BAB 5

Sinta pergi kekantin bersama Zola untuk makan. Setelah berjam jam menerima mata kuliah, membuat keduanya sangat lapar. Mereka memesan mie ayam bakso dengan es jeruk sebagai minumnya. Keduanya makan dengan lahap. Namun sesekali Zola mengerutkan keningnya saat melihat Sinta yang makan begitu lahap. Ahh, bukan lahap, lebih tepatnya rakus.

"Ngapain lo liatin gue kayak gitu?"tanya Sinta.

"Lo laper apa doyan? cepet banget makan lo"heran Zola.

"Gue tadi pagi nggak sarapan"ucap Sinta.

"Tumben nggak sarapan, biasanya lo rajin"tanya Zola.

"Lagi malea gue, pagi pagi udah di ceramahin mama"kesal Sinta.

"Masih masalah perjodohan lo itu"tebak Zola.

"Nggak usah ngomongin itulah, males gue"ucap Sinta sebal.

"Ckck, lo tu ya di perhatiin orang tua harusnya bersyukur, tandanya mereka sayang sama lo"ucap Zola menasehati.

"Sayang sih sayang, tapi nggak harus jodohin segala kali, emangnya gue nggak laku apa"sungut Sinta.

"Sekarang gue tanya sama lo, pernah nggak lo bawa pulang cowok?"tanya Zola yang di jawab gelengan oleh Sinta.

"Karena itu orang tua lo pilih buat jodohin lo, mereka takut lo itu menyimpang karena nggak pernah bawa pulang laki"ucap Zola sambil tertawa.

"Rese lo emang, lo pikir gue apaan"kesal Sinta. Sedangkan Zola masih tertawa terbahak bahak.

"Diem lo"hardik Sinta.

"Oke oke, gue diem"ucap Zola serata menghentikan tawanya. Mereka diam sejenak kembali menikmati makanan mereka.

"Sin, emang kenapa sih lo nggak mau dijodohin sama Rama?"tanya Zola penasaran.

"Karena gue nggak suka sama dia"jawab Sinta cuek.

"Rasa suka dan cintakan bisa tumbuh seiring berjalanya waktu"ucap Zola.

"Itu nggak berlaku buat gue"dingin Sinta.

"Lo masih nunggu cinta pertama lo?"tanya Zola hati hati.

"Dia udah lama nggak kasih kabar, apa lo yakin dia bakal kembali"ucap Zola. Sinta terdiam. Dia tak menjawab pertanyaan Zola. Bahkan dia seolah tak mendengar apa yang Zola katakan.

"Gue udah selesai, duluan"ucap Sinta setelah meneguk es jeruknya habis.

Zola pun hanya diam menatap Sinta yang berjalan semakin menjauh. Sinta memang pernah bercerita padanya jika dia akan dijodohkan. Namun dengan tegas Sinta menolak perjodohan itu. Sinta juga cerita bahwa dia sedang menunggu pangeran masa kecilnya kembali.

Zola pun segera menyelesaikan makannya dan bergegas pergi dari kantin karena masih ada 1 mata kuliah lagi. Dan tanpa keduanya sadari, seorang pria duduk tak jauh dari mereka mendengar semuanya.

.

.

.

Sinta berjalan sedikit tergesa meninggalkan Zola sendirian dikantin. Ditelinganya masih terngiang ucapan Zola. Tanpa sadar air mata menetes membasahi pipi mulus Sinta. Sinta semakin berlari. Tujuannya adalan taman belakang kampus yang lumayan sepi.

Sampai ditaman belakang ternyata benar tak ada orang disana. Sinta duduk dibangku dengan air mata yang masih menetes. Tangannya mengusap sebuah gelang bertali kecil dengan tulisan love.

"Apa bener kata Zola kalau lo nggak bakal kembali buat jemput gue?"ucap Sinta seolah bertanya pada seseorang.

"Apa lo udah ada yang punya sampai lo nggak kau balik lagi kesini?"tanya Sinta lagi. Air matanya semakin deras menetes.

Meskipun Sinta terkenal wanita yang jutek dan cuek. Namun wanita tetaplah wanita. Hati mereka mudah rapuh apalagi kalau soal cinta. Sinta semakin terisak sambil mengusap gelang yang ia pakai. Setelah puas menangis, Sinta mengusap air matanya kemudian tersenyum.

"Gue percaya sama lo Ren, gue yakin kalau lo bakal kembali buat gue"ucap Sinta tersenyum.

"Gue tunggu lo kembali, Rendra"lirih Sinta sebelum akhirnya dia pergi meninggalkan taman itu. Namun tanpa Sinta sadari, ada sepasang mata yang ternyata mendengar semuanya.

Dia adalah Abimanyu Rasarendra. Rendra yang niat awalnya kekantin untuk makan. Namun karena penuh dia memilih membawa makanannya ke taman belakang. Sekalian menepi dari keramaian, pikirnya.

Namun siapa sangka, baru beberapa suap dirinya makan, seorang wanita berlari dan duduk di salah satu bangku taman itu sambil menangis. Berungtung bangku yang ditempati Rendra terhalang pohon besar, jadi wanita itu tak bisa melihatnya.

Rendra makan sambil mendengar isakan tangis wanita itu. Bahkan dia juga mengdengar curahan hati wanita itu. Namun seketika dia menyudahi makannya saat mendengar namanya di sebut oleh orang itu. Rendra meletakan mangkok baksonya di sebelahnya dan berdiri sedikit mengintip siapa wanita yang menangis itu.

"Diakan wanita yang tadi pagi bareng Rama"ucap Rendra dalam hati.

Dia masih memperhatikan wanita itu dari balik pohon hingga tatapan matanya menangkap gelang yang dipakai oleh si wanita sebelum wanita itu pergi dari taman.

"Itu gelang yang sama seperti yang gue pakai"ucap Rendra sembari meraba gelangnya.

"Berarti dia Sinta"lirih Rendra. Dia menatap Sinta yang sudah jauh dari dirinya. Dia tersenyum bahagia ternyata gadis kecilnya ada didekatnya.

"Tunggu gue Sin, gue pasti jemput lo"gumam Rendra dengan senyum.

TBC

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!