BAB 3.
POV ZAHRA
Kami tertawa bersama. Kusiapkan minumnya di kendi yang kubawa dari rumah. Setelah dia selesai makan langsung meneguk minumnya dari kendi langsung.
"Alhamdulillah." Aku ambilkan kopi yang kubawa yang dimasukkan ke termos kecil.
"Ini mas kopinya."
"Hm, makasih sayang."
"Mas seneng kan, kalau aku bawakan makan siang kayak gini? Dan makannya pun lebih enak karena masih hangat."
"Iya sih, tapi mas nggak mau kamu kepanasan!"
"Hm, nggak papa mas. Kan aku kalau sudah masak nggak ada kerjaan lagi, palingan ambil jemuran setelah aku makan siang!"
"Beneran kamu nggak keberatan?"
"Nggak mas...oke? Mulai besok aku ke sini ya, bawa makanan buat kamu!"
"Iya deh, kalau kamu nggak repot ya, dek!"
"Nggak kok, mas."
Kemudian aku pamit pulang ke rumah dan suamiku masih tiduran untuk istirahat di saung. Aku kadang sedih melihat dia bekerja untuk menghidupiku dan Ibu. Uang yang di dapat dari menjual padi, dia berikan kepada Ibu sebagian, dan sebagian lagi untukku yang dipakai untuk makan sehari-hari. Begitulah dia meperlakukanku sama dengan ibunya. Sesudah sampai di rumah, aku sudah melihat pintu sudah tidak terkunci dan aku masuk ke dalam rumah menuju ke dapur. Aku letakkan rantangnya dan mengangkat pakaian yang sudah kering di belakang rumahku.
"ZAHRA...Sini, Ibu mau ngomong sama kamu!!" bentaknya.
Aku masuk ke dalam dan meletakkan semua pakaian di bak setrikaan dan ke dalam rumah mendekat ke ibu.
"Kenapa bu?"
"Kamu kemarin ke rumah pak Anggoro, ya?"
"Iya bu."
"Katanya kamu menemukan cek di dalam amplop?" tanya Ibu.
"Iya, dan saya kasihkan ke Mas Farhan!"
"Sekarang mana surat-surat rumahnya?! Kasihkan ke Ibu!"
"Maap bu, saya nggak tau mas Farhan taroh dimana?" jawabku cuek.
"Halah...Palingan kamu yang simpen! Mana cepet!" paksa Ibu.
"Nggak tau bu, tanyakan saja sama mas Farhan!" Aku jalan melewati tubuhnya. Tiba-tiba lenganku ditariknya dan dicekalnya.
"Mana cepet, ambil!!" paksa Ibu lagi.
"Aduh bu lepaskan!"
"Nggak mau!! Mana cepat ambil!!" katanya sambil mendorong badanku ke depan. Aku berontak dan tanganku terlepas.
"Ibu jangan maksa saya! Saya tidak tau!!"
"Awas kamu! Kalau ketauan kamu boong, kamu pergi dari rumah ini!!"
"Saya nggak mau pergi!! Aku istri mas Farhan!!" aku menahan sesak di dada. Ingin menangis tapi masih marah.
"Awas kamu kalau ketauan boong!! Saya usir kamu!! Istri nggak berguna aja mau belagu!!"
"Kenapa sih Ibu nggak suka sama saya!!??"
"Kamu tuh mandul, nggak bisa punya anak. Udah tiga tahun nggak bisa hamil!!"
"Ibu, punya anak itu karunia Allah. Kalau Allah nggak meridhoi, ya nggak bisa bu!"
“Eh, Bales omongan ibu lagi!!"
Plaaakkkk
Aku ditamparnya. Panas pipi kananku ditampar oleh Ibu mertuaku. Aku lari ke dalam kamar sambil menangis. Aku tak tau kenapa ibu begitu jahat kepadaku, aku tak tau kenapa Ibu sebegitu bencinya kepadaku...Apakah karena aku belum memberikannya cucu?
"Heh ZAHRA..!! Buka!!"
Aku diami saja dia berteriak terus, tapi aku nggak bukain pintunya. Aku akan buka pintu kalau mas Farhan sudah pulang.
DUK
DUK
DUK
"Cepat buka!!" masih saja teriakannya bergelegar. Aku diam dan menutup wajahku dengan guling.
Aku tak mendengarnya lagi suara pukulan di pintuku dan teriakannya. Aku duduk dengan masih menangis meratapi kekesalanku kepada Ibu. Dia sudah berani manamparku. Ibu dan bapakku saja di kampung tak pernah memukulku apalagi menamparku dengan keras.
Kupegang pipiku yang sebeah kiri. Tak berapa lama kemudian ada suara mas Farhan mengetuk pintu.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumslam." Kuturunkan kakiku dan kujalan ke pintu untuk membuka kunci pintuku dan begitu kubuka aku peluk mas Farhan dan menangis di dadanya.
"Sayang....Kenapa kmu menangis?" ucapnya dan mengelus rambutku.
"Mas, aku mu pulang! Huuhuuuuu!"
"Loh loh kok begitu? Nggak ada angin nggak ada apa, kok minta pulang..." balas mas Farhan.
"Pokoknya aku mau pulang!"
"Sudah masuk dulu..." Mas Farhan merangkul pundakku dan menutup pintunya dan menguncinya.
"Udah kamu duduk disini dulu!" suruh suamiku. Aku diam saja.
"Kenapa? Pasti dengan Ibu ya?" tanyanya. Aku menganggukkan kepalaku. Aku ceritakan kejadian tadi sampai aku ditamparnya.
"Astaghfirullah Al Adzim....Kok Ibu sampai segitunya ya?" Dia mengusp wajahnya dengan keras.
"Aku mu ketemu ibu dulu," lanjutnya setelah itu dia bangun dan berjalan ke Pintu dan membukanya. Dia berjalan ke arah kamar Ibu. Aku keluar ke ambang pintu ingin mendengar apa yang terjadi.
Tok Tok Tok
"Bu, Ibu!"
Kamar Ibu terbuka.
"Apa? Kamu sudah bersekongkol dengan istrmu untuk mengambil surat rumah ya? Kamu sudah menyimpan cek itu dan ngumpetin nya ya!"
"Dengerin saya Ibu, Ibu kenapa sih marah-marah dan sampai menampar Zahra?"
"Halah! Ibu menamparnya karena dia melawan aku!!" bentaknya lagi.
"Astaghfirullah bu, Zahra kan nggak salah! Gimana sih bu?" aku tak pernah mendengar Mas Farhan bicara dengan nada sepeerti ini. Dia bicara dengan nada kesal dan anggak tinggi.
"Farhan, kamu tau kan tanah itu Ibu mau jual karena Ibu mau membayar hutang Ibu!"
"Hutang Ibu yang mana sih?"
....
....
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Ria Santika
tanah mo dijual kenapa pake Zahra yang kena tampar, bukan
2023-04-12
2