"Astaghfirullah, ya tuhanku! Gadis ini mirip sekali dengan gadis yang dulu ku per***a, atau jangan jangan dia anak gadis itu?" Gunam ku dalam hati, aku kaget saat melihat gadis di hadapan ku begitu mirip dengan gadis yang tempo dulu ku culik dan per***a lalu ku tinggalkan begitu saja, atau jangan jangan ini anak dari gadis itu? Tidak tidak mungkin gadis itu mungkin sudah mati karena kedinginan.
Flashback
Waktu itu aku sedang mabuk bersama teman teman ku, tapi walaupun aku mabuk aku masih setengah sadar aku sadar betul kalau gadis yang kami culik itu berwajah cantik
Kulit putih dengan yang mata yang indah sekali. Dulu sebelum aku kabur aku sempat menanyakan namanya dia menjawab kalau nama nya adalah Lia, tapi apa mungkin gadis cantik di hadapanku ini adalah anak nya? Jika benar begitu ini bisa jadi bumerang bagi rumah tanggaku, semua harta yang ku miliki akan sirna dalam sekejap mata. Bukan apa semua yang ku miliki saat ini adalah atas nama istri dan anak anakku.
"Siapa namamu gadis manis?"
"Lia, tolong jangan lakukan itu lagi padaku aku mohon!" Ucap gadis itu.
"Aku tidak akan melakukannya lagi, asalkan kamu mau tutup mulut dan jangan sampai ada yang tahu soal ini. Jika kejadian ini tersebar maka aku tidak akan segan untuk membuatmu jauh lebih menderita dan mungkin kamu akan mati perlahan di tanganku, ingat itu!" Ancam ku saat itu yang sebenarnya hanya omong kosong saja.
Mana berani aku membuatnya terluka lebih parah. Di tambah lagi dia sangat cantik, jujur aku jatuh cinta padanya tapi mau bagaimana lagi kami bertemu dengan cara seperti ini. Jika aku di beri pilihan aku akan memilih untuk menjadikan nya istri, namun sayang dia sudah di g*l*r oleh ketiga temanku huu.
Flashback off
Semenjak gadis itu menjadi juru masak di caffe ku, aku semakin menjadi was-was saja. Aku takut jika benar ia anak dari Lia dan suatu hari nanti gadis itu akan membocorkan semuanya jika memang dia adalah putri ku. Aku harus bertindak cepat dan tidak boleh gegabah aku akan menunggu waktu yang tepat untuk melancarkan ide ku.
Hari ini aku sengaja memanggil nya masuk ke dalam ruangan ku, aku berkesempatan untuk bertanya tanya tentang gadis itu.
Tok ... Tok ... Tok ...
"Masuk ..."
Ia berjalan menuju kursi di depan meja ku saat ini.
"Maaf ada apa bapak memanggil saya?" Tanya nya.
"Amara, boleh saya bertanya?" ucapku mengawali semuanya.
"Ya, tentu saja pak!"
"Siapa nama ibumu nak?"
"Nama ibu saya pak? Tapi ada apa ko nanya ibu saya?" Tanya nya heran.
"Tidak, aku hanya ingin tau aja, karna jika nanti suatu saat kamu kenapa-kenapa pasti akan mencari keluarga bukan?" Aku mencoba untuk bersikap biasa saja, meskipun sebenarnya hati ini sangat gelisah.
"Oh, nama ibu saya Amelia" Ucapnya santai.
Syukur lah nama ibu anak ini bukan Lia yang ku per***a dulu, tapi kenapa wajahnya begitu mirip? Aku tidak akan percaya begitu saja aku akan mencari tahu soal semua kebenaran ini dengan usaha ku sendiri.
"Oh baiklah kalau begitu, lanjutkan masak nya sebentar lagi pasti akan ramai pengunjung." Ucapku dan hanya di balas dengan anggukan kepala nya saja. Kenapa aku begitu yakin kalau anak yang di depan mataku saat ini adalah anak kandung ku.
Jika memang begitu berarti dia adalah adik dari damar putra pertama ku. Tuhan jika semu nya terbongkar akan kah Silvi mau menerim semua ini? Dan mengakui kalau Amara adalah anak nya juga, memikirkan semua ini membuat ku sakit kepala. Biarlah nanti akan aku coba cara lain untuk mencari cara agar mengetahui dia benar anakku atau bukan tapi perasaan ku berkata kalau dia beneran anakku.
* * * *
POV Amara
Hari ini tepat sebulan aku bekerja di caffe milik papah ku sendiri, semenjak wawancara saat itu aku tidak pernah bertemu kembali dengan nya.
