4. Morning Routine

Di tempat yang lain di waktu yang sama, Monik sedang menyuapi si kecil Genta sambil memastikan si sulung Tirta menghabiskan sarapannya. Jovan belum bangun ketika itu. Maklum dia pasti lelah, menempuh perjalanan panjang setelah lembur hampir seminggu penuh. Sebenarnya Jovan agak nekat juga memutuskan untuk pulang ke Indonesia tiba-tiba begini. Toh sudah lama juga mereka tidak pulang ke rumah Mama Papa, terhitung sudah 2 kali lebaran terlewat tanpa mudik. Alasannya ya pekerjaan Jovan yang benar-benar tidak bisa ditinggal. Jabatan Jovan di kantor saat ini sudah tinggi jadi dia tidak bisa main-main, bayangkan saja, sebagai seorang executive manager di salah satu perusahaan besar Indonesia-Singapura jelas pekerjaannya sangat-sangat banyak.

“Nenek, Tilta bantu cuci piring ya,” kata Tirta pada neneknya yang sedang bersiap mencuci piring di depan wastafel.

“Udah nggak usah. Tirta bantu nenek bawakan ini saja ke kakek yang sedang duduk di depan ya, setelah itu siap-siap mandi katanya mau main sama adik-adik ke kebun binatang.”

“Oiya kakak lupa. Nenek ikut kan?”

“Maaf ya nenek nggak bisa. Nenek sama kakek ada acara. Karena Nenek sama Kakek nggak ikut, nanti kakak sama adik-adik wajib cerita ya sama kakek sama nenek biar bisa ngerasain gimana rasanya.”

“Siap nek.”

Selesai menyuapi Genta, Monik membantu ibu mertuanya mencuci piring. Sedangkan Jovan yang baru bangun saat ini sedang duduk memakan sarapan paginya dengan tenang, efek nyawa yang baru terkumpul setengah. Ayahnya sedang berusaha makan dengan tenang ketika Tirta menarik-narik pakaiannya.

“Ayah ayo jangan lama-lama. Kasian dek Nafiza sama dek Abi udah nungguin Yah,” kata Tirta sambil menarik-narik pakaian Ayahnya.

“Kak, ini masih jam 8. Kakak kan janjian sama adek-adek pergi jam 10.”

“Tapi kan kakak mau jemput adek-adek dulu,” kata Tirta.

Mendengar kalimat anak sulungnya membuat Jovan tersedak. Bagaimana dia tidak kaget, “menjemput adiknya” sama saja dia meminta ayahnya menyusuri kota jogja dari sudut ke sudut. Bayangkan, rumah nenek Tiwi, tempat Tirta menginap ini ada di daerah Godean, rumah Nafiza ada di Jakal, kalau rumah Abi ada di Blok O daerah Banguntapan. Padahal mereka mau ke Gembira Loka.

“Kak, kan udah janji sama Bunda nggak rewel. Iya nanti berangkat jalan-jalan sama adek tapi nggak pake jemput. Kita ketemu langsung di sana ya,” kata Monik berusaha memberi pengertian.

“Bener tuh kata Bunda. Ayah mandi dulu ya kakak temenin dek Genta main dulu sana,” kata Jovan sambil mengusak rambut putranya.

Selesai mandi dan bersiap, Jovan membantu Genta untuk memasang sabuk pengaman di kursinya. Sedangkan di samping Tirta sudah otomatis duduk tenang menunggu Ayah dan Bundanya yang sedang bersiap. Monik masih di dalam rumah, menata bawaan Genta juga pakaian ganti untuk kedua putranya. Baru setelah semuanya siap dan tidak lupa berpamitan dengan kakek dan nenek mereka berangkat.

***

Kondisi yang sungguh jauh berbeda sedang terjadi di kediaman Junius, atau dia biasa menyebutnya sebagai istana Candra. Lia masih pagi sudah dibuat emosi oleh sulungnya. Bagaimana dia tidak emosi, semalam sudah diberi tahu mereka akan menginap di rumah nenek Tiwi dan akan pergi sejak pagi tapi Abimanyu sekarang ini malah menyebar legonya di lantai dan fokus bermain membuat seluruh ruang tengah kembali berantakan.

“Abimanyu…, Jangan diberantakin lagi dong kan Bunda udah bilang kita mau pergi Mas,” kata Lia.

“Ya kan perginya masih lama Bunda, mas main dulu nggak papa kan? Ayah juga belum bangun, Mas jadi bosan nunggunya,” kata Abi dengan gaya cueknya.

“Abimanyu Candra Putra, kamu beresin sekarang atau kita nggak jadi pergi,”  Lia bicara lagi. Baru begitu dia mengiyakan kata-kata bundanya dan langsung membenahi lagi mainannya. Kata Abimanyu Bunda Lia seram kalau sudah marah padahal Bunda hampir setiap hari marah-marah saja.

