KARENA...MU!! Ibu MERTUA
BAB 1.
POV AZZAHRA
Zahra masuk ke dalam kamar dengan kesal dan rebahan di atas kasur. Farhan menyusul ke dalam kamar.
"Ada apa dengan Ibu, sayang?" tanya Farhan, tapi Zahra masih belum menjawab.
"Sayang...?." Farhan mengelus punggung istrinya yang sedang sedang kesal. Zahra masih terdiam saja dan memejamkan matanya.
"Sayang,...?" Sekali lagi Farhan memanggilnya. Zahra bangun dan duduk yang masih tertunduk saja dengan muka yang kesal.
"Mas...Aku memang bodoh, tapi aku nggak suka dibentak kayak gitu, Mas...!" Matanya mulai ingin menjatuhkan air mata, tapi dia tahan.
"Hm, ya sudah ,nanti aku akan bilang sama ibu ya." Farhan memelukZahra agar tenang. Rambutnya dielus. Sementara Adzan Magrib berkumandang.Mereka bergantian ke kamar mandi untuk Wudhu. Setelah dari wudhu Zahra bertemudengan Ibu saat keluar kamar untuk mengambil air wudhu juga. Zahra jalan saja menunduk dan tak menghiraukan walaupun ibu sedang komat kamit mulutnya merutuki Zahra.
Farhan dan Zahra sholat. Mereka siap-siap akan pergi ke rumah pak Anggoro setelah sholat seesai.
"Mas, Jadi pergi?" tanya Zahra setelah dia melipat sejadahnya dan melepas mukenanya.
"Jadi, yuk, kamu sudah siap?" Farhan mengambil celana bahannya danterlihat memasukkan amplop ke dalam saku celananya. Mereka keluar dari kamar. Farhan berjalan ke dalam kamar ibunya untuk pamitan dan keluar berjalan menggandeng Zahra ke luar rumah.
Rumah Pak Anggoro tak jauh dari rumah mereka, sekitar tigaratus meter dari sana. Mereka berjalan pelan-pelan, dan bergandengan tangan. Mereka sepanjang jalan mengobrol mengenai sawah. Zahra ingin sekali menemaninya ke sawah tapi Farhan selalu melarangnya. Farhan selalu bilang, kalau di sawah panas dan saung untuk berteduh juga kecil, jadi Zahra tak pernah kesana. Padahal Zahra Ingin membawa makan siang buat Farhan, tapi Farhan memilih membawa bekal dai rumah.
Mereka sampai di rumah pak Anggoro dan mengucapkan salam, setelah menggeser pagar bambunya yang hanya sepinggang saja tingginya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam," jawab dari dalam rumah.
"Eh, ada mas Farhan," ucap Istrinya pak Anggoro setelah membuka pintu depan rumahnya.
"Iya bu, bapaknya ada?"
"Ada mas, silahkan masuk ke dalam. Silahkan duduk," katanya lagi dan mereka masuk ke dalam rumahnya, duduk di kursi ruang tamu. Tak berapa lama pak Anggoro muncul hanya dengan memakai sarung dan kaos oblong.
"Eh, ada tamu jauh nih, apa kabar mas Farhan?" tanya pak Anggoro senyum.
"Baik pak." Mereka bersalaman dengan Pak Anggoro.
"Silahkan mas Farhan, ada apa nih malam-malam datang ke rumah saya?
Kayaknya ada yang penting, nih!” ujarnya.
"Hm begini pak, mengenai tanah itu....!" Farhan kembali diam dan mengeluarkan amplop dari kantung celananya dan menyerahkan ke Pak Anggoro.
"Apakah bener ini cek nya untuk pembayaran tanah bapak saya, pak Anggoro?" tanya mas Farhan. Kemudian pak Anggoro menerima amplopnya dan membukanya.
"Hmmm...Iya Mas Farhan. Lah ini kok ada cek nya?" Dia heran sambil melihat ke arah ceknya.
