Kecelakaan

Orion keluar dari ruang UGD dengan wajah sendu. Satu jam setelah dua brankar didorong masuk bersamaan. Pria itu sangat sedih dan putus asa. Dia gagal menjalankan amanat dari sahabatnya.

"Bagaimana?" satu pertanyaan meluncur dari Xuan, satu asistennya. Si hacker dan ahli komputer. Orion menggelengkan kepalanya. Xuan memundurkan langkahnya, paham dengan kode dari atasannya. Di belakang Xuan, ada An dan Axa, asisten Orion yang lain. Tiga pria itu saling pandang.

Sia-sia mereka membawa pulang Sera, tapi akhirnya gadis itu harus meregang nyawa. "Semua salahku!"

Brakkkkk

"Orion...!" teriak Xuan, melihat tangan Orion berdarah karena menghantam tembok rumah sakit.

"Kita akan menemukan jalann. Kita akan mencari solusinya. Tenangkan dirimu dulu," bujuk An. Dalam suasana seperti itu, pintu ruang UGD terbuka, seorang dokter keluar dari sana.

"Rion...Rion...aku merasa kau harus melihat ini." Pria itu membawa masuk Orion ke dalam satu ruangan. Orion memakai baju steril saat mengikuti dokter itu. "Lihatlah." Dokter itu menunjukkan dua brankar yang diatasnya terdapat dua tubuh. Orion seketika membelalakkan matanya.

"Ada dua gadis dalam mobil itu. Dan seperti yang kau lihat. Mereka doppelganger."

Dokter itu lantas menjelaskan keadaan dua tubuh itu. Tubuh Orion sedikit limbung, saat dokter itu mengatakan kalau Sera tidak tertolong. Namun gadis yang satu lagi, meski luka lumayan parah, tapi dia masih hidup.

"Yang jadi masalah adalah gadis itu mengalami kerusakan kornea, matanya terkena serpihan kaca. Kita bisa menyelamatkannya jika....."

Orion berjalan gontai keluar dari ruangan itu. Setelah sebuah keputusan besar dia ambil. "Aku tidak akan menyerah dengan mudah. Aku akan bertahan sampai kau kembali, Felix. Untuk itu, aku minta maaf karena melakukan hal sebesar ini tanpa persetujuanmu." Batin Orion pilu.

Xuan, An dan Axa hanya terdiam seribu bahasa, melihat betapa hancurnya Orion. Janji itu gagal mereka tunaikan dan kini masalah besar menghadang mereka.

"Sembunyikan ini dari Tuan Besar. Kita akan menyusun rencana baru. Dia pasti akan lebih agresif setelah tahu kalau rencananya gagal. Atur Sera sedang liburan. Kita akan pulang setelah keadaannya stabil."

Tiga orang itu saling pandang, meski tidak lama ketiganya mengangguk paham. Bergerak sesuai bagian masing-masing.

Pagi menjelang, satu hari setelah kecelakaan mengerikan itu. Alea mulai menggerakkan jarinya, silaunya cahaya matahari membuat Alea kesulitan membuka mata. Di ujung ruangan, dekat jendela, berdiri seorang pria yang memakai setelan jas rapi. Menatap keluar jendela.

Kredit Pinterest.com

Please welcome Orion Harasya Alexander

Bugghhhh

Suara benda jatuh membuat pria itu menoleh. Dia melihat acuh pada Alea yang tampak kesusahan mengambil air minum untuk dirinya sendiri. Di tambah matanya yang masih kabur. Meski perlahan mulai membaik. Gadis itu mendengar suara langkah kaki mendekat. Alea mendongak untuk melihat siapa yang datang.

"Kau ingin minum?" suara itu terkesan dingin dan kejam.

"Siapa kau?" Alea bertanya segera. Dia tidak mengenal pria itu, kenapa dia ada di sana. Dan apa yang terjadi padanya. Kenapa dia tidak mengingat apapun.

"Aku tunanganmu, Serafina Athaya."

Mata Alea membulat, gadis itu urung menerima gelas yang diberikan oleh Orion. Alea memundurkan tubuhnya tiba-tiba, sampai terjatuh dari kasurnya. Alea meringis, merasakan sakit pada bokongnya, plus jarum infus yang tertancap di tangannya mengeluarkan darah.

"Aku bukan Sera! Aku Alea!" teriak Alea protes.

"Nyatanya semua datamu adalah Sera." Balas pria itu singkat. Tatapannya benar-benar membuat Alea ketakutan. Dingin, kejam, tanpa belas kasih. Tubuh Alea merinding dibuatnya. Alea melirik gelang pengenal di pergelangan tangannya. "Serafina Athaya," Alea menggelengkan kepalanya. Menolak mengaku kalau dia adalah Sera. Dia tidak ingat soal apa yang terjadi padanya, tapi dia ingat dengan jelas kalau dia adalah Alea Aranda.