“Mas, bangunin Ayah sana,” kata Lia.

“Ayah belum bangun juga? Dih kebiasaan kebo kok dipelihara.”

Lagi-lagi Lia hanya mampu menghela nafasnya. Sudah biasa paginya dihabiskan dengan tingkah tengil putranya. Ini baru Abi, kalau sudah sama Ayahnya bisa lebih naik darah dia. Mereka seakan-akan lupa jika mereka sudah seharusnya jaga Bunda sebaik mungkin malah suka banget bikin Bunda marah-marah dan naik darah.

“Pagi Bubun, pagi adek bayi,” kata Junius yang terang-terangan mencium pipi dan mengelus perut Lia yang sedang memasak tepat di depan mata Abi.

“Ayah mau Bubun pukul pakai centong sayur atau mau dirajang aja bibirnya?” tanya Lia dengan senyuman manis tapi menakutkan.

“Galak banget si Bun, nggak baik pengaruhnya buat adek bayi,” kata Junius.

Ya tapi Lia sudah kehabisan akal harus bagaimana menghadapi tingkah ajaib anak dan suaminya ini. Dia hanya bisa berdoa, kalau si kembar yang masih di perut ini tidak akan menuruni tingkah ajaib itu. Bisa mati muda dia kalau begini caranya. Padahal dia pernah berekspektasi punya anak sepintar Tirta. Bukan, bukannya dia tidak sayang tapi dia cuma penasaran saja kenapa anaknya bisa begitu berbeda.

“Bubun duduk sini sarapan sama mas Abi. Itu biar Ayah aja yang cuci nanti,” kata Iyus sambil menarik Lia untuk duduk di meja makan menghabiskan sarapannya.

“Bubun nanti kalau waktu jalan adek capek gimana?” tanya Abi.

“Nggak Papa Mas, yakali adek mau ditinggal terus mas jalan-jalan sendiri,” jawab Lia.

“Nanti kalau Bubun capek bilang sama mas ya, biar ayah gendong Bubun,” kata Abi lagi yang membuat Lia tertawa karena sesaat setelah Abi menyelesaikan kalimatnya, dia langsung mendapatkan lemparan serbet dari ayahnya membuat keduanya bertengkar layaknya anak TK yang berebut ayunan.

Walaupun sering membuatnya emosi dan marah-marah, tapi Lia sayang sekali pada suami dan anak-anaknya. Apalagi setelah Rere bilang dia bersyukur karena Abi sering main ke rumah menemani Nafiza yang sangat pendiam dan agak tertutup. Lia bangga pada Abimanyu jagoannya.

“Ayah mandi duluan sana gantian sama mas Abi,” kata Lia.

“Mandi bareng yuk Bun,” belum sampai Junius sempurna menutup mulutnya, bibirnya sudah kena pukul.

“Ayah seneng banget mandi bareng Bubun kenapa sih yah?” tanya Abi.

Habis kau Junius. Mau jawab apa hayo? Lia dengan langkah penuh kemenangan meninggalkan Junius yang masih kebingungan mau menjawab pertanyaan putranya itu dengan cara bagaimana. Dia hanya bisa tergagap dan ketika merasa tidak mampu menjawab dia lari masuk ke dalam kamar mandi. Abimanyu sok-sokan geleng-geleng dan berkata, "ayah aneh. Ada-ada saja tingkahnya," katanya membuat Bunda Lia tertawa dengan tingkah anak ajaibnya.

