Terjebak Cinta Mafia
Sonia Larasati, seorang gadis yang sangat cantik. Tinggi semampai, ia lahir dari keluarga sangat sederhana.
Ayahnya seorang tukang becak, dan Ibunya buruh nyuci. Itu pun bila ada yang nyuruh.
Karena ia ingin merubah nasibnya, dan dia berpikir keras. Gimana caranya dia bisa merubah kehidupan sama keluarganya.
Suatu hari. Ia merasa bingung. kalau saja bertahan di kampung, mungkin nasibnya gak akan berubah.
Sonia ingin bisa meringankan beban orang tuanya, membantu biaya sekolah adik-adiknya. Bahkan ingin membayar hutang orang tuanya yang sampai saat ini belum mampu mereka bayar.
Ia tengah duduk di tepi tempat tidur sambil menyisir rambutnya yang panjang, karena ia baru selesai mandi sore. Sonia kali ini memakai setelan baju tidur motif doraemon.
"Aku harus cari kerja lain yang gajinya lebih besar, kalau hanya bertahan di warung makan. Rasanya gak akan merubah apapun hem." Gumamnya sembari mengikat rambutnya di atas.
Selama ini Sonia bekerja di sebuah warung makan dan gajinya pun tak seberapa.
"Nia ..." panggil Ibunya yang bernama Bu Melani.
"Iya bu?" jawab Sonia keluar dari kamarnya mendekati Bu Melani.
"Bantuin Ibu memasak, tidak lagi sibuk kan?" tanya Bu Melani sambil fokus memasak sayur.
"Iya Bu, nggak kok. Lagian Nia sore ini libur." Kata Sonia sambil membantu Ibunya.
"Oya, Bu ... kayanya Nia ingin pindah kerja deh Bu." Sonia membuka obrolan dan fokus mengorak-ngarik masakannya.
"Pindah, mau kerja apa lagi? Nia tahu kan cari kerja itu susah." Ibunya menatap lekat putri sulungnya.
"Iya Bu, Nia juga tahu, tapi ... bukan kah gak akan berubah nasib seseorang bila orang itu tak ada niat untuk merubahnya, kan Bu?" Sonia meyakinkan Ibunya.
"Memang benar, tapi kamu itu hanya tamatan SMP Nia. Mau cari kerja apa lagi? kita harus bersyukur dengan apa yang kita dapatkan." Jelas Ibunya.
Sonia mendekati Ibunya lalu memeluknya sangat manja.
"Ibu cukup doakan saja, semoga Nia ada rezeki yang banyak." Pinta Sonia pada Ibunya yang membalas pelukan Sonia.
"Seorang Ibu itu tak pernah berhenti mendoakan anak nya Nia," tutur lembut Ibunya Sonia sembari mengusap punggung putrinya penuh cinta.
"Sudah, nanti masakannya gosong," kata Bu Melani melepas pelukannya sang putri.
"Hi hi hi ... iya Bu," sahut Sonia sambil nyengir kuda.
"Sebentar lagi magrib panggil adik-adikmu pulang, jangan terus bermain." Suruh Ibunya sambil menuang sayur terong kesukaan keluarganya ke dalam mangkuk.
"Baik Bu." Sonia melangkah pergi mencari adik-adiknya yang masih bermain, di luar sana.
"Adek ... pulang, mau magrib nih," teriak Sonia memanggil adik-adiknya. Dari teras rumah.
Ketiga adiknya menoleh dan menuruti kata kakaknya. Mereka pun pulang.
"Pada mandi sana? bau, siap-siap mau magrib." Suruh Sonia lagi.
"Iya kak" jawab ketiga adik laki-lakinya yang usia nya berjarak 2 tahun. Iman 13 tahun, Rendi 11 tahun dan yang bungsu Luki 9 tahun.
Mereka masuk rumah, dan Sonia balik ke dapur sebelumnya menutup pintu depan.
Sonia mengawasi Ibunya yang lagi beres-beres,
"Masaknya sudah beres Bu?" tanya Sonia melihat masakan yang sudah siap santap di meja.
"Mana adik-adikmu?" bu Melani menanyakan anak-Anaknya yang lain.
"Pada mandi Bu," jawab Sonia.
"Ooh, ya sudah kita Maghrib dulu," bu Melani beranjak meninggalkan dapur dan masakannya.
"Ya, Bu," Sonia mengekor di belakang Ibu Melani.
Usai makan malam bersama, Sonia berkutat dengan ponselnya. Ia mencari kontak sepupunya yang bernama Hera yang bekerja di luar Negeri, kebetulan sekarang dia ini lagi cuti.
Sonia sudah bertekad ingin ikut bekerja di sana, mengingat Hera pernah menawari bekerja di sana bersamanya.
