Aku Sakit!

(Flashback Malam sebelum demam)

Huuuuh dingin sekali disini.

 Entah dimana pakaian-pakaian Wilona, sibuk di ruang ganti mencari pakaiannya sendiri. Koper dan keperluannya yang sebenarnya sudah disiapkan kemarin, ternyata tidak ada di kamar, sedangkan di lemari cuma di sediakan pakaian tidur yang bukan miliknya.

Hmmm... mungkin ini dari panitianya.

Ya sudah, aku pakai ini saja (diambilnya baju tidur dari dalam lemari),tapi ...

Hah, kenapa baju beginian ?

Di lihatnya pakaian itu, piyama miliknya di rumah biasanya adalah piyama atasan dan bawahan,  sedang yang ini, piyama luar dan baju dalam terusan yang terbuat  dari kain halus tanpa lengan dan panjangnya hanya sebatas paha saja, bila di kenakan bisa dipastikan akan memperlihatkan lekuk tubuhnya.

Piyama luar ini juga sama tipisnya.

Dilihatnya pakaian itu dari depan belakang dan segala sisi, begitulah Wilona keluar dari ruang ganti dengan pakaian tidur asing itu.

Saat perang dunia kamar sudah usai.

Wilona yang terbaring di sofa dan sempat tertidur sebentar, terjaga kembali saat merasakan hawa dingin seketika menyeruak di sekujur tubuhnya.

Satu-satunya selimut hanya ada di ranjang.

Wilona juga tidak berani mengutak atik remote pendingin ruangan, supaya tidak terjadi keributan lagi.

Akhirnya Wilona mencoba berbaring meringkuk kekanan kekiri sambil mengusap-usap kedua tangan dan kaki.

Waaaah parah, dingin sekali, bagaimana dia bisa setega ini sih. Cihhh jahat, dasar orang jahat,  raja tega, kejam sekali kamu bisa tertidur pulas disitu tanpa memperhatikan aku disini.

Wilona mencoba mendekati ranjang, membayangkan betapa empuk dan hangatnya di sana, dia berniat menyusup pelan-pelan di bawah selimut karena sudah tidak tahan lagi. Tapi.....

No.no.no...tidaaak, jangan, wil sadar sadar sadar! lebih baik aku kedinginan daripada harus beradu mulut dengannya, mulutnya saja sudah kejam apalagi kelakuannya, bisa-bisa aku tidak tidur sampai pagi gara-gara kesal (mencoba mencari sesuatu sebagai penghangat tubuhnya)

Ahhhh..lebih baik aku selimut pakai handuk piyama saja, daripada udara dingin langsung kena kulitku.

Akhirnya Wilona lari ke kamar mandi mengambil handuk piyama, handuk itu lumayan tebal meskipun menjadi lembab karena sudah di pakai tadi.

Berhubung sudah sedikit mengurangi hawa dingin di tubuhnya dan mata yang berat membawanya jatuh kembali dalam mimpi.

Lama kelamaan tubuhnya sendiri tidak bisa mengontrol hawa dingin itu dan otomatis menggigil di luar kesadarannya.

Dia bermimpi ayahnya mengelus-elus kepalanya sambil tersenyum, membaringkannya pada bed dan memberi selimut hangat padanya.

●●●●●

Pelan-pelan mata Wilona mulai terbuka, dengan pandangan yang kabur.

Tampak berdiri seseorang wanita di ujung ruangan.

Sambil menggosok mata sebelah kirinya perlahan pandangannya sudah lebih jelas dan kesadaran Wilona mulai pulih, ekspresi yang bingung ketika melihat di tangan kanannya terpasang selang infus.

Hah, kenapa ini, kenapa tanganku terpasang infus?

"Selamat sore Nyonya",kata wanita yang berdiri di ujung tadi mendekat sembari mengambil alat thermo digital kemudian menempelkannya pada dahi Wilona.

"Syukurlah demamnya sudah turun." Wanita itu tersenyum.

Hah sore?memangnya ini jam berapa? (Bertama-tanya dalam hati)

"Eh.. iya, terimakasih. Semalam saya kenapa ya?" (Wilona berpikir sambil memegang dahi).

"Pengawal tolong sampaikan pada Tuan Okta, Nyonya Wilona sudah bangun!" Kata wanita tersebut pada pengawal di depan pintu.

"Baik suster." Sahut pengawal diluar.

 "Apa yang terjadi ya?",mengulang pertanyaan karena penasaran sembari mengingat kejadian semalam.