"Aku bukan Sera!"

"Kau adalah dia!" pria itu sudah berjongkok di depan Alea. Sementara gadis itu langsung menutup kedua telinganya. Saat itulah kelebatan kecelakaan itu terlintas di benak Alea. Dia ingat bagaimana Sera menyelamatkan dirinya. Wanita itu memeluk tubuhnya. Menghalangi pecahan kaca yang menyerbu tubuh keduanya.

"Kau harus bertahan, Alea."

"Tidak! Tidak! Kak Sera tidak mungkin....ini bohong! Kak Sera masih hidup!"

"Kalau dia masih hidup, maka saat ini kau yang mati." Alea mendelik mendengar ucapan pria itu.

"Kau pasti bohong! Di mana Kak Sera?!" pekik Alea. Gadis itu jelas tipe yang tidak mudah ditekan. Satu sudut bibir Orion tertarik.

"Dia akan cocok untuk menggertak mereka."

Melihat pria yang ada di depannya hanya diam saja, Alea mulai marah. "Kau bohong kan? Kau menyembunyikannya kan?"

"Kau adalah Sera, berapa kali harus kukatakan. Menyembunyikannya, untuk apa? Sebentar lagi kita akan bertunangan lalu menikah."

"Jangan konyol kamu!" Alea mendorong jatuh tubuh Orion. Gadis itu berdiri tiba-tiba, Alea seketika merasa pusing. Kepalanya terasa berputar.

"Dengarkan aku, kau ingat apa yang terjadi kan?"

Alea memundurkan langkahnya saat Orion mendekat ke arahnya. Alea jelas ketakutan dengan hal yang mungkin akan dia dengar selanjutnya.

"Aku akan mengatakan apa yang telah berlaku. Sera meninggal untuk menyelamatkanmu....."

Alea menggelengkan kepala, tidak mau percaya pada ucapan Orion. "Karena itu, kau harus hidup untuk menggantikan tempatnya. Karena sampai kapanpun, Sera tidak boleh mati. Dia harus tetap hidup."

"Tidak! Aku tidak mau!"

"Untuk membalas kebaikan Sera, maka kau harus terus hidup, untuk menggantikannya. Kau dengar?"

Alea mendorong mundur tubuh kekar Orion, lantas berlari keluar dari sana. Sambil berlari, sembari berteriak, "tidak mau!" Xuan, An dan Axa yang melihat Alea berlari melewati mereka heran.

"Bukankah itu doppelganger-nya Sera." Ketiganya saling pandang. Hingga kemudian, mereka bertiga berlari menyusul Alea. Gadis itu membuka pintu, yang ternyata sebuah rooftop.

"Hei, kau mau apa?" An, si paling ramah di antara ketiganya bertanya. Melihat tiga orang pria ada di depannya, Alea semakin panik. Gadis itu segera berdiri di atas dinding yang menjadi pagar pembatas bangunan itu.

"Hei...hei...turun dulu! Kita bicara baik-baik, oke?" bujuk An, mulai panik.

"Tidak mau! Aku bukan kak Sera! Aku Alea!" teriak Alea keras. Tiga asisten Orion kian panik, saat Alea berdiri di pinggir pagar itu.

"Hubungi bos," bisik An lagi. Tak lama Axa yang menghubungi Orion.

"Maksudmu apa? Membiarkan dia mati sekarang?"

"Jika itu yang dia inginkan. Biarkan saja. Aku ingin lihat seberapa besar nyalinya untuk terjun dari gedung ini." Ucapan Orion terdengar jelas, karena pria itu kini berdiri di belakang ketiga asisten ya.

Glek! Alea menelan ludahnya. Pria di hadapannya sama sekali tidak menunjukkan belas kasihnya.

"Kenapa diam? Lompatlah!" suruh Orion.

Sesaat dua pasang mata itu saling pandang. Sama keras kepalanya. Tidak ada yang mau mengalah. Sampai kaki Alea tiba-tiba tergelincir. "Aarrgghhh!!!!"

"Alea!!!!!"

****

Up lagi readers.

Jangan lupa tinggalkan jejak. Terima kasih.

****

Terpopuler

Comments

Damar Pawitra IG@anns_indri

Damar Pawitra IG@anns_indri

jare kon lompat ... haish Orion piye to 😅😅😅

2023-04-12

1

Damar Pawitra IG@anns_indri

Damar Pawitra IG@anns_indri

yuhuuu babang orion ... aku datang

2023-04-12

1

Damar Pawitra IG@anns_indri

Damar Pawitra IG@anns_indri

laah sera meninggal bund?

2023-04-12

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!