"Iya pak, cek ini ditemukan oleh istri saya di bawah kulkas, dan sepertinya jatuh tidak ketemu. Kebetulan istri saya menyapu dan menemukannya," jelas Farhan.
"Hm, jadi begitu...?" Istri pak Anggoro datang membawa nampan berupa teh manis dan meletakkannya di atas meja.
"Silakan mas Farhan, Mbak Azzahra diminum....Cuma teh saja kok." Ibu Anggoro duduk di samping suaminya.
"Udah bu, tak usah repot-repot," sahut Farhan.
"Nggak papa Mas Farhan..Eh itu cek ayah, ya?" tanyanya.
"Iya, cek ini ditemukan oleh Istrinya mas Farhan dan setelah satu tahun ini baru ketemu"
"Iya bu."
"Terus bagaimana pak?"
"Ya, terserah dengan mas Farhan saja!" jawab pak Anggoro.
"Begini mas, saya sebenarnya tak mau menjualnya, tapi bagaimana cek nya sudah lama sekali, dan tentunya harganya udah nggak segitu lagi pak kalau sekarang!" Suamiku memberikan keinginannya.
"Hmmmm....Bagaimana menurut Ibu?" tanya Pak Anggoro kepada Istrinya.
"Ya mau bagaimana lagi. Itu sih terserah bapak saja!"
"Begini mas Farhan, sebenernya cek ini masih berlaku, tapi kebetulan uang di rekening saya tidak ada segitu, dan kalau dengan harga baru, saya sepertinya juga tidak sanggup membelinya!" jawab Pak Anggoro.
"Ya sudah pak, surat-suratnya saja saya minta kembali pak!" jawab suamiku.
"Ya sudah kalau begitu, saya ambilkan dulu, ya" Kemudian dia masuk ke dalam kamarnya dan membawa surat-surat nya dan menyerahkan kepada suamiku.
"Terima kasih, Pak."
"Itu semuanya masih komplit kok mas, nggak ada yang kurang" Kemudian sama suamiku dicek kembali.
"Iya pak, terima kasih, masih komplit!" Suamiku tersenyum kepada pak Anggoro. Sesampai di rumah, suamiku menyuruhku untuk menyimpan ditempat yang aman.
"Simpan ditempat yang aman ya. Itu dikoper yang ada kunci gemboknya saja," kata suamiku begitu sampai di dalam kamar. Dan dia kemudian keluar untuk memberikan baksonya kepada Ibu. Aku menyimpannya ditempat yang telah disarankan oleh Mas Farhan. Kemudian kunci gemboknya aku masukin di kardus sepatuku yang masih belum kupakai.
**
SEBELUMNYA.
"Mas, boleh aku bicara?"
"Ya, ada apa sayang?" Dia naik ke kasur dan meluruskan kakinya. Aku mengambi amplop itu dari laci lemari riasku.
"Mas, aku nemu ini." Aku serahkan amplopnya ke sauamiku.
"Apa ini sayang?" Dia membukanya.
"Aku nemu ini di bawah kulkas dan terhimpit dengan kaki meja makan,” ucapku.
"Astaghfirrullah!" Mas Farhan kaget sekali melihat isinya.
"Kenapa mas?" tanyaku heran.
"Ini cek udah lama hilang, kami mencarinya kemana-mana!" jawab mas Farhan.
"Loh, emang kapan ini cek hilang? Kan, aku disini kayaknya nggak ada deh yang meributkan masalah cek!" sahutku.
"Kamu sudah disini sayang. Kamu ingat, nggak? Waktu Ibu ngotot nggak menjual tanah bapak yang diujung dekat mesjid?" tanya suamiku.
"Kan, bukannya sudah terjual, karena dokumen rumahnya sudah ditangan Pak Anggoro?" jawabku.
“Iya tapi sini....Kamu duduk disini, kamu kunci dulu pintunya!" ajak mas Farhan.
