Bau Terasi

Pukul 5 pagi, Rania berisap-siap bertempur dengan alat dapur.

Tidak seperti biasanya, moodnya hancur setiap kali masak. Untuk kali berbeda, ingin cepat-cepat selesai. Lalu,menyiram bunga di halaman rumah.

Tak mungkin dia melewati momen indah,di pagi hari. Sangat pas untuk kesehatan matanya,sayang untuk di sia-siakan.

1 jam bertempur dengan alat dapurnya, akhirnya selesai juga.

Waktunya menyiram bunga di halaman rumah, wajahnya sudah memerah seperti tomat masak. Benar sekali, Aldo tengah berolahraga di halaman rumah.

Ibu-ibu lainnya,tidak mungkin menyia-nyiakan kesempatan emas ini.

Terkadang bapak-bapak, sengaja menarik tangan istrinya untuk masuk kedalam. Karena sang istri,tak berkedip menatap tubuh Aldo yang bertelanjang dada.

Saat Rania, menyiram bunga. Aldo, mendekatinya. Sudah pasti jantung Rania, berdegup kencang. Tersipu malu-malu, hatinya berbunga-bunga.

"E'ehmmm...Tiap hari perhatian sekali dengan bunga-bunga, pasti jadi suaminya selalu di perhatiin". Kata Aldo, tersenyum manis.

Masya Allah, senyuman mu bang. Hatiku gak kuat,kalau begini. Batin Rania, menyelipkan rambut di telinganya. "Eee...Kalau itu, sudah pasti bang. Walaupun suamiku gak jauh beda,kaya bunglon. Terkadang berubah-ubah, sesuai moodnya".

"Hahahaha... Ada-ada saja,". Aldo, menggeleng kepalanya.

"Duhh.... Kira tadi sepasang suami-isteri, tau-taunya sepasang tetangga". Sahut bu Rt, mendekati mereka berdua.

"Sebenarnya, kalian berdua ini sudah saling mengenal? Ibu, lihat beberapa hari ini. Kalian berdua cepat dekat, haha-hihihi...". Ucap bu Rt,saling bergantian menoleh ke arah mereka berdua.

"Eee...Gak bu,". Jawab Rania, langsung.

"Rania nya enak di ajak bicara,bu. Gak mudah tersinggung,malah gemes". Kekehnya Aldo, melirik ke arah Rania.

Lagi-lagi Rania, menahan rasa malu. Ingin sekali mencubit lengan Aldo,akan tetapi di tahannya.

"Gemes,gemes,kamu ini Do. Ingat yah, Rania istri orang. Jangan main-main,mau di cap pebinor?". Tanya bu RT, menyipitkan matanya.

"Mau aja, bu. Asalkan istri orang itu, Rania". Jawab Aldo,sontak membuat Rania terkejut.

Mata Rania, melotot sempurna saat mendengar ucapan Aldo. "Astagfirullah, Rania. Matamu di kondisikan,gak perlu melotot sampai mau keluar tu mata. Aldo,suka bercanda dengan mu". Bu RT, langsung mengusap wajah Rania.

"Iiissshhh...Tangan bu Rt,bau terasi". Rania, langsung membasuh mukanya.

"Waduhh....Maaf Rania, barusan tadi bikin sambel terasi. Bau terasi masih nempel di tanganku,hehehe...". Kekehnya bu Rt.

"Untuk Rania gak pingsan,bu. Aldo,siap menggendong Rania sampai ke dalam kamar". Kata Aldo, tersenyum manis.

"Nah benar, pingsan aja Rania. Mumpung hot duda,yang ngangkat kamu. Kesempatan gak bakalan datang kedua kalinya,". Sahut bu Rt, menyetujui ide Aldo.

"Raniaaa....!!!". Teriak Fahri,dari dalam rumah.

"Iya,mas...!!". Jawab Rania, menghela nafas panjang. "Permisi dulu,bu Rt dan bang Aldo. Biasa sudah di panggil,heheh...". Pamit Rania, melongos masuk kedalam rumah.

"Ck, mau-maunya bertahan dengan suami macam Fahri. Bu Rt malah setuju',jika kamu merebutnya". Bu Rt, menepuk lengan Aldo berlalu meninggalkannya.

Aldo,masih mematung dan memikirkan sesuatu. Ada senyuman kecil, di sudut bibirnya.

"Lama sekali,kemana saja ha? Kaya orang sibuk, seperti memiliki pekerjaan aja". Gerutu Fahri, menatap tajam ke arah istrinya.

"Yah,aku sibuk mas. Menyirami bunga-bunga di halaman rumah,". Jawab Rania, memasang wajah masam.

"Alasan aja, bilang saja kamu terpesona dengan tubuh duda karatan itu kan. Gak perlu mengelak segala, Rania".