"Nyonya, Tuan Okta tadi pagi meminta dokter keluarga untuk datang kesini, untuk mengecek keadaan Nyonya, setelah diperiksa, Dokter mengatakan bahwa nyonya mengalami demam namun hanya demam biasa,tidak perlu mendapatkan perawatan serius jadi hanya obat dan infus ini yang di berikan.

Nyonya tertidur pulas sampai sore ini. Apakah Nyonya sudah merasa baikan sekarang ?"

"Hmm... iya saya baik-baik saja." Tersenyum sambil menundukkan kepala.

Melihat Nyonyanya tertunduk sopan, akhirnya wanita itu menjelaskan;

"Nyonya, nyonya tidak perlu sungkan. Saya adalah perawat yang di tugaskan khusus untuk keluarga Wahardian, bila ada anggota keluarga yang sakit, saya akan di panggil untuk merawat sampai keadaan pulih, karena itu saya berada disini untuk merawat nyonya.

Perkenalkan nama saya Maria." mengenalkan diri sambil menundukkan kepala.

"Apakah nyonya saat ini mau makan?

Saya akan panggilkan pelayan untuk membawakan bubur kesini."

"Ah..iya sepertinya saya sedikit lapar." Tersenyum malu, sambil menaruh rambut di belakang telinganya.(padahal Wilona merasakan bahwa perutnya sudah bergetar sejak bangun tadi)

"Baik, Nyonya." Tersenyum ramah.

Tampilannya tidak seperti seorang perawat, rambutnya sudah sedikit beruban, tergulung rapi di belakang, garis mata dan garis senyum memang sudah kelihatan menandakan wanita ini sudah cukup berumur, tapi kulitnya masih terlihat fresh dan kencang.

Apalagi di sertai dengan senyumnya yang hangat, membuat suasana jadi lebih tenang dengan hadirnya wanita ini.

Baju dan celana dikenakan dengan setelan formal berwarna hitam, rambutnya tertata rapi sepadan dengan pakaiannya.

Sehingga nampaknya seperti seorang pengawal wanita saja.

Tiba-tiba pintu dibuka oleh pengawal dan Okta berdiri di depan pintu, melihat Wilona sebentar dan menoleh ke samping, memejamkan mata sambil menghela nafas panjang.

Apaan sih dia, berdiri disitu sambil menghela nafas begitu, Aku juga malas lihat wajah kamu( Wilona ikut memalingkan wajah)

Bubur sudah datang, membuat Okta akhirnya berjalan maju dan duduk di sofa, mengambil sebuah buku

"Nyonya, ini buburnya sudah siap, silahkan dinikmati." Pelayan mendekatkan troli di sebelah kiri.

"Terimakasih pak." mata Wilona menatap sajian yang di bawa menuju bed.

Dengan cuek Wilona menghabiskan bubur tanpa sisa, kelaparannya sudah terobati dan sepertinya tenaganya sudah pulih seratus persen.

Kembali berbaring membelakangi Okta.

Pelayan kemudian membereskan perlengkapan makan dan membawa troli makan keluar.

Okta mendekatinya dan duduk di tepi ranjang.

"Bagaimana keadaanmu sayang?" sambil meletakkan tangan di pinggang Wilona.

Cih... dia sudah gila apa panggil-panggil sayang. Wilona diam tidak menjawab

Okta menoleh ke arah perawat dan berkata "Suster, tolong tinggalkan kami."

"Baik, Tuan Okta." Menundukkan kepala segera keluar dan menutup pintu.

Saat semua sudah dipastikan diluar. Okta spontan mengangkat tangan yang menempel di tubuh Wilona.

"Hei, bisa-bisanya kamu sakit, merepotkan orang saja!" celetuk Okta dengan keras.

Wilona menoleh menatap kaku ke arah Okta, menunjukkan wajah kesalnya.

"Bukannya kamu yang aneh, kenapa panggil aku dengan sebutan sayang?" kembali meluruskan kepalanya.

"Apa? Dasar bodoh. Dimana Otak itu kamu simpan? perjanjian menjijikkan itu! sekalipun aku tidak mau, aku terpaksa melakukannya.

Kamu lihat suster tadi, dia adalah perawat keluarga yang bisa saja melaporkan segala kejadian pada keluargaku.

Haaah otak sekecil kamu mana bisa mengerti."

Wilona memejamkan mata rapat-rapat tak terasa air matanya keluar, menghela nafas, dan kemudian menoleh kesal pada Okta.

Sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi saking kesalnya.

Melihat ekspresi kesal Wilona, sebenarnya membuat Okta senang, tapi setelah melihat air mata Wilona jatuh di pipinya, segeralah Okta berdiri terdiam dan langsung duduk di sofa.

Okta kembali melihat Wilona yang sudah kembali membelakanginya, nampak punggungnya bergerak menunjukkan dia masih terisak disana.

Okta kemudian sadar bahwa wanita di depannya itu baru saja pulih dari sakitnya, dan karena itu membuat perasaannya sedikit bersalah karena sudah mengatakan kata-kata kasar padanya.

Ayah, hiks..tolong jemput aku, aku ingin pulang, tidak tahan berada disini, bagaimana aku bisa jalani hari-hariku? Bertemu dengan dia sebentar saja rasanya sudah seperti di neraka.

Ayah aku sakit, tapi hatiku lebih sakit lagi.

Ikatan perjanjian itu, hiks... aku sudah tidak tahan, sedetikpun berada di sini, tapi bagaimanapun aku harus siap menjalani hari-hari depan dengan segala resikonya. Ibu doakan aku dari sorga ya. Terimakasih ayah-ibu.

Mengingat senyum ayah dan ibunya membuat sakit hati Wilona sedikit terobati.

Bersambung ...

●●●

Uuuh yang kuat Wilona😥

Dear pembaca tinggalkan like dan komen ya

Terpopuler

Comments

Yanti Simanjuntak

Yanti Simanjuntak

kasihan wilona

2022-04-28

1

mau tau aj Satu

mau tau aj Satu

semangat

2022-01-19

1

Yustina Rini

Yustina Rini

Suami jadi2an itu

2021-11-18

1

lihat semua
Episodes
1 Pernikahan
2 Pertengkaran di kamar hotel 1
3 Pertengkaran Di kamar hotel 2
4 Merintih...
5 Aku Sakit!
6 Perjanjian 9 bulan
7 Baik...Aku Setuju
8 Karyawan tampan
9 Ketegangan
10 Menghadapi Sikapnya
11 Kenangan tak terlupakan
12 Sandiwara 1
13 Sandiwara 2
14 Persiapan Bulan Madu Palsu
15 Wilona dan Okta di Paris
16 Pertemuan Pertama Kali dengan Bobby dan Leony
17 Mereka Berpisah
18 Kelaparan
19 Bobby si penolong
20 Wilona kamu cantik!
21 Tolong Jangan Salah Paham...
22 Merayu di apartemen
23 Awas kamu Wilona ...
24 Pisah Kamar
25 Tiga Hari Lagi
26 Sepasang Cincin Ikatan
27 Mencoba Champagne pertama kali
28 Mereka Berpelukan Secara Tidak Sadar
29 Kejadian Semalam yang Terlupakan
30 Terkurung di Kamar
31 Tragedi Malam Sebenarnya
32 Malam bersama Okta*1
33 Malam bersama Okta *2
34 Hari Piknik 1
35 Hari Piknik 2
36 Di pantai
37 Sendiri
38 Lagu Penyemangat
39 Langganan
40 Pertemuan tak terduga
41 Berkunjung ke makam
42 Kesedihan dan Kemarahan
43 Pulang
44 Terbongkar
45 Baik atau buruk
46 Basah Kuyup
47 Author ijin sementara waktu
48 Ayo Kita Keluar
49 Setitik Cahaya
50 Bertemu Bastian 1
51 Bertemu Bastian 2
52 Tempat Terakhir
53 Malam yang Terlalu Cepat
54 Pria dalam mobil
55 Payung Hitam
56 Membayar kesalahan
57 Dua hari lagi.
58 Buket Baby Breath
59 Tuhan Jagai Wanita Ini
60 Lesu
61 Janji Pertemuan
62 Pengakuan Judika
63 Pembalasan
64 Menghindarimu
65 Kalian Berdua ?
66 Menepati janji
67 Kemarahan Besar
68 Maaf yang Sukar 1
69 Maaf yang Sukar 2
70 Mendadak!
71 Antara Dua Pilihan
72 Jujurlah!
73 Aku mencintainya
74 Aku Tidak Peduli Padamu
75 Pulang!
76 Taktik Leony
77 Perasaan apa ini?
78 Menjauh
79 Titik terang
80 Satu per satu
81 Semua karena Doamu
82 Usaha tersembunyi
83 Kontrak yang Mulai Tercium
84 Menutupi
85 Keceplosan
86 Anonim
87 Keputusan yang sulit
88 Pilihan Judika
89 Misi khusus *1
90 Misi Khusus *2
91 Penghiburan Wilona
92 Pengunduran Diri
93 Leony beraksi *1
94 Leony beraksi *2
95 Jujur
96 Pengumuman Author
97 Penguji Hati
98 Pakai cincin itu
99 Vonis
100 Kebaikan Wilona
101 Persekongkolan
102 Keputusan Part 1
103 Keputusan part 2
104 Hari Pelantikan Tiba
105 Tak Terduga
106 Mencurahkan
107 Persiapan cerai part 1
108 Persiapan cerai Part 2
109 Permohonan tulus
110 Maaf, Terimakasih, Kembalilah pada Wilona
111 Kembali
112 Kesetiaan Okta di Uji ... (The End)
113 SAPA AUTHOR
Episodes

