Langkah Ruby gontai, kakinya benar-benar seperti tak bertulang. Pikirannya melayang mengingat kejadian yang dia alami hari ini.
[ Flashback On ]
“ Maaf Ruby bukannya aku tidak ingin meminjamkanmu uang, tapi kau tau sendiri usaha laundry ini hanya usaha rumahan kecil, aku bahkan tidak bisa menggaji mu dengan layak “ ucap bibi Ning dengan sedih.
“ Ini bibi ada sedikit tabungan, pakailah untuk berobat ayahmu “ lanjutnya seraya memberikan sejumlah uang kepada Ruby.
“ Oh tidak bibi, aku tidak bisa menerimanya. Maaf aku sudah sangat merepotkan mu “ ucap Ruby seraya menolak pemberian bibi Ning.
“ Baiklah bi, saya meminta izin beberapa hari tidak bisa membantu bibi di tempat laundry, saya ingin merawat ayah “ ucap Ruby dengan terseyum.
“ Baiklah tidak perlu meminta izin aku pasti akan mengizinkan, pergilah. Kalau kau butuh bantuan hubungi bibi, bibi akan berusaha membantumu sebisanya “ jawab bibi sambil menepuk pundak Ruby, wanita separuh baya itupun kemudian memeluk Ruby.
“ Anak baik, semoga kelak hidupmu akan bahagia “ lanjut bibi Ning dengan suara bergetar.
[ Flasback Off ]
Bibi Ning adalah satu-satunya orang yang baik kepada keluarga Ruby, saat semua orang dilingkungan Ruby mencemoohnya karena bekerja di club malam, mereka mengira Ruby bekerja sebagai wanita penghibur yang setiap hari berangkat malam pulang pagi.
Bibi Ning juga sering memberikan dia makanan untuk di makan bersama ayahnya. Dia harus berjuang seorang diri untuk menghidupi cucunya yang berumur tujuh tahun. Anak dan menantunya yang merupakan orang tua dari cucunya telah meninggal dunia dalam kecelakaan tragis.
Ah dasar bodoh, bagaimana bisa kau meminta bantuan bibi sedangkan kau sendiri tau hidupnya sudah sangat sulit, bodoh, bodoh, bodoh. Maki Ruby di dalam hati sambil memukul kepalanya sendiri.
Sempat terfikir olehnya untuk meminjam uang bosnya di mini market tempatnya bekerja. Tapi niat itu di urungkan mengingat tempramen bosnya itu sangat buruk.
Seketika otaknya memutar kembali memori yang terjadi di tempatnya bekerja.
“ Hei apa kau gila ? Apa kau tidak punya otak ? Bagaimana bisa kau mencuri barang-barang di toko ku, dasar tidak tau di untung, sudah baik aku mau menerima perempuan seperti mu, sekolahmu saja tidak kau lanjutkan, masih berani-beraninya mencuri “ maki bosnya saat mengetahui Ruby memakan makanan yang sudah kadaluarsa yang ada di dalam toko tersebut.
Hah bahkan makanan kadaluarsa pun lebih berharga dari ku, mana mungkin si tua gila itu mau meminjamkan aku uang. Pikir Ruby sambil bergidik menyingkirkan bayangan di kepalanya.
Tak terasa dia sudah sampai di depan club malam yang mewah. Tempat dengan desain modern dan megah ini menjadi harapan terakhirnya.
Gedung yang menjulang tinggi ini memiliki 5 lantai dengan tulisan “ LORD “ besar di depan gedung, lantai pertama merupakan loby club, lantai kedua adalah tempat dugem untuk kalangan menengah biasa, lantai ketiga adalah tempat dugem untuk kalangan menengah atas, lantai ke empat terdiri dari ruangan-ruangan terpisah untuk kalangan elite, dan lantai kelima hanya milik petinggi klan saja.
Cih bahkan para orang kaya manja itupun membagi kasta-kasta dalam pergaulannya. Kata hati Ruby.
Ruby pun beranjak masuk setelah menunjukkan kartu identitasnya kepada para penjaga. Kartu untuk pegawai seperti Ruby dan cleaning service adalah kartu berwarna putih. Sedangkan kartu untuk pegawai yang lebih tinggi lagi pangkatnya berwarna biru laut.
