Terjebak Cinta Dua Duda
Suara halilintar terdengar begitu keras dan menyeramkan, sampai membuat seorang gadis cantik terbangun dari tidurnya. Herlin Jacqueline, wanita berusia dua puluh delapan tahun, sekaligus bekerja sebagai disk jockey atau dikenal sebutan DJ, di sebuah klub terkenal. Malam ini dirinya selesai manggung lebih cepat daripada sebelumnya. Hingga ia memilih untuk sedikit bersenang-senang.
Rasa takut dari suara halilintar membuat Herlin menggerakkan tubuhnya sembari memeluk bantal guling kesayangan seperti yang sering ia lakukan. Namun tiba-tiba, seketika matanya terbuka lebar saat ia mulai menyadari tangannya seperti menyentuh sesuatu benda panjang yang keras, tetapi sedikit kenyal.
Menelan ludahnya sendiri ketika ia tahu seorang pria asing masih tertidur pulas di sampingnya. Terlebih, ini kali pertama bagi Herlin. Mencoba membuka selimut dengan rasa kejut, tidak ia duga bahwa ternyata pakaiannya terbuka tanpa sehelai benang pun.
"Gawat! Apa aku sudah tidak waras?!" gerutu Herlin dalam batinnya sembari menatap wajah pria asing itu. Terlihat sangat tampan, namun ia berusaha untuk tetap fokus. "Sudah jam satu malam, itu artinya ... aku sudah terlelap tiga jam bersama dengan pria ini."
Melihat ke sekeliling, tersadar bahwa sekarang ia masih berada di salah kamar tempat ia bekerja.
"Kenapa aku harus menggila? Astaga, tidak seharusnya aku melakukan ini. Tapi saat itu, aku tidak tahu. Rasanya kepalaku pusing dan badanku panas."
"Sebaiknya aku harus segera pergi, sebelum pria ini mengenaliku." Pelan-pelan Herlin bangkit dari tidurnya, tetapi gerakannya membuat pria itu terbangun.
Seketika membuat Benny Ton, dan sering dikenal dengan panggilan Benny. Pria berumur tiga puluh lima tahun yang sekaligus seorang pimpinan perusahaan besar BN Properti di sebuah kota Kanada, dan sudah menjadi duda beranak satu selama lima tahun terakhir. Hidupnya dipenuhi dengan kesepian, terlihat sikapnya yang terlalu dingin dan arogan membuatnya sulit membuka hati, meskipun banyak wanita ingin mengencaninya. Tetapi, hidupnya selama ini hanya ditemani oleh seorang anak kecil perempuan—Bulan Arabella.
Membuatnya begitu terkejut, saat ia tidak menduga bahwa telah tidur sekamar dengan wanita asing, tetapi wajah Herlin membuatnya terdiam ketika menyadari jika wanita itu terlalu cantik untuk dilewatkan.
"Hei, siapa kau?! Mau maling, ya?!" Benny menuduh sembari menarik Herlin demi bisa melihat wajahnya.
"Dasar payah! Siapa yang sudi maling darimu? Lepaskan tanganku! Atau jika tidak, aku akan mengigitmu." bentak Herlin ketika ia menyadari pakaiannya belum terpakai dengan benar.
Mendengar hal itu, membuat Benny terdiam seraya mengingat semua kejadian yang telah terjadi. Di mana mereka sama-sama tidak sadar sudah terlalu banyak minum, tepat saat ia mencoba mencari hiburan setelah bekerja seharian.
"Kenapa malah bengong? Ayo cepat lepaskan tanganku, Tuan. Izinkan aku pergi dari sini," pinta Herlin yang merasa sangat ketakutan. Wajahnya sampai terlihat puncat.
"Baiklah, tapi kau tenang dulu. Sebentar, siapa namamu?" Benny mulai tenang, tanpa ia sadari ia tersenyum tiba-tiba saat melihat kecemasan dari wajar Herlin.
