Kabir terdiam membeku, baru tadi malam dia pulang dari perjalanan tour tabligh akbar 10 kota. Satu bulan lebih dia tidak dirumah dan itu tandanya Kabir tidak menyentuh Sonia sama sekali. Hamil itu sesuatu yang tidak mungkin, saat kabir berangkat Sonia masih dalam masa haid.
“Terima kasih dokter, saya sangat bersyukur hadiah yang Allah berikan.” Ucap Kabir berusaha tenang dan tidak ingin membahas ini di hadapan sahabatnya. Ema menguping di pintu kamar dan kini sudah kembali ke kamarnya dengan rasa terkejut yang luar biasa, pikirannya sama dengan sang putra.
‘Bagaimana dia bisa hamil? Anak ku berangkat dia masih palang merah, terus itu bayinya siapa? dasar perempuan jala*g, anakku ustad kondang lah kok istrinya kegatelan di luar sana ….’ Gumam Ema dengan rasa benci yang semakin besar.
Dokter Musa keluar dan memberikan saran kepada Kabir untuk melanjutkan pemeriksaan ke dokter kandungan. Dokter spesialis kandungan bernama Nisa, itulah orang yang direkomendasikan oleh dokter Musa kepada sang sahabat.
“Baiklah Musa, besok aku akan memeriksakan kandungan istriku. Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk kami,” Ucap Musa masih dengan raut wajah yang biasa. Pria itu tidak ingin menunjukkan kekacauan hatinya kepada sang sahabat, Musa pamit dan tidak lupa mereka saling berjabat tangan.
Ema sudah tidak sabar ingin bicara dengan putranya. Wanita paruh baya itu sudah duduk di ruang tamu dengan wajah kusut dan ingin meledak. Kini ibu dan anak itu pun duduk berhadapan.
“Kabir, duduklah dulu. Ibu mau bicara,” Ucap Ema dingin.
“Iya bu,” Sahut Kabir menurut.
“Bisa kamu jelaskan apa yang terjadi Kabir?” Tanya Ema mulai menyidang putranya.
“Heeemm, Aku masih belum bisa menjelaskan apapun bu, aku akan menanyakannya kepada Sonia.” Jawab Kabir dengan tidak bersemangat.
“Ibu ingin penjelasan darimu Kabir, aku tidak ingin mendengarkan penjelasan apapun dari wanita murahan itu!” Ucap Ema semakin menekan Kabir.
“Saat kamu berangkat tour satu bulan lebih kemaren istrimu sedang datang bulan kan? dan hal itu ibu tau karena dia selalu sakit saat datang bulan pertama. Kamu baru di rumah lagi dua hari ini, apakah bisa diterima akal wanita ****** itu hamil anakmu?!” Tanya Ema dengan nada yang mulai naik. Kabir menunduk, tidak bisa menjawab atau mengeluarkan suara demi menanggapi ucapan sang ibu.
Sonia yang mendengarkan suara Ema hanya bisa menangis, penyesalan kini memenuhi ruang hatinya yang sedang rapuh. wanita itu tidak memiliki siapa-siapa, perselingkuhannya dengan Zaki kini berbuah sebuah malapetaka untuk dirinya dan rumah tangganya.
“Mas Kabir selama ini sangat baik, kenapa aku bodoh sekali bisa terhanyut dalam rayuan si Zaki. Bodoh … bodoh … bodoh!” Ucap Sonia yang kini sedang memukuli perutnya, air mata penyesalan mengalir deras membasahi pipinya yang mulus.
“Bu, sabarlah dulu. Aku tau sebenarnya kita memiliki jawaban yang sama tentang istri ku dan –” Ucap kabir terputus.
“Berhenti menyebutnya istrimu, dia pelacur, tidak pantas untuk menyebutnya istri. Perempuan tidak tau diri yang sudah mengkhianati putraku harus kamu ceraikan Kabir!” Sambar Ema dengan mata yang kini menatap tajam kearah sepasang netra sang putra.
Glek!
Kabir menatap sang ibu sebentar, lalu menundukkan pandangannya. Kabir sangat mencintai istrinya, walaupun Sonia sangat sulit dididik untuk menjadi istri soleha. Bagi Kabir itu adalah tantangan dalam pernikahannya. Sonia tidak mau menjalankan ibadah wajib sebagai seorang muslim dan tidak mau menutup aurat dengan alasan ‘lebih baik hati nya yang dia kerudungi dulu, daripada fisiknya di kerudungi tapi hatinya jahat’ itulah kalimat yang selalu Sonia katakan kepada sang suami.
“Ibu, aku sangat mencintai Sonia dan aku akan terus berusaha untuk dia mau kembali ke jalan yang benar. Tolong bu beri kesempatan kepada Sonia,” Ucap Kabir dengan lirih.
