BAB 2

Waktu bergulir begitu cepat. Hingga jam pulang pun tiba. Sinta ,Zola juga teman satu kelas mereka pun membereskan buku buku mereka. Namun gerakan tangan Sinta pun terhenti kala ponselnya berdering dan tertera nama sang papa disana. Tanpa pikir panjang, Sinta segera menggeser tombol hijau itu dan menerima panggilan sang papa.

"Hallo pa"sapa Sinta.

"..."

"Ini udah selesai kelas, kenapa emangnya?"tanya Sinta.

"..."

"Ck, kenapa harus bareng sih pa"kesal Sinta.

"..."

"Iya iyaa"pasrah Sinta. Dengan wajah kesalnya Sinta menyimpan buku bukunya dalam tas.

"Kenapa lo?"tanya Zola.

"Lagi males"jawab Sinta ketus.

"Jangan gitu ahh, nggak enak di liat tau"goda Zola.

"Nggak usah liat kalau nggak enak diliat"sungut Sinta.

"Haha, udah ahh, yuk balik"ajak Zola.

"Duluan aja, gue di jemput"bohong Sinta.

"Tumben lo di jemput, ngga bawa mobil?"tanya Zola.

"Nggak, mobil gue di bengkel"jawab Sinta.

"Oke dehh, gue duluan yaa"ujar Zola.

"Babay Sinta"lanjut Zola seraya melambaikan tangannya. Sedangkan Sinta hanya berdehem membalas Zola.

Sinta mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru kelas yang mulai sepi itu. Dapat dia lihat 3 cowok yang belum keluar dari kelas. Sinta juga dapat mendengar obrolan ketiganya. Dia menatap tajam salah satu dari ketiga pria itu yang ternyata juga menatapnya. Tak lama, ponselnya berbunyi menandakan pesan masuk.

Tunggu gue dihalte depan

Begitulah isi pesan dari seorang pria yang tak diharapkan oleh Sinta. Dengan kesal Sinta menggendong tasnya dan berjalan keluar kelas. Sesekali dia menggerutu karena sang papa menyuruhnya dengan pria yang tak di harapkannya.

"Apa hebatnya Rama sih sampai papa mama pengen banget jodohin aku sama dia"gerutu Sinta.

Saking tidak fokusnya pada jalanan, Sinta menabrak seorang pria yang berdiri didepannya.

"Auwss, ihh ngapain sih lo berdiri di tengah jalan"sungut Sinta kesal. Sinta menatap tajam pada pria yang berdiri dihadapannya yang juga tengah menatapnya dengan dahi berkerut.

"Lo yang nggak liat jalan"ucap pria itu sembari mengulurkan tangannya berniat membantu Sinta.

Sinta hanya menatap sinis lalu berdiri sendiri dan segera berlalu meninggalkan pria yang tadi dia tabrak. Sedangkan pria tadi kembali menarik tangannya sembari menatap Sinta yang berlalu dengan senyum tipis.

.

.

.

Rama dan kedua temannya masih asyik berbincang di dalam kelas meskipun sudah sepi. Di tengajh tengah obrolannya, Rama memainkam ponselnya seperti mengirim pesan pada seseorang. Setelah berhasil dan sudah dibaca oleh sang penerima, Rama tersemyum kecil. Rama juga menatap ke arah orang itu yang tak jauh darinya.

"Woyy, sibuk aja lo sama hp"sentak Reno yang melihat Rama memainkan ponselnya.

Rama tak menanggapi ucapan temannya itu. Bahkan Rama masih sempat melihat Sinta yang keluar dari kelas dengan wajah kesalnya. Rama pun di buat tersenyum gemas melihatnya.

"Wah wahh, udah mulai nggak waras nih Wa temen kita"ucap Reno pada Dewa.

"Lo bener Ren, Rama emang udah nggak waras senyum senyum sendiri"sahut Dewa. Rama hanya diam menatap kedua temannya itu bergantian.

"Gue duluan"ucap Rama beranjak keluar.

"Wahh, kita di tinggalin Wa"ujar Reno kesal.

"Udah buruan kita kejar"sahut Dewa sembari keluar kelas.

Rama berjalan keluar kelas dengan santai. Apalagi dia berjalan tak jauh di belakang Sinta yang masih nenggerutu tak jelas. Hingga tak lama kemudian, Sinta menabrak punggung seseorang karena tak memperhatikan jalan.

Rama yang melihat pun berniat menolongnya. Namun niat itu dia urungkan kala Sinta malah marah marah pada pria yang dia tabrak itu. Rama hanya berdiri menatap Sinta yang mengacuhkan tangan pria yang berniat menolong itu dan memilih meninggalkannya. Rama tersenyum melihat apa yang di lakukan Sinta. Tapi senyum itu seketika berubah menjadi tatapan tajam nan dingin kala Rama melihat pria yang ditabrak Sinta menatap kearah Sinta dengan senyum tipis.

"Woyy, main tinggal aja lo"sungut Dewa. Namun Rama sama sekali tak menghiraukan ucapan temannya itu. Dia malah pergi berlalu meninggalkan kedua sahabatnya yang terus meneriakinya.

.

.

.

Sinta duduk di halte depan kampusmya seorang diri. Wajahnya masih terlihat kesal. Apalagi dia harus pulang bersama Rama yang menjadi pilihan orang tuanya. Mengingat itu Sinta jadi bertambah kesal.

"Ini lagi udah di tungguin nggak dateng dateng"gerutu Sinta.

Hingga tak lama, sebuah mobil berhenti tepat didepannya. Sinta yang tau itu adalah Rama, langsung masuk tanpa disuruh oleh sang pemilik mobil. Bahkan dengan sengaja Sinta menutup pintu mobil dengan keras.

Rama hanya fokus pada kemudinya tanpa bersuara. Begitu pula dengan Sinta. Dia memilih mengalihkan pandangannya kejendela, menatap jalanan yang sangat padat. Keheningan menyelimuti keduanya beberapa saat. Hingga dering ponsel Sinta membuat keduanya menoleh.

Sinta menatap Rama tajam sebelum melihat siapa yang menelfonnya.

"Ck, kenapa lagi sih papa"gerutu Sinta seraya menerima panggilan itu.

"Hallo pa, kenapa lagi"tanya Sinta kesal.

"..."

"Iya, ini udah dijalan"sahut Sinta.

"..."

"Ckk, nggak percaya banget sih sama anak sendiri"gerutu Sinta.

"Nih, papa mau ngomong"ucap Sinta pada Rama sembari menyodorkan ponselnya.

"Hallo om"sapa Rama sopan.

Beberapa saat Rama berbincang dengan Wisnu, papa Sinta. Dan semua itu tak luput dari penglihatan Sinta. Bukannya terkesima, Sinta malah mencibir Rama.

"Sama bokap gue aja sok sok an ramah, padahal aslinya nggak"gumam Sinta yang ternyata di dengar oleh Rama.

Rama mengembalikan ponsel Sinta tanpa berkata apapun. Sinta pun langsung merampas ponsel miliknya dengan wajah kesal. Selanjutmya hanya ada keheningan menyelimuti perjalanan mereka sampai akhirnya sampai tujuan.

TBC

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!