"Aku tidak tahu. Kau benar-benar tuli, ya. Rasakan ini!" Dengan cepat Herlin mengigit tangan Benny sampai membekas. Lalu ia pergi dengan berlari cepat.
"Hei, jangan lari! Dompetmu tertinggal!" Benny berusaha mengejarnya, namun ia sadar belum memakai pakaian. "Astaga, kenapa aku ini?"
Akhirnya Benny kembali dan membiarkan gadis itu pergi tanpa mengetahui namanya terlebih dahulu. Bayang-bayang saat ia membuat gadis itu mendesah, rasanya ingin sekali mengenal gadis itu lebih jauh.
"Apa mungkin ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama? Setelah hari itu, aku berusaha menutup diri dari setiap wanita," gumamnya.
Sejak lima tahun terakhir, Benny tidak pernah menerima ajakan dari setiap wanita yang mengajaknya berkencan secara terang-terangan, bahkan menyatakan cinta, ia selalu menolaknya. Kematian atas mendiang istrinya, memberikan luka yang paling besar hingga membuatnya tidak rela untuk kembali menjalin cinta.
Pengorbanan mendiang istrinya yang bernama Arabella sampai terjadi pertumpahan darah, membuat Benny ingin sekali membalaskan kematian kepada orang yang sudah membunuh istrinya. Dendam yang sudah tertanam di dalam hatinya, mampu melukai dirinya dan orang lain saat berada dekat. Sikap dingin dan arogan yang selalu ia tunjukkan, tetapi seketika menghilang saat sentuhan hangat mulai kembali ia rasakan.
"Siapa kau sebenarnya, gadis nakal?" Benny mulai bertanya-tanya dengan penuh senyuman hangat. Sampai tiba-tiba lamunannya terhenti ketika mendapat sebuah panggilan dari rumahnya. Namun dirinya tidak sadar bahwa dompet gadis itu masih di dalam genggamannya.
"Halo, Bi Ani."
"Tuan Benny, nyonya kecil sama sekali tidak mau makan malam dan tidur. Sebelum Tuan Benny pulang. Katanya dia cemas karena Tuan pergi tanpa memberikan kabar," ucap pengasuh anaknya.
"Ya ampun, putriku. Sudah larut malam begini masih bergadang. Baiklah, Bi Ani. Katakan padanya kalau aku segera pulang."
"Baik, Tuan."
"Lebih baik aku fokus dengan putriku dulu, baru nanti aku pikirkan tentang wanita itu lagi," gumam Benny yang segera bergegas pergi.
Berbeda dengan Herlin yang terus berlari, ia tidak menduga jika hari masih terlalu gelap. Jalanan yang ia lewati begitu sepi sampai-sampai membuatnya sedikit ketakutan. Terlebih tidak ada satu pun taksi yang lewat.
"Aduh ... gimana nih? Masa iya aku harus jalan kaki. Mana delapan kilometer lagi jauhnya, ah menyebalkan!" Merasa kesal hingga sengaja menendang kaleng minuman yang tergeletak di jalan.
Tendangannya itu membuat segerombolan pria yang sedang berkumpul terkejut, dan melihat kearahnya. Mereka semua mengenal wajah Herlin saat menjadi penghuni klub tempat Herlin bekerja.
Dengan penuh senyuman nakal, keempat pria itu berjalan mendekat. Herlin mulai merasa cemas dan melirik ke sana kemari demi bisa menemukan pertolongan. Namun sayangnya, tidak ada satu pun manusia baik yang terlihat.
"Waduh ... mantap nih, ada bidadari lewat. Hai, Herlin, kok tumben telat banget pulangnya? Mau aku antar pulang enggak?" goda Erick Jonathan sebagai ketua dari kelompok gank motor, dan terkenal suka sekali memainkan perempuan.