“Tidak bisa Kabir, kalau kamu tidak mau menceraikan wanita ja*lang itu, ibu yang akan pergi dan tidak perlu kamu mencari ibu lagi!” Ucap Ema dengan raut wajah kecewa dengan putranya dan berlalu untuk masuk kekamar dan berpikir untuk mengemas semua barangnya.
Kabir yang melihat dibuat semakin kacau, Dia sangat memahami apa yang dirasakan ibunya. Sekarang apa yang harus dia lakukan, belum sedikitpun dia bertanya kepada Sonia tentang siapa ayah bayi itu, kini dia melihat sang ibu sudah mengemas barang-barangnya ke dalam koper.
“Astaghfirullah, bu … tolong jangan terbawa emosi, ibu sayang dengan Kabir kan? tolong bu, berikan kesempatan aku untuk bicara dengan Sonia. Jangan pergi bu, aku tidak mau menjadi anak durhaka.” Ucap Kabir memohon dengan air mata yang kini sudah menetes di pipinya. Pria itu memeluk sang ibu yang sangat dicintainya.
Walaupun Ema selalu berkata kasar kepada Sonia sebenarnya Ema memiliki banyak kebaikan. Tidak mungkin ada asap tanpa api, itulah perumpamaan untuk sikap Ema selama ini. Karena Sonia yang tidak bisa berubah membuat Ema menjadi semakin tidak suka dengan sang menantu.
Ema terduduk di pinggiran kasurnya. Perlahan tangannya terangkat dan mengusap surai hitam putranya. Wajahnya yang mulai termakan usia itu berubah sendu, wanita itu hanya mengangguk tidak lagi mengeluarkan kata-kata.
Kabir masuk kedalam kamarnya dan duduk di samping sang istri yang sedang menangis. Kabir melihat ada penyesalan di wajah Sonia, perlahan Kabir memegang tangan istrinya lembut.
“Ada yang bisa kamu jelaskan Nia?” Tanya Kabir lirih.
Bruk!
Sonia menjatuhkan dirinya ke lantai, dengan derai air mata dan bahu yang terguncang. Wanita itu hanya mengangguk dan mulai berusaha menenangkan diri, Sesaat dia mengangkat wajahnya dan menatap kedua netra sang suami.
“Maafkan aku mas, aku sudah melakukan dosa besar. Bayi ini anak pak Zaki, pemilik perusahaan tempat aku bekerja,” Ucap Sonia menjelaskan tanpa ada yang dia tutupi dan tidak juga menyalahkan orang lain.
“Astaghfirullah … Kamu sadar itu perbuatan dosa Nia?” Tanya Kabir yang kini mulai kecewa. Tadinya pria itu sudah siap untuk mendengar apapun, tapi saat mendengarnya secara langsung, hatinya pun hancur.
“A-aku sadar mas, dan aku ingin bertaubat. Aku ingin membunuh bayi ini saja ….” Ucap Sonia dengan putus asa. Kabir terkejut mendengar apa yang diucapkan sang istri. dengan cepat pria itu memegang kedua bahu Sonia dan memintanya untuk duduk kembali di pinggiran kasur.
“Jangan membunuh bayi itu Sonia, Dosamu sudah sangat besar, ditambah lagi dengan kamu membunuhnya. Sonia aku memintamu untuk keluar dari rumah ini, dan setelah kamu melahirkan nanti kita akan kembali membahas kelanjutan rumah tangga kita.” Ucap Kabir dengan suara tertekan, pria itu mati-matian menahan emosi yang bergejolak.
Sebagai orang yang paham agama Kabir tidak mau membiarkan emosi membakar dirinya.
“Apakah mas akan menceraikanku?”
❤️❤️❤️
Huuufff ... Sonia, author juga bingung gimana cara jalan keluar masalah mu. 😢🤔
Yuuukkk ramaikan jempoooll nya pemirsaahhh, komen, vote dan hadiiaah nya ya. tengkyuuhh pemirsaaahhh.
❤️❤️❤️🤔😢🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
SUAMI BODOH BIN GOBLOK YG MAU MSH MAU TERIMA ISTRINYA YG TELAH BRSELINGKUH HINGGA HAMIL ANAK LKI2 LAIN.. BKN DICERAI,, TPI WAJIB DI RAZAM..SAAT SUAMI PERGI DAKWAH,, DIA MALAH MMBAGI TUBUHNYA KE PRIA LAIN..
2023-08-25
1
Sulaiman Efendy
LBH JALANG DARI PELACUR...
2023-08-25
1
N Wage
nyimak saja
2023-05-14
1