"Hmmmm... Sumpah! Enak banget masakan kamu, bang. Beruntung sekali, wanita jadi istri mu". Rania, memuji masakan aldo sangat pas di lidahnya. "Gak kaya suamiku,bang. Mana pernah masakin buat aku,minta ambilkan gelas ogah sekali".
"Makasih atas pujiannya, Rania. Beruntung memiliki ku seandainya wanita itu, seperti mu". Jawab Aldo, cengengesan. "Tapi sayang sekali,gak ada seperti dirimu lagi". Sambungnya lagi, mampu membuat jantungnya Rania berdegup kencang.
"Masih ada kok,bang. Buktinya aku, di hadapan bang Aldo". Kekehnya Rania, malu-malu kucing.
"Hahaha....Hahaha...". Mereka berdua, tertawa renyah.
"Aduhh... Jangan sampai baper,aku sama kamu. Bisa-bisanya diriku, di cap sebagai pebinor". Aldo, menggeleng kepalanya.
"Ha? Apa tuh, pebinor bang". Rania, mengerutkan keningnya. Karena dia, tidak paham apa yang di katakan Aldo.
"Perebut bini orang,masa kamu tidak tau". Delik mata Aldo, sontak saja Rania tambah gugup.
"Oh, artinya itu. Gak papa jadi pebinor,lihat kondisi dulu gimana?". Kekehnya Rania,sama saja dia memberikan lampu hijau kepada Aldo.
"Maksudnya apa, Rania?". Tanya Aldo, memandang wajah istri orang di hadapannya.
"Eee... Maksudnya,gak papa bini orang di ambil. Sedangkan suaminya, tidak menghargai istri. Apa lagi sang istri,di buat nyaman dengan pria lain dan di jadikan ratu. Sudah pasti sang istri, meninggalkan suaminya". Jawab Rania, begitu entengnya.
"Tapi, tidak tau kan. Watak seseorang yang sebenarnya,gak takut salah pilih nantinya. Takutnya malah tambah parah,". Kata Aldo, sudah selesai makannya.
"Yakin dah,gak bakalan salah. Hehehehe...". Rania, bingung harus menjawab apa. Sesekali melirik ke arah Aldo,takut lama-lama. Bisa saja,dia terpesona dengan ketampanan duda.
"Kamu ini, ada-ada aja. Makasih yah, sudah menemani makan. Jadi gak kesepian sendirian,". Aldo, tersenyum.
Rania, membereskan meja makan dan mencuci piring kotor mereka berdua. "Aku boleh bertanya,bang? Tapi, jangan marah".
"Tanyakan saja, apapun itu". Jawab Aldo, langsung.
"Hmmmm...Kenapa bang Aldo, menceraikan istri? Apa salahnya,bang". Tanya Rania,masih berdiri di depan wastafel.
"Dia hamil duluan, Rania. Tetapi,bukan aku yang melakukannya. Karena aku,belum pernah melakukan hal itu dengannya". Jawab Aldo, terlihat raut wajah sedih.
"Gimana ceritanya,bang? Bolehlah ceritakan semuanya, kepadaku. Tenang aja,rahasia aman di tangan ku". Kedip mata Rania, sontak membuat Aldo tertawa lepas.
"Waktu itu,kami di jodohkan Rania. Mau tidak mau,aku menerima perjodohan orangtua ku. Namanya juga perjodohan,tentu memerlukan beberapa hari untuk pendekatan. Pastilah paham,jika aku belum pernah menyentuh istriku. Entah kenapa,aku tiba-tiba kehilangan kunci mobil? Aku mencari kesana kemari, otomatis membuka laci-laci lainnya. Mataku tertuju sebuah gambar hasil USG,di situlah awal permasalahan". Aldo, menceritakan semuanya. Tidak menyangka bahwa pernikahannya,baru tumbuh beberapa hari. Dia sudah menjatuhkan talak, kepada sang istri.
Rania, manggut-manggut mendengar cerita Aldo. Dia merasa kasian kepada tetangga barunya, sungguh miris dalam rumah tangganya.
"Abang,yang sabar yah". Kata Rania, menyentuh punggung tangan Aldo.
Ada desiran aneh menjalar ke seluruh tubuh, Aldo. Tubuhnya langsung menegang, mulutnya kelu tak bisa berkata apa-apa.
"Bang,aku pamit dulu. Takutnya, ada yang lihat kita. Malah jadi fitnah, nantinya". Alibi Rania, sebenarnya dia sangat gugup. Apa lagi jantungnya, berdegup kencang. Seakan-akan mau copot langsung, begitu beraninya dia menyentuh tangan pria lain.
Aldo,cuman mengangguk kepala dan menatap kepergian Rania. Ada lambaian tangan, senyuman manis di lontarkan kepadanya. "Sial,malah bangun di sentuh suami orang. Aaaarrgghh...Harus di keluarkan dulu,biar tenang". Gerutu Aldo, bersiap masuk kedalam kamar mandi.