Tepat saat aku sedang memasak aku di panggil untuk masuk ke dalam ruangan papah, entah kenapa papah tiba-tiba memanggil ku karena biasanya yang membagi gaji itu HRD.
Aku datang menghampiri papah di dalam ruangan nya, ia bertanya siapa nama ibu, lalu aku menjawab Amelia ya karena nama ibu sebenarnya adalah Amelia ibu selalu di panggil dengan sebutan Lia, karena menurut cerita kalau ibu lebih suka nama itu karena gampang di ingat dan di sebut.
Setelah papah mendapatkan jawaban yang ku berikan, ia menyuruh ku untuk kembali ke dapur, huf rasanya aku ingin berteriak padanya dengan sangat kencang.
"Berkata jika aku lah anak mu, aku anaknya dari gadis malang yang dia per***a dulu." Tapi aku urungkan niat ku itu, aku harus lebih bersabar lagi mengahadapi semua ini aku tidak boleh gegabah kalau tidak semua rencana ku akan hancur.
Bulan berganti bulan aku sudah bekerja di rumah ini selama enam bulan dan hasil kerja ku, aku kirimkan pada bibi untuk biaya ibu selama di sana.
Rencananya jika uang yang ku miliki sudah terkumpul banyak aku akan membawa ibu ke kota dan di rawat di rumah sakit yang terbaik di kota.
Kebetulan hari ini aku libur bekerja aku berencana ingin mengajak Bella makan karena sejak awal aku gajian aku belum pernah mengajak nya sekedar jalan-jalan atau makan.
Ia selalu saja sibuk bekerja entah apa pekerjaan nya karena ia selalu pulang larut malam, kadang tidak pulang ke kosan.
Aku masih tinggal satu kos dengan Bella karena ia ingin aku tinggal bersama nya, jadi kami membagi biaya sewa kamar kos.
"Bel, hari ini kamu bekerja?"
"Iya, tapi nanti malam! Kenapa?"
"Aku ingin mengajak mu jalan-jalan dan makan, karena sejak awal aku gajian aku belum pernah mengajak mu makan di luar! Karena uang nya selalu habis aku kirim kan ke bibi, bahkan uang kos pun masih kamu yang membayar nya!"
"Ya elah santai aja kali, aku tidak masalah ko! Kamu jangan seperti itu!"
"Ya tetep aja aku enggak enak! Gimana mau tidak hari ini kita keluar?"
"Boleh."
"Bella, aku mau tanya kamu sesuatu boleh?"
"Tentu saja!"
"Maaf ya, sebenarnya pekerjaan mu itu apa?"
"E ... Aku ..."
"Tidak apa jika kamu tidak ingin memberitahukan pada ku!"
"Maaf bukan itu maksud ku, tapi kamu jangan bilang sama ibu dan bapak di kampung ya! Aku terpaksa soal nya."
"Ya tentu saja."
"Sebenarnya aku bekerja sebagai kupu-kupu."
"Maksud mu bekerja sebagai ..."
"Ya, aku terpaksa karena ibu selalu saja menuntut ku untuk membiayai sekolah adik-adik ku, entah kenapa ibu dan bapak sangat hobby sekali membuat anak tetapi tidak di biayai nya. Aku perlu uang banyak untuk semua itu!"
"Tenang aku tidak akan membicarakan semua ini pada siapapun!"
"Makasih ya Amara. Semoga rencana mu untuk membalas kan dendam pada papah mu segera terwujud."
"Makasih! Ya sudah ayok kita berangkat."
"Iya ..."
Kami berjalan-jalan ke mall di kota ini, ini kali pertama nya aku menginjak kan kaki di mall.
Setelah puas berbelanja kami makan di salah satu restoran di sana, aku memilih ramen sedang kan Bella memilih sushi untuk nya makan.
"Aku ke toilet sebentar ya!" Ucap ku.
Aku berjalan menuju kamar mandi dan tiba ...
Gubrak ...
Aku tidak sengaja menabrak seorang laki-laki yang menurut ku sangat tampan sekali.
"Ma ... Maaf kan aku ..." Ucap ku terbata sambil gugup.
"Tidak masalah, lain kali pandang lah ke depan jangan ke hp terus!"
"Maaf!"
"Hei apa lantai lebih menarik dari ku? Apa kamu menabrak lantai? Sehingga kamu terus menunduk?"
"Maaf kan aku, aku sudah tidak tahan ingin ..."
"Oke-oke."
"Aku permisi ..."
Aku buru-buru masuk ke dalam toilet wanita untuk membuang air kecil.
Saat aku berjalan keluar tiba-tiba ...
"Siapa namamu?" Ucap laki-laki tadi.
"Astaga ..." Ku kaget buat main karena ternyata ia menunggu ku di sana.
"Ini," ucap nya sambil menyerah kan kartu nama.
Aku menerima nya dan kami mengobrol cukup lama di sana hingga seorang wanita datang dan langsung marah-marah pada laki-laki yang bernama Damar ini.
"Sayang ... Kamu ngapain sama wanita ini? Dan ... Astaga apa yang kalian lakukan di dalam toilet?"
"Jangan asal bicara Gita, aku tadi tidak sengaja menabrak nya dan membuat ia jatuh jadi aku membantu dia," ucap Damar.
"Oh ya sudah ayok kita makan, aku sudah sangat lapar!"
"Ya."
Mereka berdua pergi meninggalkan ku yang masih mematung di tempat. Ku lirik kartu nama tadi dak ternyata ia bekerja di PT papah ku.
"Kenapa lama sekali sih?" Tanya Bella.
"Tadi aku tidak sengaja mengarak orang!"
"Hah? Terus enggak papa?"
"Engga ko, dia ternyata kerja di perusahaan papah ku!"
"Masa? Siapa namanya?"
"Damar."
"Wah bisa kamu jadikan umpan tuh."
"Hah gimana caranya?"
"Ya kamu dekati dia dan sering-sering lah bertemu dengan nya!"
"Tapi aku juga kan bekerja di caffe milik papah."
"Apa papah mu setiap hari di caffe? Jelas tidak kan? Itu artinya dia lebih banyak di perusahaan nya daripada di caffe."
"Biar nanti aku coba."
"Harus. Sini deh aku kasih tahu ya!"
"Apa?"
"Asisten pribadi papah mu selalu memesan ku. Aku bisa saja mengorek semua informasi dari nya!"
"Benar kah?"
"Tentu saja kenapa tidak?"
"Astaga terimakasih banyak Bella!"
"Santai, sudah ayok kita makan karena aku sudah sangat lapar sejak tadi menunggu mu selesai dari toilet."
"Maaf kan aku!"
Kami memakan semua pesanan yang kami pesan, hingga tiba-tiba laki-laki bernama Damar menghampiri kami.
"Amara ...!"
"Ya?"
"Apa aku menganggu mu?"
"Tidak, oh ayok. Silahkan duduk!"
"Terimakasih, kenal kan saya Damar." Ucap nya pada Bella.
"Bella, sahabat nya Amara."
"Jadi begini, aku ingin mengajak mu untuk makan malam bersama."
"Hah?"
"Ya karena aku merasa bersalah akibat tuduhan pacar ku tadi!"
"Oh tidak masalah dan tidak perlu juga, terimakasih."
"Tapi ..."
"Sudah tidak apa-apa, itu pacar mu mencari mu lebih baik pergi lah jangan sampai ia marah lagi."
"Terimakasih banyak ya!"
"Ya."
Setelah Damar pergi, aku dan Bella melanjutkan makan kami yang sempat tertunda tadi akibat kedatangan Damar.
Sore hari kami pulang menggunakan taxi online yang di pesan oleh Bella, setelah sampai di kosan ia langsung mandi dan bersiap untuk pergi bekerja.
"Bella ..."
"Ya?"
"Aku ingin ikut bekerja dengan mu!"
"Hah?"
"Yang benar saja? Kamu kan sudah bekerja di caffe milik papah mu itu."
"Uang nya tidak cukup untuk membeli obat ibu dan biaya hidup ku di sini."
"Tapi ..."
"Aku masih ..."
"Iya aku tahu ko."
"Aku ingin segera membuat ibu sembuh dan bisa hidup normal. Aku mohon!"
"Baik lah, nanti aku carikan laki-laki yang mau membayar besar untuk mu!" Aku mengangguk dan ia langsung masuk ke dalam kamar mandi.
Ia keluar dengan rambut yang masih basah dan hanya memakai handuk saja! Ia memilih pakaian yang s*x* dan minim.
Aku terus memperhatikan nya dandan, dan saat ia pergi aku bingung harus melakukan apa? Hingga aku memilih untuk tidur saja sambil menunggu Bella pulang.
Kring ... Kringgg ... Kringgg ...
Aku mengerut kan kening ku karena tiba-tiba ada nomor baru menelfon ku!
"Hallo. Siapa ini?"
"Ini aku Bella."
"Lah kenapa pake nomor orang?"
"Aku sengaja kalau lagi di luar pake nomor ini, aku merasa khawatir meninggalkan mu sendiri di kosan." Ucapnya.
"Aku baik-baik saja! Tenang." Ucapku pada Bella.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments