"Badanku gerah sekali," lirih Erlan yang masih belum membuka matanya. Dengan gegabah membuka satu per satu kancing bajunya.
Yoona tersadar jika suaminya butuh bantuan, ia membantu tanpa dimintai. Melihat tubuh Erlan terbuka tanpa penutup atas, pikiran buruk Yoona mulai berdatangan.
"Tubuh ini ... dia pria yang sangat sempurna." Yoona bergumam sembari memainkan jari lentiknya di atas dada bidang Erlan. Sesekali ia merasakan sentuhan tanpa terhalang.
"Apa mungkin tubuh ini akan utuh menjadi milikku? Kadang aku berpikir, selain pernikahan ini sebuah kesialan, tapi juga ada keindahan yang bisa aku pandang setiap waktu." Yoona tidak ingin membohongi dirinya sendiri. Tentu saja hasrat dalam dirinya jauh lebih besar daripada yang ia ketahui.
Gerakan jari lentiknya mulai semakin menjalar, hingga Yoona tidak menyadari mata Erlan perlahan terbuka menatap dirinya.
Tindakan yang sedang Yoona lakukan dapat membangkitkan hasrat besar dari dalam tubuh Erlan. Pria itu tiba-tiba bangkit dari tidurnya, dan menahan tubuh Yoona agar berada di bawahnya.
"Aku merindukanmu," lirih Erlan dengan perlahan sembari membenamkan wajahnya di atas leher Yoona.
Sensasi yang besar sampai Yoona tidak dapat menolak, matanya terpejam, dan mulai mengimbangi setiap gerakan Erlan. ******* nikmat mulai terdengar di telinga, dan tidak terduga kecupan mesra semakin melaju tanpa hentinya.
Satu per satu Erlan mulai melepaskan penghalang yang menghalangi tangannya, menjalar dengan cepat sampai membuat Yoona tak lagi berkutik.
"Aaah ... Mas Erlan, aku mencintaimu."
"Aku ingin dirimu, malam ini." Kesadaran Erlan yang belum sepenuhnya tahu siapa yang sedang terkam, tetapi pikirannya hanya tertuju kepada tunangannya dulu.
Tanpa Erlan sadari, tubuh Yoona jauh lebih berisi daripada tunangannya. Ia makin bergairah membuat Yoona terjatuh dalam hasrat yang sedang ia pendam.
Angin berhembus kencang dari balik jendela kamarnya yang masih terbuka bebas. Rasa dingin yang ikut menyatu mampu membuat keduanya semakin erat mendekap. Erlan mulai menjalankan aksi liarnya, dan Yoona mulai mengimbangi dengan melebarkan posisi kakinya.
Tepat ketika Erlan berhasil merampas mahkota miliknya, tetesan air mata terjatuh perlahan dengan rasa perih yang ikut ia rasakan.
"Mas Erlan."
"Ya, Sweetie. Kau suka? Aku akan semakin cepat."
Seketika rasa nikmat yang sedang berada diketinggian tiba-tiba terhempas kan dengan rasa cemburu. Yoona terdiam, dan hanya menerima gerakan lanjutan dari suaminya.
Sungguh tidak pernah Yoona duga bahwa ternyata sedang Erlan pikiran ternyata bukanlah dirinya. Tangisan mulai menetes deras saat rasa nikmat yang harus ia tahan dengan rasa amarah dan benci kepada dirinya sendiri.
Ronde pertama telah usia, dan Yoona berpikir dirinya bisa lega. Tepat ketika ia bangkit dengan menarik selimutnya, tiba-tiba Erlan kembali menghujamkan dan tak membiarkan wanita itu lepas hingga ronde selanjutnya tiba.
Jauh lebih besar, tetapi Yoona merasa hina dengan tubuhnya sendiri walaupun kepada suaminya.
Akhirnya pria itu terlelap dengan begitu pulas setelah kelemahan dirinya keluar dua kali. Namun tidak dengan Yoona yang justru menatap suaminya.
"Mas, sekarang kau telah memenuhi tugasmu. Aku berjanji akan belajar menjadi istri yang baik sampai kelak kau bisa melupakan tentang masa lalu, meskipun akan sangat mustahil," gumam Yoona lalu memberikan sebuah kecupan di pipi Erlan.
Beranjak turun dari atas kasur, Yoona berdiri di depan cermin seraya menatap dirinya sendiri yang masih tak menggunakan pakaian. Terlihat noda-noda merah di lehernya yang membuktikan malam kedua telah menjadi kisah cinta untuknya.
"Bahkan kau menganggap ku orang lain saat tubuhku kau gunakan, Mas." Tangisan Yoona semakin tidak terbendung.
Berlari masuk ke dalam kamar mandi sembari menangis di bawah guyuran air. Entah mengapa ia merasa sangat terhina, dan hanya bisa memeluk lututnya dengan tangisan yang berusaha ia sembunyikan.
