Plaaakk !!!
Isak tangis perempuan muda 20 tahunan itu pecah, pipinya memerah karena tamparan dan juga tercetak bekas telapak tangan disana, dia menunduk dalam tidak berani menatap si pelaku penamparan, bahkan untuk menyentuh pipinya yang terasa panas saja dia tidak sanggup. Hanya mampu diam tidak bergerak seperti patung.
“ Sudah ku bilang layani tuan muda tanpa bicara, kau hanya harus menemaninya makan malam tanpa suara “ Ucap pria itu datar tanpa ekspresi kepada wanita di hadapannya.
“Maaf saya hanya berinisiatif...” ucap si wanita terbata-bata, tapi sebelum dia mampu menyelesaikan kalimatnya, satu tarikan keras mendarat dirambut bagian belakang kepalanya, membuat wajahnya mendongak paksa menatap laki-laki tersebut. Matanya yang berurai air matapun tidak mampu meredakan tatapan tajam penampar tersebut.
“ Siapa yang menyuruhmu berinisiatif ? “ ucapnya mulai tidak sabar dan jengah dengan pembicaraan ini, tatapan tajamnya semakin menjadi-jadi, membuat wanita itu semakin pucat pasi, antara menahan sakit dan menahan takut. Jika bukan saja karena cengkraman tangan lelaki itu terlalu kuat di rambutnya sudah pasti wanita itu sekarang sedang bersimpuh di lantai karena tulang-tulang dikakinya tidak akan mampu menahan berat tubuhnya.
“ Pergilah, biaya rumah sakitmu akan segera di transfer, dan pastikan tutup mulutmu atau kau tidak akan bisa membukanya lagi untuk selamanya “ ancamnya dengan lirih tepat di depan wajah wanita itu, bahkan hembusan nafas dari lelaki tersebut layaknya seperti angin panas dari gunung merapi yang akan meletus, seakan mampu menewaskan siapapun yang di lewatinya, lelaki itu kemudian menyentakkan dengan keras cengkraman tangannya dari rambut wanita itu, menyebabkannya mundur terhuyung-huyung dan jatuh bersimpuh.
“ Baik terima kasih “ katanya seraya bangkit dengan cepat meskipun lututnya sangat gemetaran, dia menundukkan kepalanya kemudian pergi menuju pintu untuk keluar ruangan. Langkahnya setengah berlari saat meninggalkan laki-laki berhati dingin itu. Perasaan lega menyelimutinya karena telah terlepas dari situasi berbahaya didalam sana.
“ Maaf tuan muda atas kecerobohan saya “. Pria berhati dingin itu menundukkan kepala kepada tuan mudanya.
Tuan muda yang menyaksikan seluruh kejadian tadi sedang duduk di sofa besar tunggal dengan menyilangkan kaki, kepalanya menengadah bersandar pada sofa, diam tidak peduli. Menghela nafas kasar.
“ Siapkan mobil “ ucapnya seraya berdiri dan merapikan jasnya, kemudian melangkah keluar ruangan.
“ Baik tuan muda “ jawabnya sambil menundukan kepala kemudian berbalik dan mengikuti langkah tuan mudanya, dengan segera menghubungi anak buahnya agar menyiapkan mobil.
Tuan muda berpenampilan dingin itu melangkah melewati lorong hotel, tatapannya datar tanpa ekpresi, wajahnya tampan beralis tebal hampir bersatu dipangkalnya, tulang hidung dan rahangnya terlihat tegas, matanya bulat dengan bola mata hitam pekat, bibirnya yang tipis sangat sesuai dengan bentuk wajahnya sehingga membentuk bingkai yang sempurna.
Berbadan tinggi tegap dan proporsional dengan kaki yang jenjang membuat langkahnya dua kali lebih lebar dari orang biasa, sampai-sampai para pengawal dibelakangnya terburu-buru berusaha menyesuaikan langkah.
Aura di sekitar laki-laki itu sangat pekat, pemimpin dari mafia terbesar di Asia dan juga salah satu anggota direksi pemimpin mafia dunia. Bisnisnya meliputi sektor jasa keamanan atau pengawalan, club malam, hotel juga perdagangan senjata dan berbagai saham di market-market yang ada di negara ini.
Sebagai pemimpin mafia terbesar mengharuskannya menjadi pria berdarah dingin dan hati sebeku gunung es, agar membuat lawan-lawannya takut walau hanya mendengarkan namanya.
Rumor yang tersebar setiap malam sang tuan muda selalu di temani wanita yang berbeda, membuat banyak wanita ingin jadi kekasih semalamnya, bukan hanya karena kekayaan dan kekuasaannya, tapi juga karena ketampanannya.
“ Selamat malam tuan muda “ hormat setiap pegawai yang berpapasan dengannya.
Dia keluar melewati lobi hotel dan menuju sebuah mobil mewah berwarna hitam yang sudah terparkir tepat di depan pintu. Sekertarisnya membuka pintu untuknya dan mempersilahkan masuk, menutup pintu dan bergegas masuk untuk duduk di kursi depan. Sopir pun melajukan mobilnya meninggalkan hotel.
🍁🍁🍁🍁🍁
Di tempat lain keriuhan malam baru saja dimulai, gemerlap lampu menyala berganti-ganti warna di iringi dengan dentuman musik yang memengkakkan telinga. Seorang DJ memandu acara malam ini, memainkan musik berirama beat, membuat suasana semakin meriah.
Sebuah mobil memasuki area pelataran, membuat beberapa penjaga didepan pintu club malam itu tergopoh-gopoh merapikan diri, mereka menundukkan kepala tanda hormat begitu melihat laki-laki yang baru saja turun dari mobil dan membukakan pintu masuk.
Tuan muda tetap saja berjalan tanpa ekpresi memasuki club tersebut, seorang pengawal dengan sigap segera berlari mendahului tuan mudanya untuk menekankan tombol di lift, agar tuan mudanya tidak harus menunggu pintu lift terbuka. Rombongan tersebut segera memasuki lift, dan pengawal terakhir yang masuk segera menekan sederetan tombol di dinding. Pintu lift menutup, merangkak naik menuju lantai 5. Setelah pintu lift terbuka, rombongan tuan muda keluar dan berjalan melewati lorong. Berhenti di depan pintu bernomor 999, dan menunggu sekertarisnya membukakan pintu untuknya.
“ Kakak “ sapa seseorang didalam ruangan itu tepat setelah pintu di buka.
Tuan muda tanpa ekpresi itu tidak menjawab langsung merebahkan dirinya di sofa panjang dengan keras. Sangat terlihat suasana hatinya yang sedang buruk.
“ Kenapa lagi dia ? “ tanya lelaki didalam ruangan tersebut kepada sekertaris pribadi tuan muda yang saat ini berdiri di samping sofa.
“ Perempuan yang terlalu banyak bicara “ jawab sekertaris lirih dan menundukkan kepala.
“ Ahhh...” Ucapnya seraya menganggukkan kepala tanda paham akan situasi yang sedang terjadi. Pantas saja kakaknya terlihat sangat kesal.
“ Hei bocah tengik, kalau kau kemari cuma untuk menonton TV sebaiknya kau lakukan itu dirumah “ ucap tuan muda yang dari tadi menjadi obyek pembicaraan.
“ Lebih nyaman menonton drama malam hari disini “ jawabnya seraya tersenyum lebar, menampilkan giginya yang berjajar rapi. Wajahnya imut dan terlihat hangat, sangat kontras dengan kakaknya.
“ Cih ! Dasar laki-laki melankolis “ balasnya mengejek. Meskipun mereka terlihat tidak akur, tapi sebenarnya tuan muda sangat menyayangi adiknya.
“ Tuan muda Rai dan Ken saya permisi dulu, saya akan memeriksa keadaan “ ucap sekertaris sambil menundukkan kepala kemudian meninggalkan kedua tuan muda itu.
“ Baiklah terima kasih sekertaris Yuri “ jawab Ken dengan senyum manisnya.
“ Senyumlah kak, drama terbaru ini sangat bagus “ ucapnya kemudian kepada kakaknya yang masih tertidur di sofa sambil menutup matanya dengan lengan kanannya.
“ Cih “ Cuma itu jawaban yang keluar dari mulut tuan muda berhati sedingin es itu.
“ Kak ayah mencari mu, kenapa sekarang kau jadi jarang pulang ? “ tanya Ken memulai pembicaraan.
“ Aku hanya malas bertemu dengannya, setiap hari selalu menyuruhku menikah “ jawabnya masih dengan mata tertutup.
“ Hahaha...menikah? Kau ? “ Ken tergelak tak dapat menahan tawanya, tidak dapat membayangkan kakaknya harus bersatu dengan sebuah konsep pernikahan.
“ Hei kau mau mati, berani-beraninya menggoda ku “ jawab Rai, nadanya mulai meninggi satu oktaf.
“ Baiklah baiklah aku tidak akan menggoda mu lagi, tapi setidaknya pulanglah, ayah sangat merindukanmu. Dia begitu sedih saat dia kembali dan tidak melihatmu di rumah, kau tau sendiri dia jarang ada di rumah “ Ken memberi alasan, kali ini dia serius.
“ Baiklah nanti aku pulang “ jawab Rai sekenanya.
“ Nanti kapan ? Saat kau sudah menikah? Hahaha “ goda Ken lagi.
“ Dasar bocah sialan “ sungut Rai seraya melempar bantal yang ada di sofa ke arah Ken.
Ken hanya semakin mengeraskan tawanya. Meskipun Ken menggodanya, Rai tidak akan pernah bisa marah padanya, dia adik kesayangannya yang dia jaga dengan nyawanya seperti wasiat mendiang ibunya.
Dia lah satu-satunya orang yang berani berbicara santai dengan Rai, meskipun mereka tidak memiliki hubungan darah sama sekali tapi Rai sangat menyayanginya, baginya dialah satu-satunya saudaranya, penyeimbang amarahnya yang kadang tidak terkontrol.
Ya, Ken dan Rai memang tidak memiliki hubungan darah apapun, Ken adalah anak korban kecelakaan bus yang terperosok ke jurang, kedua orang tuanya meninggal, hanya dia yang selamat. Saat dibawa kerumah sakit, Lorie ibu Rai yang sedang berada di rumah sakit yang sama mengetahuinya. Dia merasa kasihan dan menjadikannya anak angkat, berharap agar Ken bisa menjadi teman untuk Rai yang selalu kesepian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 238 Episodes
Comments
Faridah
ini ditulis ulang atau gimana ya. dulu sempat baca cerita ini, tp dulu kaya ke stop ceritanya,pdhl ditunggu2 update nya setiap hri..akhrnya ada lagi kisah ruby..baru ketemu ini krn ada notifnya
2025-02-10
0
Ades Arkana
aq tuh dah baca dulu bnget pas awal2 keluar....tp gk mbosenin....yg ada aq pengen baca lg...tp emang baru ketemu lg ini
2022-08-08
1
12181013
... m
2021-11-03
0