Episodes
1 1. Ingkar Janji
2 2. Hilang Waktu
3 3. Sepatuku Kotor
4 4. Morning Routine
5 5. Anak-anak yang Ceria
6 6. Mencari Dino
7 7. Rencana Menginap
8 8. Kabar dari Rere
9 9. Obrolan Malam Keluarga Kusuma
10 10. Kondisi Kesehatan Rere
11 11. Sekuat Cinta Jevan
12 12. Kisah Kelahiran Anak Kami
13 13. Bagaimana Denganmu?
14 14. Kencan Jovan dan Monika
15 15. Kado Untuk Monika
16 16. Bertengkar
17 17. Perjuanganku Tidak Sia-sia
18 18. Membantu Lia
19 19. Nafiza Tidak Mau Punya Adik
20 20. Keputusan Jevan dan Rere
21 21. Ulang Tahun Pernikahan
22 22. Bulan Madu
23 23. Cinta Pertama Mas Jev
24 24. Aku dan Kamu Tidak Terpisahkan
25 25. Gombalan Jevan
26 26. Berhasil Melawan Takut
27 27. Takut Ketinggian
28 28. Tenang Seperti Air
29 29. Kejutan
30 30. Kalung Penuh Kenangan
31 31. Ketika Ibu Negaraku Sakit (1)
32 32. Ketika Ibu Negaraku Sakit (2)
33 33. Junius Chandra dan Tingkahnya
34 34. Stalker
35 35. Kepastian
36 36.Terima Kasih untuk Yang Terkasih
37 37. Kesibukan yang Tiada Henti
38 38. Kesibukan Masih Berlanjut
39 39. Curhatan Monika
40 40. Rere Sakit
41 41. Alasan Baik dibalik Rasa Sakit
42 42. Nafiza Punya Adik
43 43. Tantrum
44 44. Monika di Indonesia?
45 45. Mencari Monika
46 46. Papa Jatuh Sakit
47 47. Janjiku Padamu
48 48. Kepergian ke Singapura
49 49. Melangkah Untuk Lebih Baik
50 50. Hari Mulai Sibuk
51 51. Ada Masalah di Perusahaan
52 52. Maukah Jovan Membantu?
53 53. Jovan dan Monika Berhasil Berbaikan
54 54. Keputusan Jovan
55 55. Kesepakatan Antara Saudara
56 56. Kelelahan
57 57. Terbakar Semangat
58 58. Kedatangan Teman Lama
59 59. Menyapa sang Adik
60 60. Jevando yang Kacau
61 61. Cita Cita Untuk Nafiza
62 62. Tertampan di Hati Rere
63 63. Momen yang tak Terganti
64 64. Teror
65 65. Perasaan Rere
66 66. Takut Membebani
67 67. Dukungan untuk Suamiku
68 68. Berusaha Kuat
69 69. Bantu Aku ya
70 70. Kemarahan Menantu Kusuma
71 71. Kemarahan Menantu Kusuma (2)
72 72. Dukungan dari Keluarga
73 73. Tertangkap
74 74. Menemukan Akar Masalah
75 75. Jovan Keren
76 76. Mengenang Jevan
77 77. Kuatlah Cantik
Episodes

Updated 77 Episodes

1
1. Ingkar Janji
2
2. Hilang Waktu
3
3. Sepatuku Kotor
4
4. Morning Routine
5
5. Anak-anak yang Ceria
6
6. Mencari Dino
7
7. Rencana Menginap
8
8. Kabar dari Rere
9
9. Obrolan Malam Keluarga Kusuma
10
10. Kondisi Kesehatan Rere
11
11. Sekuat Cinta Jevan
12
12. Kisah Kelahiran Anak Kami
13
13. Bagaimana Denganmu?
14
14. Kencan Jovan dan Monika
15
15. Kado Untuk Monika
16
16. Bertengkar
17
17. Perjuanganku Tidak Sia-sia
18
18. Membantu Lia
19
19. Nafiza Tidak Mau Punya Adik
20
20. Keputusan Jevan dan Rere
21
21. Ulang Tahun Pernikahan
22
22. Bulan Madu
23
23. Cinta Pertama Mas Jev
24
24. Aku dan Kamu Tidak Terpisahkan
25
25. Gombalan Jevan
26
26. Berhasil Melawan Takut
27
27. Takut Ketinggian
28
28. Tenang Seperti Air
29
29. Kejutan
30
30. Kalung Penuh Kenangan
31
31. Ketika Ibu Negaraku Sakit (1)
32
32. Ketika Ibu Negaraku Sakit (2)
33
33. Junius Chandra dan Tingkahnya
34
34. Stalker
35
35. Kepastian
36
36.Terima Kasih untuk Yang Terkasih
37
37. Kesibukan yang Tiada Henti
38
38. Kesibukan Masih Berlanjut
39
39. Curhatan Monika
40
40. Rere Sakit
41
41. Alasan Baik dibalik Rasa Sakit
42
42. Nafiza Punya Adik
43
43. Tantrum
44
44. Monika di Indonesia?
45
45. Mencari Monika
46
46. Papa Jatuh Sakit
47
47. Janjiku Padamu
48
48. Kepergian ke Singapura
49
49. Melangkah Untuk Lebih Baik
50
50. Hari Mulai Sibuk
51
51. Ada Masalah di Perusahaan
52
52. Maukah Jovan Membantu?
53
53. Jovan dan Monika Berhasil Berbaikan
54
54. Keputusan Jovan
55
55. Kesepakatan Antara Saudara
56
56. Kelelahan
57
57. Terbakar Semangat
58
58. Kedatangan Teman Lama
59
59. Menyapa sang Adik
60
60. Jevando yang Kacau
61
61. Cita Cita Untuk Nafiza
62
62. Tertampan di Hati Rere
63
63. Momen yang tak Terganti
64
64. Teror
65
65. Perasaan Rere
66
66. Takut Membebani
67
67. Dukungan untuk Suamiku
68
68. Berusaha Kuat
69
69. Bantu Aku ya
70
70. Kemarahan Menantu Kusuma
71
71. Kemarahan Menantu Kusuma (2)
72
72. Dukungan dari Keluarga
73
73. Tertangkap
74
74. Menemukan Akar Masalah
75
75. Jovan Keren
76
76. Mengenang Jevan
77
77. Kuatlah Cantik

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!