Di pagi hari yang cerah sembari Yoona membuka tirai jendela. Ia melihat Erlan masih tertidur begitu pulas. Sudah ada bubur hangat dengan susu segar di atas meja yang sengaja ia buatkan.
Berusaha membangunkan Erlan dari tidurnya, hingga pria itu terbangun.
"Mas Erlan, ayo sarapan dulu."
"Sarapan? Jam berapa sekarang?" tanya Erlan dengan mata yang masih terpejam.
"Baru jam sepuluh pagi, Mas. Sekarang bangunlah. Nanti buburnya dingin," pinta Yoona seraya mengusap rambut Erlan untuk dapat memberikan kenyamanan.
Menjauhkan tangan Yoona dengan cepat, Erlan terbangun, tetapi menatap wajah Yoona dengan penuh kebingungan.
"Ngapain masuk ke kamar orang?" tanya Erlan dengan raut wajah yang datar.
"Maksudnya, Mas? Ini kan juga kamarku, kita sudah menikah."
"Hanya menikah, tapi tidak untuk harus sekamar. Lain kali kalau masuk ke sini ketuk pintu dulu. Jangan main nyolong aja!" bentaknya. Yoona hanya terdiam dengan rasa tak percaya.
Menarik selimutnya, tanpa Erlan ingat bahwa ia telah melewati malam yang indah. Tubuhnya masih begitu polos, hingga Erlan terkejut saat dirinya terlihat polos di depan Yoona.
"Sial! Wanita itu pasti sudah menodai ku," gumam Erlan dengan penuh curiga. Ia segera bergegas untuk pergi ke kamar mandi.
Sesaat kemudian Erlan melihat bercak darah di selimuti yang ia kenakan. "Darah ini, kan ...."
Tiba-tiba Yoona menahan. "Jangan lupa buburnya, Mas."
"Enggak perlu, buang saja sana!" sahut Erlan dengan ketusnya.
Padahal, Yoona sudah berusaha untuk bangun begitu pagi sembari belajar membuatkan bubur pertama. Meskipun ia tetap harus melihat resepnya dengan kondisi rasa mengantuk yang masih berat.
Memilih untuk tidak mengambil hati, dan tetap menunggu sampai Erlan bersiap-siap.
"Mau aku bantu pasangkan dasinya, Mas Erlan?" tanya Yoona saat melihat Erlan sedikit kesulitan.
"Tanganku masih lengkap, jadi tidak perlu repot-repot."
"Tapi, Mas, itu dasinya miring loh."
"Aku bilang enggak perlu, ya enggak! Ngerti enggak sih kalau dibilang?!" Erlan merasa kesal hingga membentak dengan kasar. Matanya seakan-akan sampai melotot keluar.
"Aku tahu kalau Mas Erlan enggak mau aku sentuh, tapi bisa tidak sedikit saja untuk menghargai diriku? Apalagi semalam kita sudah-" Tiba-tiba ucapan Yoona terhenti karena ia merasa malu untuk mengatakannya.
Membuat Erlan mengerti dengan jalan pikiran istrinya, ia berjalan mendekati sembari menaikkan dagu Yoona dengan salah satu jarinya.
"Hei, jangan terlalu senang dulu. Kita mungkin sudah bersatu, tapi itu hanyalah kepuasan sesaat. Terlebih kau wanita yang tidak tahu malu. Dasar menjijikkan," ketus Erlan dengan hinaan tanpa pengereman.
"Lalu kenapa kau harus menyentuhku jika aku ini menjijikan, Mas? Tidakkah aku juga berharga?" Yoona bertanya dengan berusaha menguatkan dirinya meskipun matanya sudah berkaca-kaca.
"Karena aku hanya penasaran, kau tahu sekarang? Besok-besok, tidak perlu menungguku di kamar ini."
"Tapi, Mas-'
"Aku tidak suka dengan bantahan. Oh, satu hal lagi. Jika keluargaku datang ke sini, bersikaplah manis seolah-olah kita pasangan yang harmonis. Yoona, harus ingat. Jangan terlalu berbesar hati karena diriku masih berusaha mencari bukti tentang kepergian tunanganku."
"Aku tahu di mana keberadaan Kak Fiona sekarang, Mas. Jadi, berhentilah untuk mengharapkan dirinya."
"Katakan di mana dia sekarang?" tanya Erlan dengan begitu cepat membalikkan tubuhnya saat ingin bergegas pergi.
"Baiklah, akan aku katakan, Mas. Namun sebelum itu, izinkan aku mengatakan satu syarat untukmu, Mas Erlan."
"Kau berusaha mempermainkan diriku, Yoona!" Erlan begitu kesal sampai membentak dengan memegang leher istrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
lovely
kejammmm amattt y😡
2023-05-16
2
Ig & fb : Karlina_Sulaiman
lanjut kak beb ♥️
2023-04-08
0