"Makasih Bang?" ucap Sonia mengambil yang Zay berikan, dan Zay pun duduk di samping Sonia.
"Lama ya kita gak ke tempat ini, kamu sih sibuk terus. Kamu diam di rumah, aku yang sibuk. Jadinya gak ada waktu," ucap Zay dengan tangan di dada.
"Hem." Gumamnya Sonia.
"Apa yang hem?" Zay melirik Sonia yang menyedot minuman, dan pandangan tertuju ke bunga-bunga di sekitar.
"Bang, aku mau bicara! mungkin ini pertemuan kita yang terakhir." Sonia sekilas melihat wajah Zay yang tersenyum namun seketika raut wajah Zay berubah.
"Apa maksudmu?" Zay menatap penuh dengan penekanan.
Sonia menghela napas dalam. "Aku berencana ikut sepupu ke luar Negeri," ucap Sonia menunduk.
"Apa? aku tidak salah dengar kan?" Zay seakan tak percaya, ia berdiri dan memeluk dadanya. Perjalan maju balik lagi kebelakang, maju lagi kemudian mundur lagi.
Sonia mendadak terkekeh melihat reaksi Zay yang mondar-mandir tak karuan. "Abang tau gak?"
"Nggak!" sahut Zay dengan tatapan datar.
"Hi hi hi ... Abang itu bagaikan setrikaan, mondar-mandir. Duduk napa?" Sonia tertawa kecil, Zay hanya termangu tangan menyentuh dagu.
"Jadi Sonia akan meninggalkan abang? keluar Negeri pula, gimana dengan rencana pernikahan kita?" Zay semakin tertegun pandangannya tertuju pada wajah cantik Sonia yang tersorot sinar lampu.
Sonia menoleh Zay dan pandangan pun beradu. Seketika Sonia menundukkan pandangan ke bawah.
"Aku ... pergi, mumpung ada kesempatan untuk kerja, Bang. Soal menikah? ya ... nanti aja, toh kalau jodoh tak akan kemana juga kok." Sonia menarik nafas berat.
"Gimana dengan Abang disini Nia? tetap saja kau akan meninggalkan Abang," Zay duduk di samping Sonia.
"Gimana apanya? Abang disini akan tetap hidup bahagia. Aku pergi untuk keluargaku, ingin membahagiakan mereka. Mencukupi mereka, sebelum aku menikah nanti, kan kalau punya suami. Belum tentu bisa memberikan ini itu pada mereka!" ujarnya melirik Zay yang nampak sedih.
"Gimana dengan cinta kita?" Zay menggenggam tangan kanan Sonia erat.
"Cinta kita baik-baik aja, kita akan bisa komunikasi Abang! Emang nya jaman dulu? surat menyurat yang sampai ke tempat bisa berbulan-bulan. Sekarang jaman canggih Bang, tulis pesan. Dalam hitungan detik saja langsung nyampe," sahut Sonia.
"Abang tahu ini jaman canggih, tapi Abang ingin kita terus bersama seperti biasa," dia meremas tangan Sonia.
"Abang aku paling lama berapa tahun gitu kok! gak akan lama, doakan aja semoga aku dapat bos yang baik," bibir Sonia melukiskan senyum yang manis. Zay berjongkok tepat di depan Sonia yang duduk di kursi. Zay menggenggam kedua tangannya di atas pangkuan Sonia.
"Aku akan selalu merindukan kamu Nia! dan kamu harus janji sama Abang." Zay menempelkan dagunya, dengan tangan yang memegang tangan Sonia erat.
Sonia mengerenyitkan dahinya. "Janji! aku harus janji apa Bang?"
"Kau harus janji bahwa akan setia pada Abang, akan pulang buat Abang seorang. Karena Abang akan menunggu Nia pulang? janji?" menatap lekat Sonia yang juga menatapnya.
"Aku janji! sama Abang. Akan selalu setia, aku juga sayang sama Abang." Sonia menangkupkan kedua tangan menyentuh lembut rahang Zay, dengan tatapan nanar. Zay bangkit memeluk Sonia, Sonia pun membalas pelukan Zay ia membenamkan dalam wajahnya di dada Zay.
Selama berhubungan baru kali ini bersentuhan lebih intens. Berpelukan seperti sekarang, dan mungkin juga kali pertama dan terakhir. Sonia membenamkan kepala di dada kekasihnya. Dengan tanpa sadar ia meneteskan air mata di pelukan Zay.