"Kenapa mas?" Aku menutup pintu kamar dan menguncinya. Dia duduk bersila diatas kasur. Aku berjalan ke tepi kasur dan duduk.
"Gara-gara ini, kami tidak pernah bisa membuktikan bahwa Ibu menerima uangnya, karena Ibu juga nggak pernah berubah menjadi mewah atau membeli sesuatu yang mewah!"
"Terus hubungannya apa?" Aku heran.
"Pak Anggoro yang membeli tanah bilang sudah pernah memberi cek kepada Ibu, tapi Ibu bilang nggak tau, dan makanya tanah itu masih sengketa. Pak Anggoro pun tak pernah mengembalikan surat tanah kalau cek itu tak dikembalikan. Dulu aku yang ngotot ke pak Anggoro untuk dikembalikam, karena itu warisan Bapak, sayang!" jelasnya.
“Ya kalau begitu kamu kembalikan saja ke pak Anggoro dan ambil surat tanahnya"
"Hm, aku nanti malam saja ke sana. Anterin aku ya sayang, sekalian kita makan bakso di sana!" sahutnya.
"Ish, tumben ngajakin makan bakso, mas?" tanyaku menggodanya.
“Iya nggak apa-apa, kita udah lama nih nggak kikuk-kikuk..!" Sambil tangannya merapikan rambutku dan mengkaitkan di atas telinnggaku.
"Hm, ayo, sekarang?" ajakku.
"Hm, nanti malam saja ya. Kamu belikan gorengan gih, aku mau makan gorengan sambil minum kopi. Udah dibuatkan kopinya?" mengalihkan pembicaraan.
"Sudah mas, ada di meja" Aku menjatuhkan badanku ke pelukannya.
"Kenapa nih, manja banget?" tanya suamiku.
"Hm, pengen disayang ajah!" tukasku.
"Kamu udah selesaikan dapetnya?" tanyanya.
"Udah dong, kan kemarin Magrib saja sudah Sholat aku, mas."
"Oh iya lupa, tadi malam kamu marah-marah sih, takutnya mau ajak kamu kikuk-kikuk, kamunya nggak **** lagi?" Suamiku terkekeh.
"Hm, sekarang ajah?" tanyaku lagi.
"Nanti malam saja, ayo kita ke teras dulu, belikan gorengan ya, sayang!"
"Iya mas" kemudian aku berdiri setelah diicium di keningku oleh suamiku.
Aku langsung mengambil uang untuk membeli gorengan karena aku harus bagi dua, untuk di dalam rumah satu piring, Biasanya Ibu selalu keluar kam,ar nyari cemilan.
Mas Farhan ke teras dan dia mencicipi kopi hitamnya dan merokok. Aku berjalan ke warung dekat rumah dan membeli gorengan yang cukup untuk kami makan bertiga. Setelah sampai di rumah, aku membagi menjadi dua piring dan aku tinggalkan satu piring di atas meja makan.
****
"ZAHRA...SINI!!" teriak Ibu terdengar sampai keluar.
"Iya bu...?" Aku lantas berdiri dan masuk ke dalam mendekat ke Ibu Mertuaku.
"Ada apa bu?" Aku berdiri di depannya.
"Jilbab ibu mana?!!" Lengkingan suaranya membuat ayam-ayam di kandang pada loncat semua...hehehe.
"Yang mana bu?" tanyaku mengingatnya.
"Yang warna hitam itu!!" Aku langsung ingat-ingat.
"Kan, lagi dicuci bu" jawabku.
"Lah, kok dicuci? Kan ibu taroh di atas kulkas!!"
"Iya, Zahra kirain kotor, bu!"
"Dasar, mantu BODOH gitu nih!!" Kemudian dia masuk ke dalam kamarnya lagi. Aku terdiam, dan mengelus dada saja.
"Astaghfirullah Al-Adzhim."
................
...............
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
bonjorno
keren..lanjutkan thor
2023-04-09
1