"Enggak perlu. Aku bisa pulang sendiri." Herlin membalas dengan tegas, namun Erick dan teman-temannya semakin mendekat dan tidak peduli.
"Galak banget. Helin, kamu terlihat sangat seksi di atas panggung dengan goyanganmu itu. Lalu kenapa malam ini cuek sekali? Ayo dong ... pulang denganku." Erick terus memaksa sampai berusaha menyentuh tangan Herlin.
"Hentikan, Erick! Aku bukan wanita mainanmu!" bentak Herlin sembari mendorong tubuh pria itu.
"Oh ya? Bukankah kau suka sekali dipermainkan?" Erick berusaha menghinanya sampai tawa lepas diikuti oleh teman-temannya.
Amarah yang semakin tidak tertahan, membuat Herlin dengan cepat memberikan tamparan keras, lalu berkata. "Sampai kapanpun, aku tidak akan menjadi salah satu dari wanita itu."
"Kurang ajar kau, Herlin. Aku tidak akan melepaskan dirimu! Kalian, pegang erat tubuhnya," perintah Erick sembari membalas bentakan dengan kasar. Penolakan dan cara Herlin yang kasar, membuat pria itu begitu membenci sikap wanita yang tidak bisa diatur.
"Jangan berlebihan!" Herlin berusaha melawan ketika seorang pria mulai menahan tangannya. Ia segera menendang kaki pria tersebut sampai berhasil lolos.
Herlin berlari dengan begitu cepat sampai tidak mempedulikan sepatu mahalnya tertinggal begitu saja. Langkahnya yang tidak teratur sambil sesekali menoleh ke belakang, membuat Herlin tidak menjaga keseimbangannya.
Ia pun terjatuh bertepatan saat sebuah mobil melintas di depannya. Herlin berpikir jika ini terakhir untuk hidupnya.
"Awas kamu, Herlin!" Terdengar teriakan Erick dari jauh. Dengan cepat Herlin bangkit dan berlari ke arah mobil tersebut.
Mengetuk kaca mobil dengan cepat sembari air matanya mulai terjatuh. Ia terus memohon sampai pintu mobil terbuka. Namun sayangnya, Erick berhasil menahan satu tangannya.
"Mau ke mana kamu, Herlin? Kau tidak bisa lepas dariku lagi."
"Tuan ... tolong aku. Dia ingin melukaiku!" Herlin menjerit dan meronta-ronta ketika tubuhnya telah berhasil di gendong oleh Erick. Namun, kekuatannya tidak seberapa.
"Dasar pengganggu ketenangan orang lain saja. Hei, kau berhenti di sana atau jika tidak akan aku tembak!" teriak seorang pria dengan sangat keras seraya mengarahkan senjata dengan sangat baik.
Membuat tubuh Herlin terbujur kaku di saat melihat tangan berotot seorang pria yang sedang memegang senjata serta ketampanan wajahnya.
Terlihat seorang duda yang sangat pemberani, dan dikenali dengan Aland Dayton sekaligus penembak jitu yang sangat baik, dan pemilik sebuah hotel bintang lima di kotanya. Usianya yang telah mencapai empat puluh tahun, tetapi tidak membuatnya takut dan gentar ketika menghadapi masalah berat seperti sekarang. Terlebih Aland selalu dikelilingi oleh seorang putra kecil yang sangat manja, ialah putranya—Brian Dayton. Itulah kekuatan hidupnya.
Meskipun demikian, pekerjaan yang berat membuat Aland sering pulang larut malam atau beberapa kali menepatkan diri menyendiri di tepian jembatan dengan beberapa kaleng minuman demi bisa melegakan hati dan kerinduannya terhadap mendiang wanita kesayangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Liu Zhi
Hai, Kak Thor. Aku mampir
2023-04-20
0
Lala tsu
tarik sis lanjut,mampir yuk
2023-04-12
1
Ig & fb : Karlina_Sulaiman
manteb
2023-04-10
0