AMARA
Setelah aku tahu kalau ibu sakit seperti ini aku memutuskan pergi ke kota untuk menemui laki-laki yang telah membuat ibuku seperti ini, aku akan membalaskan rasa sakit yang di derita ibu saat ini.
Keesokan harinya ...
Tepat pukul enam pagi aku sudah bersiap untuk pergi menggunakan bus travel butuh waktu tiga jam perjalanan agar sampai ke kota, aku memikirkan bagaimana wajah yang di sebut ayah itu, cinta pertama bagi setiap anak perempuannya. Namun, tidak dengan ku! bagiku ayah adalah patah hati pertama ku di dunia ini, bagaimana tidak? jika semua ayah akan membuat putri dan istrinya bahagia, tapi tidak dengan ku dan ibu.
Ia membuat ibu depresi seperti ini mungkin jika ayah tidak jahat pada ibu bisa saja saat ini kami berkumpul bersama membangun kebahagiaan di keluarga kecil ini.
Tak terasa tiga jam berlalu akhirnya aku sampai di kota BD, kota di mana ayahku tinggal. Dan langkah selanjutnya aku akan mencari kontrakan temanku yang bernama Bella, ia teman sejak kecil ku di kampung hanya dia yang mau berteman dengan ku. Anak yang di lahiran di luar nikah tanpa jelas siapa ayah nya.
Mungkin untuk sementara waktu aku akan menumpang di kontrakan nya hingga aku mendapat kan kerja dan perlahan menjalankan niat utamaku ke kota ini.
Akhirnya aku sampai di kontrakan Bella, bismillah aku akan mulai semua dari ini.
"Ya tuhan ...! Mara kangen banget aku loh" ucap Bella sambil memeluk ku, dan akupun membalas pelukannya.
"Iya nih bel, aku juga kangen sama kamu. Makin cantik aja kamu tinggal di kota" ucapku.
"Ah bisa aja, ayok kita masuk jangan sungkan anggap saja kontrakan sendiri ha ha ha tapi maaf yah kontrakannya kecil, itu kamar mandinya di sana. Sebenarnya dapur ada di belakang di dapur umum tapi aku sengaja bawa kompor ke kamar karena aku biasa suka lapar tengah malam kan serem kalau malam malam sendirian di dapur ha ha" ucapnya sambil menunjuk ke arah kamar mandi.
"Ah dasar kamu ini, ya udah aku mandi dulu yah setelah ini kita ngobrol-ngobrol lagi."
Setelah selesai mandi, aku kembali duduk dekat Bella dan mulai memberitahu kalau aku datang ke kota untuk mencari kerja. Ijazah ku tamatan S1 manajemen, ya meskipun aku tinggal di kampung tapi bibi dan paman menyekolahkan ku sampai ke jenjang kuliah dari hasil bertani paman. Bibi memiliki sawah yang lumayan luas belum lagi sawah milik ibu juga di garap paman.
"Oh ya, mara kamu mau cari kerja dimana nanti?"
"Aku belum tau juga nih, kalau di kantormu ada lowongan jangan lupa kasih tau aku yah,
. Mungkin sebelum aku mendapatkan kerja aku akan berdagang dulu."
"Dagang apaan mar?"
"Mungkin, donat atau gorengan di sekitaran kantor dekat sini kan lumayan kalau di jam sebelum masuk kerja mereka pasti cari makan ringan seperti gorengan atau donat untuk di makan nanti atau mungkin aku jualan peyek, aku tidak tahu kita lihat saja nanti bel. Ngomong-ngomong kamu kerja dimana?"
"Aku kerja tidak menentu Mara, kadang malam kadang pagi. Kenapa gitu?"
"Boleh dong aku ikut sementara di tempat kerja mu, sambil mencari info soal papah ku!"
"Kamu masih mau mencari nya? Untuk apa? E ... Maksudku ..."