Updated 113 Episodes

1
Pernikahan
2
Pertengkaran di kamar hotel 1
3
Pertengkaran Di kamar hotel 2
4
Merintih...
5
Aku Sakit!
6
Perjanjian 9 bulan
7
Baik...Aku Setuju
8
Karyawan tampan
9
Ketegangan
10
Menghadapi Sikapnya
11
Kenangan tak terlupakan
12
Sandiwara 1
13
Sandiwara 2
14
Persiapan Bulan Madu Palsu
15
Wilona dan Okta di Paris
16
Pertemuan Pertama Kali dengan Bobby dan Leony
17
Mereka Berpisah
18
Kelaparan
19
Bobby si penolong
20
Wilona kamu cantik!
21
Tolong Jangan Salah Paham...
22
Merayu di apartemen
23
Awas kamu Wilona ...
24
Pisah Kamar
25
Tiga Hari Lagi
26
Sepasang Cincin Ikatan
27
Mencoba Champagne pertama kali
28
Mereka Berpelukan Secara Tidak Sadar
29
Kejadian Semalam yang Terlupakan
30
Terkurung di Kamar
31
Tragedi Malam Sebenarnya
32
Malam bersama Okta*1
33
Malam bersama Okta *2
34
Hari Piknik 1
35
Hari Piknik 2
36
Di pantai
37
Sendiri
38
Lagu Penyemangat
39
Langganan
40
Pertemuan tak terduga
41
Berkunjung ke makam
42
Kesedihan dan Kemarahan
43
Pulang
44
Terbongkar
45
Baik atau buruk
46
Basah Kuyup
47
Author ijin sementara waktu
48
Ayo Kita Keluar
49
Setitik Cahaya
50
Bertemu Bastian 1
51
Bertemu Bastian 2
52
Tempat Terakhir
53
Malam yang Terlalu Cepat
54
Pria dalam mobil
55
Payung Hitam
56
Membayar kesalahan
57
Dua hari lagi.
58
Buket Baby Breath
59
Tuhan Jagai Wanita Ini
60
Lesu
61
Janji Pertemuan
62
Pengakuan Judika
63
Pembalasan
64
Menghindarimu
65
Kalian Berdua ?
66
Menepati janji
67
Kemarahan Besar
68
Maaf yang Sukar 1
69
Maaf yang Sukar 2
70
Mendadak!
71
Antara Dua Pilihan
72
Jujurlah!
73
Aku mencintainya
74
Aku Tidak Peduli Padamu
75
Pulang!
76
Taktik Leony
77
Perasaan apa ini?
78
Menjauh
79
Titik terang
80
Satu per satu
81
Semua karena Doamu
82
Usaha tersembunyi
83
Kontrak yang Mulai Tercium
84
Menutupi
85
Keceplosan
86
Anonim
87
Keputusan yang sulit
88
Pilihan Judika
89
Misi khusus *1
90
Misi Khusus *2
91
Penghiburan Wilona
92
Pengunduran Diri
93
Leony beraksi *1
94
Leony beraksi *2
95
Jujur
96
Pengumuman Author
97
Penguji Hati
98
Pakai cincin itu
99
Vonis
100
Kebaikan Wilona
101
Persekongkolan
102
Keputusan Part 1
103
Keputusan part 2
104
Hari Pelantikan Tiba
105
Tak Terduga
106
Mencurahkan
107
Persiapan cerai part 1
108
Persiapan cerai Part 2
109
Permohonan tulus
110
Maaf, Terimakasih, Kembalilah pada Wilona
111
Kembali
112
Kesetiaan Okta di Uji ... (The End)
113
SAPA AUTHOR

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!