Begitu juga para pengunjung club, mereka memiliki kartu akses untuk masuk, peraturan di club ini sangat ketat, tanpa kartu akses tidak akan bisa masuk, bukan sembarang orang bisa dugem di tempat ini.
Ruby bekerja di lantai 3, tempat para orang kaya menengah keatas biasa menghabiskan uang. Mereka orang kaya yang sombong dan selalu seenaknya, mengira uang bisa membeli segalanya.
Ruby membuyarkan lamunannya saat pintu lift terbuka, dia memasuki lift dan saat akan menekan tombol lantai 3 masuklah dua wanita muda ke dalam. Pintu lift pun tertutup.
“ Hei aku hari ini akan pergi berkencan dengan Big Bos Rai “ ucap wanita bertubuh kecil memulai pembicaraan.
“ Haah sungguh ?! “ teriak wanita yang lain seraya menutup mulutnya.
“ Iya kemarin sekertaris Yuri mendekati ku, bertanya apakah aku mau jadi teman kencan semalam Big Bos “ ucapnya dengan penuh kesombongan sambil mengibaskan rambutnya.
“ Waah beruntungnya...aku iri “ wanita satunya menatapnya dengan wajah penuh iri dan takjub.
“ Tentu saja, kau tau rumor yang beredar Big Bos sangat pemilih dalam kencan semalamnya, saat kau bisa memuaskannya maka kau bisa mendapatkan apa saja darinya. Bahkan wanita yang tidak bisa memuaskannya saja dibayar 100 juta dalam semalam “ ucapnya penuh antusias karena informasi itu.
Hah 100 juta ? Bagaimana bisa mereka membuang-buang uang dengan mudah, dasar orang-orang kaya manja. Gerutu Ruby didalam hati sambil mencibirkan bibirnya.
“ Ting “ pintu lift terbuka. Mereka pun keluar.
Ruby berjalan langsung menuju ruang kerjanya, pikirannya masih dipenuhi uang 100 juta, dengan uang segitu pasti cukup untuk biaya berobat ayahnya. Tapi kemudian dia melemparkan jauh-jauh pikiran itu, bagaimana mungkin dia menjual dirinya sendiri.
Nada dering hp nya membuyarkan lamunan Ruby, telfon dari nomor tidak dikenal.
“ Halo “ sapanya.
“ Selamat malam, apakah ini benar wali dari bapak Hadi Kertia ? “ jawab suara wanita di ujung sana.
Deg jantung Ruby berdetak dengan cepat. Itu ayahnya.
“ Be benar... Kenapa dengan ayah saya ? “ ucapnya terbata-bata, pikirannya seketika kalut.
“ Kami dari pihak rumah sakit ingin memberitahukan kepada Anda, apakah bapak Hadi Kertia akan menjalani rawat inap di rumah sakit ini ? “ wanita itu mengkonfirmasi.
“ Tentu saja “ jawab Ruby.
“ Baiklah kalau begitu, untuk biaya rawat inap dimohon anda melakukan deposit paling lambat besok pagi “ wanita itu menjelaskan lebih lanjut.
“ apabila sampai besok pagi tidak dilakukan deposit, maka mohon maaf kami tidak bisa melakukan tindakan lebih lanjut” pungkas wanita itu dengan suara khas para resepsionis.
“ Baik saya akan melakukan deposit besok pagi “ jawab Ruby dengan cepat.
“ Baiklah terima kasih atas konfirmasinya, selamat malam semoga anda sehat selalu “ wanita resepsionis itu mengakhiri pembicaraannya.
Ruby tersandar pada dinding, tubuhnya lemas. Pikirannya sedang tidak bekerja dengan baik. Hanya nyawa ayahnya yang dia pikirkan saat ini.
Baiklah aku akan melakukannya. Tekad Ruby dalam hati dengan keputusasaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 238 Episodes
Comments
SaifulLuhken 109
kasih anak sama orang tua..😢😢😢😢😢😢
2020-10-11
2
Saifuddin Akbar
Sakno rek rubi apa gak punya sodara tah
2020-10-09
1
Rat
semangat ruby ✊✊✊✊
2020-09-30
0