"Kalau iya,kenapa? Lagian tubuh mas, kurus kering begitu. Mana selera aku,mas". Jawab Rania, tersenyum smrik.

"Raniaaa!! Jangan kurang ajar kamu,yah. Aku begini-begini, kerjaan ku kantoran loh". Bentak Fahri, menyombongkan dirinya.

"Ck,buat apa mas? Kerja kantoran dan gajih besar, nyatanya kamu tidak pernah memberikan uang kepadaku. Alasannya karena di tabung, nanti boros". Rania,tak kalah nyaringnya.

"Pamali membantah perkataan suami sendiri,mau jadi istri durhaka. Aku peringatkan kepadamu, Rania. Sekali lagi,aku melihatmu berbicara dengan duda karatan itu. Siap-siap saja,ibuku akan tinggal di rumah ini". Ancam Fahri, langsung dan mencekal tangan istrinya.

Rania, meringis kesakitan karena cengkalan tangan suaminya lumayan keras. "Ingatlah mas,surat perjanjian kita. Kamukan tahu,aku tidak Sudi ibumu di sini".

"Gampang saja,aku suruh ibuku setiap hari ke sini. Mulai pagi sampai sore,biar kamu gak suka bergosip ria dengan tetangga". Fahri, tersenyum smrik. Karena dia memiliki rencana licik, sudah pasti Rania tidak bisa melawannya.

"Serah kamu mas,jangan samping kesabaran ku menipis". Ucap Rania, langsung menepis tangan suaminya.

Fahri, menyantap sarapan paginya. Sebelum berangkat ke rumah ibunya,karena hari ini libur bekerja.

"Siap-siap kita kerumah ibuku,jangan malas di sana. Apa lagi ada cara syukuran,". Kata Fahri, mendelik ke arah istrinya.

Rania, memutar bola matanya. Sebenarnya dia, enggan pergi ke sana. Sudah pasti ibu mertuanya, mengungkit-ungkit tentang kehamilan. Kenapa Rania,tak kunjung berisi?.

1 jam berisap-siap, akhirnya Rania masuk kedalam mobil. Fahri, menancapkan gas mobilnya dan meninggalkan perkarangan rumah.

Mata Rania, tertuju kepada Aldo. Sedari tadi, menatap kepergiannya. Lagi-lagi Fahri, langsung menaiki kaca mobilnya.

"Ck, sempat-sempatnya melirik duda". Gumam Fahri,nasih terdengar oleh Rania.

"Masih untung aku cuman melirik,mas. Gak kaya kamu, kemana-mana sama Shania". Sindrinya Rania, sontak membuat Fahri diam membisu. "Aku malah mencurigai bahwa kamu,ada apa-apanya dengan Shania? Karena aku, memiliki insting kuat. Biasanya insting seorang istri, tidak akan pernah luput".

Fahri, terkejut mendengar ucapan istrinya. Mengusap wajahnya, berusaha berekspresi biasa saja. "Jangan asal menuduhku, Rania. Emangnya kamu, memiliki bukti?".

"Kalau ada,kenapa mas? Jangan sampai kamu, tiba-tiba jantungan. Terus stroke, lumpuh dan tidak berdaya. Bersiaplah untuk kehilangan selingkuhan mu, termasuk aku". Rania, sengaja memancing reaksi suaminya.

"Jangan ngaco kamu, Rania. Sampai kapan pun,aku tidak akan melepaskan mu. Ancamkan itu, sekalipun aku menikah lagi". Ucap Fahri, terang-terangan.

"Oh,jadi kamu ada niatan untuk menikah lagi? Hemmm...". Rania, mengubah posisi duduknya dan menatap lekat ke wajah sang suami.

Fahri, semakin gugup dan gelabakan jadinya. "Ak-aku mana ada mau menikah lagi,cuman kamu kok sayang". Jawabnya dengan lemah lembut, tersenyum manis.

"Baguslah, kalau tidak ada niatan untuk menikah. Lebih baik kamu, jujur aja mas. Daripada kamu selingkuh,lalu berbuat zinah. Sebagai istri yang baik,aku mengijinkan kamu menikah lagi. Tetapi,ada beberapa perjanjian untuk mu". Rania, sengaja berkata seperti itu. Karena dia, mengetahui sesuatu yang di simpan suaminya.

"Pernjanjian? Apa Perjanjiannya Rania, apakah termasuk perceraian?". Tanya Fahri,ada rasa lega karena sang istri mengijinkan untuk menikah lagi.

Rania, melirik tajam ke arah suaminya. Sedangkan sang suami, tangannya sudah keringat dingin.

Terpopuler

Comments

Raisa Kalyna

Raisa Kalyna

mungkin Rania istri orang kali ya

2023-09-22

0

*, AIRES*,,,

*, AIRES*,,,

OTW abng hot duda 🤭

2023-09-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!