"Aku hanya ingin tahu seperti apa kehidupan nya itu, hingga dia tega membuat ibuku seperti yang saat ini kamu tahu. Dan tega meninggalkan aku lahir tanpa seorang papah!"
"Ya sudah kalau begitu, ayok ikut aku kita cari makan, aku sudah lapar kamu juga pasti lapar kan? Tenang saja hari ini aku yang traktir kamu simpan uang mu itu untuk bekal nanti. Nanti kita ngobrol lagi ya!"
"Makasih yah bel."
"Iya sama-sama, jangan sungkan kalau sama aku!"
Saat keluar dari kontrakan aku melihat gedung yang sangat tinggi, aku berniat untuk melamar kerja di sana nanti.
"Bel, itu kantor apa?"
"Oh itu kantor PT Almira sejahtera, oh ya katanya di sana sedang cari karyawan. Kenapa tidak mencoba di sana saja?"
"Besok lah aku coba melamar ya!" Bella mengangguk mendengar jawaban ku.
Kebetulan sekali kalau begitu aku tidak perlu repot-repot mencari perusahaan milik lelaki itu, sebelum aku pergi ke kota aku lebih dulu mencari informasi mengenai papah ku.
Ternyata ia bukan laki-laki yang baik, ia sama saja seperti laki-laki pada umum nya. Yang hanya mengedepankan n*f*u saja.
Mungkin besok aku akan langsung pergi melamar di sana. Enak sekali lelaki itu bisa hidup mewah berkecukupan sedangkan ibu harus menderita bertahun tahun, tunggu pembalasanku papah.
Akhirnya kami sampai di sebuah lapak pecel lele dan segera memesan makanan untuk kami makan, namun saat kami sedang makan. Aku tak sengaja mendengar suara dari seorang lelaki dia memesan makanan untuk majikannya.
Dan bertanya pada si pedagang apakah mempunyai saudara atau teman yang membutuhkan pekerjaan sebagai asisten rumah tangga bos nya.
"Pak, pecel lele nya lima, ayam nya lima ngga pake nasi ya pak."
"Oke tunggu sebentar yah."
"Oke pak!"
"Pak apakah ada lowongan pekerjaan?" Tanya tukang pecel itu.
"Ada kebetulan di caffe milik anak bos saya!" Ujar laki-laki itu.
"Oh kebetulan sekali, itu mbak yang di sana sedang mencari pekerjaan kata nya! Ini pesanan nya, makasih ya."
Lelaki itu pun meninggalkan nomor yang dapat di hubungi, aku jadi penasaran siapa bos lelaki itu?
Setelah aku rasa lelaki tadi sudah menjauh aku segera dekati bapak penjual untuk menanyakan nomor yang tadi dengan berkata kalau aku berminat dengan pekerjaan nya.
Ini bisa menjadi modal ku untuk bertemu dengan ayah, karena aku juga harus lebih mencari tahu lagi informasi tentang nya.
Aku segera mengambil kartu nama yang di tinggalkan itu, dan ternyata di sana tertulis Doni Adhi Wijaya yang tak lain tak bukan adalah nama ayah ku.
Deg
Aku sempat terdiam beberapa saat hingga akhirnya Bella menyadarkan ku.
* * *
Keesokan harinya ...
Aku bersiap untuk pergi ke caffe tersebut untuk melamar pekerjaan di sana.
"Mar, kamu srius mau kerja di caffe itu? Kenapa ngga cari pekerjaan yang lain?
"Aku serius ko bel, aku tidak apa-apa kerja kerja di caffe juga lumayan gaji nya buat biaya berobat ibu di kampung" Ujar ku.
"Okelah kalau gitu, tapi kalau ada apa-apa kasih tau aku yah mar. Kamu baru di kota ini aku khawatir denganmu, ayok aku antar sekalian aku mau berangkat kerja juga kebetulan sekali rumah orang itu berada di jalan yang setiap hari aku lewati."