Bagi Sonia ini kali pertama merasakan pelukan Zay, yang penuh kehangatan. Kemudian perlahan Sonia melepaskan pelukan.
Zay menangkupkan kedua tangan di pipi Sonia di tatapnya gadis cantik itu tak berkedip. Ia menjadi tak kuasa menahan hasrat tuk menyentuh bibir Sonia.
Perlahan tapi pasti wajah Zay mendekati wajah Sonia yang membalas tatapannya, Zay ingin memberi ciuman pertama Zay pada Sonia. Wajah mereka sudah semakin dekat tinggal beberapa senti lagi, seketika Sonia sadar dan menjauhkan muka dari Zay.
Hati Zay mencelos, merasa kecewa keinginannya tak ke sampaian. Ia memalingkan muka.
Hati Sonia berdegup sangat kencang, perasaan menjadi tak karuan. Hampir saja terjadi kontak bibir.
Sonia semakin menjauhkan dirinya dari Zay, ia bukan wanita yang terlalu polos dan ia juga tahu. Sekalipun belum pernah melakukan, ada terbesit rasa keinginan untuk begitu. Sebagai gadis dewasa ia tak dapat memungkirinya, namun ia sadar bahwa itu belum waktunya.
Sonia juga sadar, kalau sentuhan itu terjadi. Takut lebih mengarah ke lain hal, takut tak mampu menjaga yang seharusnya di jaga.
Kalau saja siang hari mungkin akan terlihat jelas pipi sonia memerah, dan untuk menetralisir perasaannya. Jantung yang berdetak begitu kencang kecepatannya lebih dari normal, mencoba mengalihkan dengan memetik bunga roos merah yang sangat cantik.
Zay mencoba mendekati Sonia yang membelakangi dirinya. Mendaratkan dagu di bahu Sonia dari belakang, Sonia semakin gugup ada rasa takut menghampiri. Takut terjadi yang tidak di inginkan.
Zay menyentuh kedua bahu Sonia, membalikan agar saling berpandangan. Supaya dia dapat melihat dengan puas wajah gadisnya, Sonia tak berani menatap manik mata Zay. Ia semakin takut dengan tatapan Zay, apa lagi kini tangan Zay menyentuh tengkuk Sonia. Dia mencoba mendekatkan wajahnya.
"Apa tidak ingin, memberikan sebuah kenangan buat Abang? sekali ... aja?" nafas Zay semakin memburu.
Melihat ekspresi wajah Zay Sonia semakin gusar. Ia khawatir akan terjadi di luar batas.
Sonia langsung mundur beberapa langkah dari Zay. "Maaf Abang, sudah malam. Bisa antar aku pulang?" ia mencoba mengalihkan pembicaraan. Dengan jantung semakin berdegup kencang ia berlari kecil ke arah jalan.
Zay merasa kecewa, sementara waktu terdiam di tempat. Lalu membalikan tubuhnya berjalan mengikuti Sonia.
"Yuk Abang antar pulang!" Zay naik ke atas motor beatnya, memberikan helm pada Sonia yang berdiri. Usai memakai helm Sonia pun naik di belakang Zay, kemudian motor melaju dengan kecepatan sedang.
Tidak ada perbincangan di antara mereka, mereka lebih memilih sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Tak selang lama mereka sudah sampai di depan kediaman Sonia.
"Abang minta maaf Nia?" ucap Zay sembari mengambil helm dari tangan Sonia. Sonia tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa.
"Maaf buat apa? Abang gak salah kok!" jawab Sonia melirik Zay.
"Maaf akan kejadian tadi!" ujar Zay masih di atas motornya.
Sonia mengibaskan tangan di depan wajahnya. "Sudah lah, toh tak terjadi apa-apa juga. Sonia masuk dulu ya Bang?" berjalan meninggalkan Zay.
"Tunggu!" ucap Zay, Sonia menghentikan langkah dan membalikan badan memandang ke arah Zay.
"Besok mau berangkat jam berapa? nanti Abang antar Sonia."
Sejenak Sonia terdiam membisu ....
...🌼---🌼...
Jangan lupa subscribe ya like dan komennya juga terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Bzaa
semangat otor 💪💪
2023-05-20
1
Riska Riska
aq suka ceritamu tor semNgat
2023-05-13
2
Kurniaty
untung Sonia bisa menjaga dirinya,sehingga bisa mencegah yang akan terjadi bisa tak terjadi.
Sukses thoor & lanjut.
2023-04-08
1