Ada sesuatu yang bangun,yang harus di tuntaskan. Entah kenapa, Aldo membayangkan tubuh Rania. Bagi Aldo,ini benar-benar gila untuk dirinya sendiri.
Belum pernah dia,takluk kepada wanita manapun. Apa lagi dia, seorang dosen. Sudah pasti seringkali, bertemu dengan mahasiswi cantik dan menarik. "Aaah....Raniaaa...." Des-ah Aldo, memejamkan matanya. Merasa lega karena sudah menuntaskan hasratnya.
***************
Sore harinya Fahri, sudah pulang ke rumah. "Rania,bawa belanjaan di dalam mobil". Kata Fahri, melongos masuk kedalam.
Rania, menghela nafas dan membuka bagasi mobil belakang. Lumayan banyak belanjaan suaminya,cukup sampai akhir bulan.
"Mau di bantuin,gak?". Tanya Aldo, tiba-tiba ada di sampingnya.
Rania, melonjak terkejut mendengar ucapan Aldo. Apa lagi ada senyuman manis, di sudut bibirnya. "Eee...Gak perlu,bang. Bisa sendiri kok,". Tolak Rania, cengengesan.
Fahri,tak sengaja melihat istrinya tengah mengobrol dengan duda sebelah. Rahangnya mengeras seketika, tangannya mengepal erat. Tanpa ba-bi-bu lagi, Fahri langsung mendekati mereka berdua. "Rania,lama sekali masukin barang-barangnya ke dalam. Haha-hihihi.... ngobrol dengan duda karatan ini,cepat masuk sana! Jangan sok akrab, dengan orang asing".
"Mas,kamu apa-apaan sih? Bang Aldo, cuman menawarkan diri untuk membawa belanjaan ini". Rania, langsung membantah perkataan suaminya.
"Jangan manja Rania,masih untung aku belanja untuk makan sehari-hari. Kerjaan mu cuman ongkang-ongkang dan ngerumpi, banyak maunya. Eeee...Sana kamu duda karatan,jangan caper sama istri orang". Fahri, sedikit mendorong tubuh kekar Aldo.
"Mas sudah,mas. Jangan bikin malu,bang Aldo baik kok. Gak kaya kamu,mana pernah bantuin aku". Garutu Rania, membawa dua kresek berisi belanja ke dalam rumah.
"Pak Fahri, di jaga istrinya. Apa salahnya, membantu istri". Aldo, menatap sinis ke arah Fahri.
"Jangan sok belagu, dia istri ku. Terserah akulah,mau ngapain". Sahurnya Fahri, tersenyum smrik.
Satu persatu Rania, memasukkan belanjaan ke dapur. Setelahnya barulah,dia menyimpan dalam kulkas dan lainnya.
"Bikinin aku teh panas,cepat!". Teriak Fahri,kepada istrinya.
"Aku sibuk mas,bikin sendiri aja". Jawab Rania, setengah berteriak keras.
"Alahhh...Jangan banyak alasan kamu, Rania. Sudah sewajibnya menuruti kemauan suamimu,mau jadi istri durhaka? Cuman menyusun barang doang,banyak tingkah segala. Kan bisa di tinggal dulu,terus bikinin teh. Setelahnya baru kamu, lanjutkan lagi". Ucap Fahri.
"Iya". Jawab Rania, dengan singkatnya.
Ck, menyebalkan sekali, gerutunya dalam hati.
Rania, meletakkan teh panas di meja ruang tamu. Sedangkan suaminya, enak-enakkan memainkan ponselnya.
"Oh,ini skincare mu". Fahri, memberikan 1 paket skincare untuk istrinya.
Rania, menyipitkan bola matanya. "Mas,kamu tidak salah beli? Ini skincare nya beda merek,yang seringkali di beli".
"Gak salah kok, Rania. Mas sengaja beli skincare itu, harganya cuman 300 ribu. Sedangkan seringkali di beli, harganya 500 ribu. Hemat 200 ribu, pasti sama aja manfaatnya. Sudahlah jangan ngelunjak seperti anak kecil, terima aja". Fahri,tak memperdulikan tatapan istrinya.
"Astagfirullah,mas. Aku tidak mau menggunakan skincare ini. Pokoknya skincare,yangs seringkali di beli. Kamu mau,ha? Wajahku jerawatan karena tidak cocok. Kalau tidak mau,aku bisa meminta belikan oleh....".
"Rania!! Jangan mempermalukan diriku. Oke,aku belikan skincare yang kamu mau. Puas!! Berikan skincare itu, kepadaku. Banyak kok,yang mau". Fahri, langsung mengambil skincare yang di belinya.
"Ck,kenapa di ambil mas? Atau jangan-jangan, untuk mantan kekasihmu". Sindir Rania, sontak aku Fahri gelisah gusar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Evy
Ternyata tetangga nya duda perjaka ya....
2024-10-19
0
Crystal
Kok suami sih. Harusnya istri orang dong
2023-10-09
0