"Ya udah ayok."
Kami berangkat menggunakan motor milik Bella, ya karena aku belum memiliki banyak uang untuk membeli motor. Setelah beberapa menit akhirnya kami sampai di sebuah caffe yang menurut ku sangat besar dan luas, sungguh aku tidak ihklas jika ayah bisa sesukses ini.
"Maaf pak saya mau ketemu pak Doni, kami sudah janjian kemarin."
"Amara ya?"
"Iyah pak"
"Ya udah ayokk masuk sudah di tunggu sama beliau di dalam" ucap satpam itu.
Aku melangkah kan kaki ku masuk ke halaman caffe mewah ini, dan melambaikan tangan ku pada Bella, dan Bella pun pergi ke kantornya sungguh amarah ku kembali memuncak kala aku sudah berada di dalam caffe ini, aku sangat marah kenapa ayah bisa seperti ini? Kenapa ayah tidak mau bertanggung jawab atas apa yang sudah ayah perbuat pada ibu? Sungguh be**d nya kamu ayah.
Langkah demi langkah aku memasuki rumah ini, saat pertama kali masuk aku sudah di suguhkan dengan pemandangan yang membuat mataku sakit. Ya foto keluarga dengan bingkai yang sangat besar, sebegitu bangganya kamu ayah bisa di kelilingi orang yang kamu cintai dan harta yang melimpah. Sedangkan anak mu dari wanita lain menderita selama ini. Untuk pertama kali nya aku melihat wajah ayah di foto itu, ayah terlihat tampan dan gagah wajah nya yang manis dan hidung nya yang mancung mirip dengan hidung ku.
Dan aku pun duduk di kursi ruangan ini menunggu laki-laki yang bernama Doni. Untuk pertama kalinya pula aku bertemu secara langsung dengan ayah, sungguh jika aku tidak sedang ingin membalas kan dendam mungkin saat ini aku sudah aku mem*n*h ayah saja agar ia merasakan seperti merasakan sakit yang ibu rasakan dulu akibat ayah.
"Kamu yang kemarin menelfon ku bukan?" Ucap seorang laki-laki yang sepertinya dia ayahku.
"Ya pak."
"Kamu bisa masak?"
"Bisa."
"Oke, jadi begini nak Lia, aku panggil kamu Lia saja yah sepertinya mudah untuk ku mengingat, jadi tugas kamu hanya memasak saja, karena kami sedang mencari chef. Karena juru masak di caffe ini terpaksa harus berhenti katanya ibu nya sakit jadi dia berhenti untuk merawat ibunya." Ucap laki-laki itu panjang lebar.
"Apa kamu tidak mengenali wajah ibu di wajah ku ayah, cepat lihat" ucapku dalam hati.
"Baik, apa ada pertanyaan?"
"Sistem gaji nya bagaimana ya pak? Maaf karena saya juga harus memperhitungkan semuanya!"
"Oke gaji awal satu juta setengah, setelah kamu naik pangkat gaji mu juga akan naik."
"Baik pak. Kalau untuk libur nya?"
"Kamu di beri libur sebanyak empat kali dalam satu bulan, terserah mau ambil hari apa saja! Apa sudah cukup jelas?"
"Sudah pak, kapan saya bisa langsung bekerja?"
"Hari ini kamu bisa langsung bekerja!"
"Terimakasih banyak pak!"
"Ya silahkan langsung saja ke dapur."
"Baik, saya permisi!"
Aku pergi keluar dari ruangan itu dan segera pergi ke dapur, di sana aku berkenalan dengan orang-orang baik.
Namun, ada satu karyawan yang selalu bersikap sinis pada ku bahkan saat berkenalan pun ia hanya mengucapkan nama tanpa berjabat tangan dengan ku.
"Kamu harus sabar ya, di memang seperti itu orang nya," Ucap Sisi teman baru ku.
"Iya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments