Pintu lift telah terbuka dan Judika menundukkan kepala, mempersilahkan kami lewat terlebih dahulu, kemudian kami keluar menyusuri lorong menuju kamar utama.
Wilona yang sudah menerima tatapan maut jadi tidak berani berjalan bersebelahan dengan Okta, karena itu ia memperlambat langkahnya sehingga akhirnya berada di belakang Okta.
Pandangannya teralih setelah melihat kanan dan kiri ruangan.
Semua hal yang tampak di matanya membuatnya terheran-heran.
Biasanya lorong hotel hanya tampak monoton, namun kali ini berbeda.
Lorong ruangan ini cukup besar, penuh dengan lukisan yang terbilang mahal, karpet tebal berwarna coklat dengan motif bunga membuat ruangan nampak elegan.
Alunan instrumen musik terdengar melalui speaker audio yang tertanam tiap dinding.
Lampu menggantung dan beberapa susunan tanaman yang seolah olah menyambut kami menyusuri jalan menuju kamar.
Dikanan dan kirinya terdapat dua kamar dengan pintu yang besar, tapi di ujung sana terdapat kamar dengan pintu yang lebih besar lagi, sudah bisa di pastikan itu adalah kamar utamanya.
Sambil berjalan Wilona merasakan suatu yang aneh....
Bagaimana ini, bagaimana ini ... Ada apa dengan mereka, kenapa sepi sekali.
**S**ekarang tinggal kita bertiga, mereka berdua juga diam saja, aku harus bagaimanaaaa? aura di lift saja sudah tidak nyaman rasanya.
Wilona bingung merasakan keheningan di antara mereka bertiga, ia lalu mengalihkan pikirannya dan kembali kagum melihat keadaan ruangan dengan segala dekorasi di sekelilingnya.
Brukkk!
seketika Okta menghentikan langkahnya membuat Wilona yang berjalan di belakang menabrak tubuh besarnya.
Tidak bisa lagi menjaga keseimbangan dan mulai jatuh kebelakang.
Untung saja dengan sigap Judika yang juga berada di belakang Wilona menangkap dan kembali menegakkannya kembali pada posisi semula
Dengan perasaan malu Wilona menatap Judika
Ka-k**amu keren sekali.
Kalau sampai aku benar-benar jatuh tadi, mau ditaruh mana mukaku.
Hm ... sepertinya kamu lebih menarik ... ayolah kenapa bukan kamu saja yang jadi Okta, setidaknya aku tak perlu melihat tatapan maut dan pernikahan sementara ini mungkin lebih nyaman(berimajinasi sambil melengkungkan bibir ke bawah, setelah itu pikirannya teralih pada tubuh tinggi di depannya)bukan seperti manusia keras berkepala batu seperti dia. Wilona menggerutu sebal dalam hatinya.
"Te-terimakasih Judika." ujar Wilona sambil melirik ke belakang.
Wilona menyampaikan dengan senyum dan gestur malu-malu merapikan rambut di belakang telinganya.
Tampak Judika membalas hanya dengan menundukkan kepala saja tanpa berkata-kata.
"Jud, istirahatlah." Okta menoleh tanpa melihat.
"Baik Tuan, saya ada di kamar ini jika Tuan perlu sesuatu. "
"Masuklah!" Menyuruh dengan nada datar.
" Baik, Tuan dan Nyonya, selamat beristirahat." Judika menundukkan kepala sebentar dan langsung menuju kamar yang di sediakan khusus untuknya.
Rupanya si tatapan maut itu berhenti karena berdiri tepat di pintu kamar Judika.
Setelah itu!
Suasana jadi mencekam lagi dan hening tanpa ada suara sama sekali, bahkan Wilona dapat mendengar suara nafasnya sendiri yang tidak tertata dengan baik, tiba-tiba jantungnya juga ikut berdetak tidak karuan.
Kenapa dia diam saja ya, Judika sudah disuruh pergi, terus kamu mau apa? apa aku mau di usir dari sini?....(Wilona berfikir aneh-aneh)
" Hei, kalau jalan pakai mata bisa tidak?" Okta menoleh tanpa melihat.
Wilona tampak ingin mengumpat tapi akhirnya dia bisa menahan sambil menutup mata dan menghela nafas panjang.
●●●●●
Begitu lah beberapa aturan yang masih dia ingat, yang dulu pernah di sampaikan asisten tampan waktu itu.
Flash back pertemuan dengan Judika
Waktu itu di pagi hari yang cerah, berdiri seorang laki-laki tampan berpenampilan rapi di depan kedai roti milik ayah Wilona.
Seolah-olah sudah janjian dengan ayah sebelumnya, ayah pun pergi kedepan menyambutnya pria tampan itu, mereka bertemu dan mempersilahkan Judika duduk di tempat yang sudah dirapikan ayah sedari tadi, setelah berbincang sebentar ayah langsung masuk ke dapur mendekati Wilona.
"Nak, itu Judika asisten Pak Okta sudah datang, sana di temui dulu"
"I-iya ayah" melirik ke arah meja melihat seorang laki-laki dengan postur tegap duduk. Wilona pun jalan dengan malas menuju meja.
" Selamat pagi Nona."Judika langsung berdiri dan tersenyum hangat menatapku.
Begitulah pertemuan pertama kami, saat aku melihat wajahnya yang tersenyum seperti melihat sinar mentari pagi yang cerah seketika.
Senyumannya juga menghangatkan suasana.
Ditambah posturnya tinggi tegap dengan setelah jas hitam dan rambut yang rapi, aroma parfum yang menambah kesempurnaan tubuhnya.
Membuatku membayangkan ini adalah sosok idaman para wanita yang biasa ada di novel-novel yang sering ku baca.
" Nona, kedatangan saya kesini bla..bla..bla."
wah ruangan ini jadi tampak bersinar, dengan kedatangan pangeran mempesona di depanku.
Apa? kenapa harus pakai bahasa formal juga, memangnya aku siapa? dia siapa?
tapi ... eh ... tidak-tidak kenapa aku langsung memikirkan cowok ini, heh Wil fokus-fokus.
Aku tidak boleh tertarik hanya dari penampilan luar, semuanya menipu, lebih baik orang yang baik hati dan setia itu sudah cukup, seperti Bastian, Itu adalah prinsip hidupku dalam mencari pasangan (Saking seringnya Wilona baca novel-novel romantis dia tidak mau lagi tertarik hanya dengan ketampanan dan kekayaan seperti idaman wanita pada umumnya).
Bastian? Siapa Dia?
( Bastian adalah kekasih Wilona yang akhirnya diputus sepihak karena tidak mau menyakiti perasaannya)
...
Kembali ke pertemuan dengan Judika.
Tunggu! asisten ini memang terlalu tampan, sayang untuk dilewatkan, baiklah aku cukup sampai disini, cukup menikmatinya saja. gumamnya
"Nona? ... Nona Wilona?" Judika memanggil.
"Eh ... Iya, ada apa?" tersadar dari lamunannya.
" Apa Nona sudah mengerti apa yang saya sampaikan tadi?"
"hah? ... eh ...?" mata Wilona bingung mencari jawaban tentang apa yg di jelaskan tadi, sambil beberapa kali mengedipkan mata berfikir dan sadar bahkan satu kata pun tidak ada yang masuk dalam otaknya.
Sambil tersenyum Judika mengambil beberapa kertas dari dalam tasnya dan menyerahkan pada Wilona.
"Nona, ini adalah beberapa hal yang tadi sudah saya jelaskan tentang peraturan ketika menjadi istri Tuan Okta.
Begitu juga peraturan dalam kehidupan Keluarga Wahardian.
Sekiranya nona masih bingung, Nona bisa membacanya kembali " Judika tersenyum ramah sambil menyerahkan lembaran kertas.
"I-iya." seketika kata-kata 'istri Tuan Okta' kembali menyadarkan Wilona dan membuatnya menjadi lemas terkulai menyadari bahwa ia sebentar lagi akan menjadi bagian dari keluarga Wahardian
●●●●●
Kembali ke Hotel
"Hei, apa kamu tidak mau masuk?" nada keras Okta, membuat Wilona tersentak kaget. Ia kembali sadar dari lamunannya.
"I-iya" Wilona berjalan cepat menuju kamar.
Ternyata Okta sudah berjalan jauh sampai di depan pintu, sedang Wilona masih terdiam sibuk dengan lamunannya.
Di dalam Kamar Hotel
Saat menutup pintu dan berbalik Wilona dibuat takjub lagi dengan suasana kamar hotel, sebuah bed yang cukup besar terletak ditengah ruangan, tampak lukisan di sebelah kanan dengan hiasan lampu yang terpasang di setiap pojok lukisan, terdapat meja kerja kursi dengan lampu melengkung disebelahnya, aroma ruangan terhirup tanpa permisi membuat Wilona terlupa sementara apa yang terjadi, dia berjalan dua langkah penasaran melihat ada ruangan apa di belakang meja kerja itu.
Dekorasi ruangan yang sangat apik, dindingnya juga bermotif, bahkan bagian atapnya saja dihiasi dengan lampu yang sangat cantik membuat siapa saja yang melihat pasti kagum dibuatnya.
Ini benar-benar kamar hotel berkelas, aku tidak menyangka ada kamar seluas ini, ini bahkan sudah bisa dibilang ukuran rumah buatku.
Okta melihat sinis Wilona yang saat itu sedang terkagum-kagum dengan mulut terbukanya.
Saat pandangannya belum cukup puas menyusuri sudut-sudut ruangan, Wilona di buat kaget bukan kepalang melihat kejadian di depan matanya.
Okta membuka kancing baju satu persatu,
Dengan reflek yang cepat buru-buru dia menyilangkan ke dua tangan di dada dan membalikkan badan kembali ke pintu masuk tadi
Apa iniiiiii? dia sudah gila ya. batin Wilona dengan jantungnya yang tanpa permisi berdegup kencang.
▪▪▪▪▪
Bersambung....
Halo semua, terimakasih sudah mau mampir dinovel ini ya, jangan lupa setelah membaca klik ♡ dan tinggalkan jejak dukung author dengan kasih vote sebanyak-banyaknya, lewat poin yang kalian kumpulkan secara gratis
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Joen Marlina Lengkey
masih nyimak
2021-11-17
1
Yustina Rini
Kok ya mau nikah ma.orang yg gk kenal bingit
2021-11-09
1
anca
nyimak dulu deh
di awal kurang sreg deh mah karakter wilona kayak bnyk ngelamun ,,,ngehalluu,,,berimajinasi sendiri,,
moga kesepan karakter lebih kuat
2021-11-05
1