Setelah ketemu kontaknya, Sonia langsung menelpon Hera.
Tut ....
Tut ....
Tut ...
Lama tak ada yang jawab, Jari tangan Sonia mengetuk-mengetuk pinggir tempat tidur. Hatinya sedikit gusar.
"Angkat dong Hera," gumam Sonia ia memutar kembali kontak lalu di panggil lagi, untuk yang kedua kalinya. Masih juga gak di angkat.
Sonia termenung. "Kenapa gak di angkat sih. Apa sudah tidur? atau sibuk pikir, Sonia melirik jam di layar ponselnya, yang baru jam 20.15 wib.
Sonia merasa haus, kemudian ia beranjak melangkah menuju dapur.
Di ruang tv ada Ayah Ibunya sedang ngobrol begitu serius.
"Gimana kita bisa membayar hutang kita ya Bu?" kata Pak Amin menatap langit-langit sambil menghela napas.
"Iya Pak, sedangkan ... jangankan buat bayar hutang, malahan kita kadang membuat lagi hutang." jawab Bu Melani bukannya memberi solusi, malah menambah bingung. Karena kebutuhan memanglah meningkat, apa lagi di jaman sekarang ini yang serba waw.
Sonia yang mendengarkan di balik dinding merasa sedih. Bila ia tak bisa meringankan beban orang tuanya.
"Apalagi sebentar lagi menghadapi ujiannya Sinta, terus belum lagi daftar ulang Sindy Pak," ujar Bu Melani.
"Bapak juga bingung Bu ..." kata Pak Amin menghela nafas berat.
Sonia tak jadi pergi ke dapur, ia lebih memilih balik ke kamarnya lagi. Lalu ia Duduk di tepi tempat tidur.
Sonia termenung, wajahnya pun di tekuk. "Aku harus bisa mendapat kerjaan yang lebih baik, yang gajinya lebih besar. Aku tak boleh membiarkan keluargaku susah, aku harus bisa membuat mereka bahagia." Batin Sonia beradu argumen.
Tiba-tiba suara nada dering ponsel miliknya membuyarkan lamunan. Sonia langsung menyambar ponsel. Siapa tahu yang menelpon itu Hera.
Ternyata benar saja, yang telepon Sonia adalah sepupunya yang bernama Hera, dari tadi hendak ia telepon. Akhirnya telepon juga.
^^^"Halo, Hera kemana aja sih kamu? dari tadi aku telepon?" gerutu Sonia, Hera hanya tertawa kecil mendengarnya.^^^
^^^"Sorry, tadi aku sibuk. Emang ada apa? ada penting?" tanya Hera bingung.^^^
^^^"Iya Her, tolong aku ya?" Sonia memohon.^^^
^^^"Hei, kamu minta tolong apa?" Hera semakin bingung.^^^
^^^"Begini, kamu kemarin kan bilang majikan mu membutuhkan pekerja baru, aku mau Hera. Aku mau ikut kamu." Kata Sonia berharap sepupu nya itu bisa menolong keluar dari masalahnya.^^^
^^^"Tapi ... kerjanya cuma asisten rumah tangga seperti aku Nia, 24 jam di tempat, bukan seperti kamu sekarang bebas. Bukan Nia," ujar Hera menjelaskan bahwa kerja dengannya tidak sebebas sekarang Sonia di warung makan.^^^
^^^"Nggak apa-apa Hera, aku mau kok yang penting gajinya lebih besar dari sini aja!" Sonia tetap kekeh. Tekadnya sudah kuat.^^^
^^^"Emang bener, gajinya lumayan lebih besar, tapi, kan cuma pembantu di sananya. Emang kamu mau?" Hera bertanya agar Sonia gak menyesal.^^^
^^^"Aku mau, gak apa-apa kok." Sonia yakin, seyakin-yakinnya.^^^
^^^"Ok, kalau bener kamu mau, dan sudah siap. Aku akan bicarakan dengan majikanku, biar dia yang urus semua. Jadi nanti tinggal berangkat." Ujar Hera memberi harapan.^^^
^^^"Bener? aku senang sekali," wajahnya Sonia sumringah.^^^
^^^"Masa libur ku tinggal berapa hari lagi, mudah-mudahan. Kita bisa langsung berangkat," tambah Hera lagi.^^^
"Sebelumnya, aku ucapkan makasih banyak ya Her ... aku bahagia sekali, semoga semua lancar ya?" ucap Sonia rona bahagia begitu terpancar dari wajahnya ....
...🌼---🌼...
Semoga karya ini dapat diterima pembacanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Wiwik Murniati
aku coba mampir
2023-10-12
1
Rozekhien☘️
baru mampir
2023-09-25
1
Yunita aristya
mampir
2023-05-22
1