Pagi hari Sinta membuka matanya dengan malas. Dia menatap jam di atas nakasnya yang sudah menunjukan pukul 8. Padahal dirinya ada kelas jam 9 nanti. Tak biasanya Sinta bermalas malasan seperti ini. Sinta adalah mahasiswi yang cerdas dan rajin.
Namun bukan tanpa alasan Sinta kali ini bermalas malasan. Sepulangnya Rama dari rumahnya kemarin, Sinta berniat mengistirahatkan tubuhnya yang lelah di kamar. Namun itu semua hanya tinggal angan angan kala Dian, sang mama menunggunya di ruang tamu dengan tatapan tajam.
Awalnya Sinta menghiraukan panggilan sang mama. Namun Dian yang jengkel dengan sikap anaknya itu menghadang langkah Sinta hingga terpaksa Sinta kembali duduk di ruang tamu. Disana Sinta di beri pencerahan oleh sang mama panjang lebar. Dan yang paling membuat Sinta kesal dan malas adalah dirinya harus berangkat dan pulang kampus bersama Rama.
Tapi Sinta sama saja dengan kebanyakan anak lainnya yang tak bisa menang melawan orang tuanya. Dengan malas dan enggan, Sinta mengiyakan ucapan Dian daripada menikah secepatnya. Itulah ancaman Dian.
Tok tok tok
"Sinta, kamu udah bangun belum"teriak Dian.
"Udah ma, kenapa?"jawab Sinta seraya membuka pintu kamarnya.
"Astaga Sinta, kamu kok belum mandi sihh, Rama udah nungguin kamu di bawah"omel Dian.
"Suruh duluan aja ma, aku masih lama"ucap Sinta sambil berniat kembali masuk dan menutup pintu kamarnya.
Namun belum sempat tertutup rapat, Dian lebih dulu menahan pintu itu dan menerobos masuk kekamar anaknya itu.
"Ishh, mama apa apaan sih, aku mau mandi"kesal Sinta.
"Ya udah sana mandi, mama cuma mau nungguin kamu disini"santai Dian.
"Ck, nyebelim"gerutu Sinta dan segera berlalu masuk ke kamar mandi. Meninggalkan sang mama yang duduk manis di sofa yang ada di kamarnya.
Setelah 20 menit berlalu, Sinta keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit menutupi tubuhnya. Dia menggerutu saat melihat Dian yang masih setia menunggunya. Dengan kesal Sinta berlalu menuju lemari mengambil baju dan segera memakainya. Dian yang melihat pun sampai geleng geleng kepala melihat tingkah anaknya itu.
Sejujurnya dalam hati dia tak ingin memaksa anaknya menerima perjodohan ini. Namun, Wisnu sang suamilah yang begitu menginginkan perjodohan ini. Wisnu ingin anaknya menikah dengan Rama dengan harapan cerita percintaan mereka seindah kisah tokoh wayang Rama Sinta. Agak aneh memang, namun orang tua Rama pun juga menginginkan hal ini.
Dian kembali menatap Sinta yang sudah selesai berpakaian dan berdandan. Dia tersenyum dan bangkit dari duduknya untuk menghampiri Sinta.
"Cantik banget anak mama"puji Dian.
"Halahh mama, percuma cantik kalau jodoh aja masih di pilihin"kesal Sinta.
"Udah kayak cewek nggak laku aja pake dijodoh jodohin segala"sungut Sinta.
"Maafin mama, mama nggak bisa bantu apa apa, kamu tau sendirikan ini kemauan papa kamu"ujar Dian berharap Sinta mengerti.
"Ya makanya mama ada dikubu aku dong, mama bantu aku bilang sama papa biar aku nggak jadi dijodohin"bujuk Sinta.
"Papa juga nggak bakal maksa kamu buat terima semua ini kalau kamu bisa bawa calon pilihan kamu kehadapan papa sayang"ucap Dian.
Sinta terdiam. Memang begitu yang Wisnu ucapkan dulu. Wisnu tidak akan memaksa Sinta menerima Rama jika Sinta bisa membawa pria pilihannya sendiri kehadapan orang tuanya. Namun sampai saat ini tak pernah sekali pun Sinta membawa pulang pacarnya. Jangankan pacar, teman pria pun Sinta tak pernah membawanya kerumah.
"Sudah nggak usah dipikirkan, jalani aja, kalau memanh jodoh kamu Rama, ya udah terima aja"ucap Dian.
"Ishh, mama nyebelin"kesal Sinta dan berlalu keluar kamar meninggalkan Dian yang terkekeh di kamarnya.
.
.
.
Rendra keluar dari kamarnya dengan pakaian yang sudah rapi. Dengan senyum yang merekah dibibirnya, dia menuruni anak tangga satu persatu. Hingga saat sampai di bawah, dia melihat Reni, sang mama sudah rapi pula.
"Mama mau ke butik?"tanya Rendra.
"Iya, ada rancangan yang harus mama selesaikan"jawab Reni.
"Bareng aku aja ma"tawar Rendra.
"Emm, boleh dehh"putus Reni.
Rendra berjalan beriringan bersama Reni. Dia memang sering mengantarkan sang mama ke butik karena memang searah dengan kampusnya. Sepanjang perjalanan keduanya saling berbincang. Hingha tak terasa mobil yang mereka tumpangi sudah sampai di depan butik Reni.
"Makasih ya Ren"ucap Reni seraya turun dari mobil.
"Iya ma, Rendra berangkat ya"pamit Rendra. Reni pun tersenyum dan mengangguk. Dia melambaikan tangannya saat mobil yang Rendra kendarai melaju semakin menjauh.
.
Cukup berkendara 15 menit dari butik sang mama, kini Rendra sudah sampai di parkian kampus. Dia segera turun dari mobil karena kelas akan segera di mulai. Namun bertepatan dengan itu, ada sebuah mobil yang baru saja parkir tepat di sebelah mobilnya. Entah reflek atau memang penasaran, Rendra menghentikan langkahnya dan melihat siapa yang turun dari mobil tersebut.
Sepasang manusia turun dari mobil dengan tatapan yang berbeda. Dan semua itu tak luput dari pandangan Rendra. Si pria yang berwajah dingin, dan si wanita yang berwajah jutek plus kesal.
"Ada hubungan apa mereka?"tanya Rendra dalam hati.
Rendra masih memperhatikan kedua orang yang sepertinya berbeda rasa itu. Rendra tau siapa si pria, namun untuk si wanita, Rendra masih belum mengenalnya. Tapi bagi Rendra hal mudah untuk tau siapa si wanita itu. Melihat tak ada yang menarik antara kedua orang itu, Rendra berlalu pergi dan segera masuk kekelas. Dan dia akan mencari tau hubungan kedua orang itu nanti.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments