiku
68
68. Berusaha Kuat
69
69. Bantu Aku ya
70
70. Kemarahan Menantu Kusuma
71
71. Kemarahan Menantu Kusuma (2)
72
72. Dukungan dari Keluarga
73
73. Tertangkap
74
74. Menemukan Akar Masalah
75
75. Jovan Keren
76
76. Mengenang Jevan
77
77. Kuatlah Cantik

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!