(Bukan)Rama Sinta

(Bukan)Rama Sinta

BAB 1

Sebuah mobil berhenti diparkiran kampus yang terkenal di ibu kota. Seakan bergerak slow motion, pengendara mobil keluar dengan gerakan sangat lambat. Dan hal itu tak luput dari tatapan mahasiswa juga mahasiswi yang berada tak jauh dari tempat itu. Kaki jenjang dengan celana chinos berwarna hitam yang di padukan dengan sepatu sneakers berwarna putih tak luput dari pandangan mahasiswa. Semakin ke atas kaos polos berwarna putih yang di padukan dengan kemaja kotak kotak berwarna hitam tanpa di kancingkan membuat tampilannya semakin mempesona. Semakin keatas sebuah kacamata hitam bertengger manis di hidung mancung yang membuat mahasiswi disana menjerit histeris mengagumi ketampanan pria berwajah dingin itu. Bahkan tak sedikit wanita yang meneriaki namanya. Rama Abi Sena, pria dingin yang memiliki sejuta pesona. Selain tampan dan pintar, Rama adalah penerus tunggal perusahaan sang papa, Pandu. Dan hal itu pula yang menjadikan Rama di kejar banyak wanita. Rama adalah mahasiswa fakultas ekonomi tingkat akhir. Dia memiliki 2 orang teman yang selalu bersama sejak SMA. Dewa dan Reno.

Tanpa menghiraukan tatapan dan teriakan orang di sekitarnya, Rama berjalan santai menuju kelasnya. Dia sedang ada kelas pagi hari ini.

"Rama"

Rama yang mendengar namanya di panggil tak menghiraukannya. Dia tau siapa yang memanggilnya. Winda, dia adalah anak salah satu dosen di kampusnya yang sejak awal masuk selalu mengejar Rama.

Rama tetap melangkahkan kakinya menuju kelasnya. Winda yang merasa Rama tak merespon pun langsung mengejarnya dan mencekal tangannya.

Tentu saja hal itu membuat Rama kesal. Bahkan tanpa segan Rama menyentak tangan Winda hingga terlepas. Tak hanya itu Rama juga menatap marah Winda dari balik kacamata hitamnya itu.

Winda memang sudah biasa di perlakukan seperti itu. Namun dia tak pernah kapok ataupun menyerah. Bahkan dia terus berusaha mengejar Rama dan pernah beberapa kali mengungkapkan perasaannya meskipun berkali kali pula di tolak mentah mentah oleh Rama.

"Rama, kalau di panggil tuh nyaut dong"kesal Winda.

Rama tampak mengerutkan keningnya kemudian berlalu meninggalkan Winda yang meneriaki namanya.

.

.

.

Di sisi lain namun masih di kampus yang sama, seorang wanita berjalan seorang diri dengan tatapan dingin. Tak ada yang berani menatapnya, bahkan tak jarang pula mahasiswa lain yang dengan sengaja memberinya jalan. Wanita berparas cantik, kulit putih, hidung mancung dengan rambut panjang yang di biarkan tergerai itu adalah Sinta. Sinta Kusuma Dewi, gadis cantik nan dingin dengan sejuta pesona. Namun meskipun cantik, tak ada satu pria pun yang berani mendekatinya. Para pria itu hanya berani mengagumi sosok Sinta dalam diam.

Pernah ada satu pria yang dengan terang terangan mengutarakan perasaannya pada Sinta. Namun si pria malah berakhir babak belur. Sinta jado dalam bela diri. Dia tak akan segan pada pria yang dengan berani menggodanya. Dan sampai saat inilah tak ada pria yang berani mengutarakan perasaannya. Bahkan untuk mendekatinya pun mereka enggan.

Sinta berhenti sejenak di depan kelasnya. Dia seakan malas untuk masuk. Namun mengingat sebentar lagi dirinya akan lulus, Sinta dengan terpaksa melangkahkan kakinya masuk kedalam kelas. Helaan nafas terrldengar kala Sinta mulai menginjakan kakinya di dalam kelas.

Dia tetap mempertahankan wajah dinginya sembari melirik seseorang sekilas sebelum duduk di bangkunya.

"Pagi Sinta"sapa Zola, teman Sinta.

"Hemm"sahut Sinta dengan deheman.

"Astaga Sin, lo tuh ya, jangan jutek jutek kenapa sihh"gerutu Zola.

"Lo udah tau gue sejam lama Zol"ucap Sinta menatap Zola tajam.

"Ya ya yaa, gue tau, tapi seenggaknya senyumlah, biar cowok cowok tuh nggak takut sama lo"sindir Zola.

"Ck, nggak usah bikin mood gue tambah anjlok deh lo"kesal Sinta.

"Ututuu, kenapa lagi sih lo?"tanya Zola penasaran.

"Kapan kapan gue cerita"sahut Sinta. Zola pun mengangguk paham. Dia sudah berteman dengan Sinta sejak SMP, jadi dia sudah paham seluk beluk Sinta seperti apa. Jika sudah seperti ini artinya Sinta sedang tak mau di ganggu. Zola pun menghargai temannya itu. Dia memilih diam sambil memainkan ponselnya menunggu kehadiran dosen pengajar.

Disisi lain kelas itu, seorang pria sedaru tadi menatap kearah Sinta. Sejak Sinta masuk kedalam kelas hingga Sinta duduk di bangkunya dan sedikit mengobrol dengan Zola. Pria itu tersenyum tipis melihat sikap Sinta yang menurutnya unik.

TBC

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!