Kecemburuan dan kekesalan bersamaan datang sampai membuat Yoona terus melamun. Erlan menepuk pundak istrinya seraya bergerak lebih dekat.
"Aku heran denganmu, Sweetie. Apa kau tidak bahagia menikah denganku?" tanya Erlan yang mulai semakin merasa adanya perubahan.
"Ti-tidak ada, Erlan, maksudku tentu saja sangat dan sangat bahagia." Terdengar suara Yoona sampai gelagapan. Bahkan ia berusaha untuk tidak menatap wajah suaminya.
Membuat Erlan terdiam sembari berjalan mundur dua langkah. Tiba-tiba ia mengambil sebuah kotak kecil, di dalamnya berisi patung merpati bersamaan dengan kedua nama panggilan mereka.
"Lagi-lagi kau terus memanggilku begitu, Sweetie. Sekarang aku ingin mendengar seperti kau memanjakan dirimu selama ini."
"Oh tidak, apa yang harus aku ucap sekarang?" batin Yoona yang mulai gelisah.
Untuk kedua kalinya, Erlan memaafkan istrinya yang sama sekali tidak dapat mengenali nama panggilan kesayangan mereka. Ia berusaha untuk tidak curiga karena sejak dulu sang kekasih tidak pernah berubah.
"Ya sudah kalau begitu ayo makan dulu, setelah itu baru kita tidur," ajaknya.
"Langsung tidur? Benarkah?"
"Memangnya kenapa? Jika kau tidak mau, aku masih bisa menjagamu sampai pagi, Sweetie."
"Ah tidak-tidak. Memang tidur yang paling tepat."
Dengan penuh ketulusan, Erlan menyuapi Yoona makan sampai tidak tersisa. Pria itu sangat antusias sampai memastikan agar istrinya tidak kekurangan apapun.
Bukannya memilih tidur seperti yang sudah terucap, namun dengan sengaja Erlan berjalan di belakang Yoona seraya membuka perlahan pengait yang menghalangi jalannya.
Malam yang diidamkan, membuat Erlan tersenyum manis. Yoona kembali terpesona saat pria itu mulai melepaskan pakaiannya sendiri. Sampai Yoona tidak menyadari bajunya telah berhasil terbuka.
"Sweetie, aku mencintaimu," bisik Erlan sampai membuat Yoona merasakan sensasi liar dari dekat telinganya.
"Aku juga mencintaimu, Erlan." Tanpa tersadar, Yoona telah mengucapkan isi hatinya yang paling dalam dengan mata terpejam.
"Selama tujuh tahun hubungan kita, aku telah berhasil menjagamu hingga pernikahan ini tiba. Sweetie, kau milikku, dan hanya untukku."
"Jadi, mereka belum melakukan hubungan sejauh itu saat bersama? Itu artinya aku sudah berburuk sangka. Tapi sekarang tidak lagi, aku akan menyerahkan hakku sebagai istrimu, walaupun dari atas langit kakakku tahu jika aku bukanlah dirinya," batin Yoona yang mulai merasa sedikit lega setelah mengetahui kebenarannya.
"Erlan, argh ... aku menginginkanmu." Yoona mulai kehilangan kendali ketika tubuhnya sudah pasrah seraya mengusap perlahan rambut Erlan.
Merebahkan perlahan tubuh Yoona yang sudah lepas dari pakaian atasnya, kedua bola kelapa yang sudah siap untuk disantap. Terpampang dengan jelas di depan mata Erlan, namun dengan tiba-tiba pria itu terdiam.
"Tanda lahir ini? Tunanganku tidak memiliki tahi lalat ini di bawah dada kirinya. Itu artinya ... dia bukanlah Fiona," batin Erlan yang mulai tersadar.
Membuat Yoona merasa bingung saat Erlan mulai melepaskan sentuhannya. "Ada apa?"
Erlan menjauh sembari mengusap wajahnya dengan cepat. Ia mulai merasa kebingungan dan tak percaya dengan apa yang sedang ia lakukan.
Berbeda dengan Yoona yang perlahan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya, ia berjalan mendekat sembari bertanya. "Mas Erlan, kau baik-baik saja?"
"Enyah dari hadapanku, penipu!" Tiba-tiba Erlan membentak setelah menepis tangan Yoona dengan kasar.
"Apa maksudmu? Aku ini sweetie—mu, Erlan." Berusaha untuk membuat pria itu luluh, Yoona tidak menyerah, ia memeluk Erlan dari belakang.
"Jangan sentuh aku, Yoona! Aku katakan pergi dari sini, maka pergilah sekarang!" bentak Erlan yang semakin berlebihan.
"Tidak, mungkinkah dia sudah tahu jika aku bukan kakakku?" batinnya.
Dengan sangat terburu-buru, Erlan mengambil ponselnya seraya menelan panggilan kepada kekasihnya—Fiona. Tanpa ia sadari wanita yang ia nantikan telah berbeda alam.
"Ayo angkat teleponku, Sweetie. Kenapa ponselmu tidak menyala? Astaga, ada apa denganmu?" Erlan begitu cemas hingga ia kembali berusaha walaupun sama sekali tidak ada hasilnya.
Melihat kesedihan yang sedang Erlan rasakan, membuat Yoona tidak dapat menahan tangisnya. Wanita itu terdiam dalam tangisan, namun tidak dengan Erlan yang kembali berjalan kearahnya.
Memegang kedua bahu Yoona dengan sangat kuat sembari bertanya. "Katakan di mana tunanganku? Kenapa kau gantikan dia? Aku tahu bahwa kau bukanlah Fiona, tapi Yoona."
Yoona berusaha menggelengkan kepala dalam tangisan yang semakin tidak bisa ia kendalikan. Ingin rasanya berkata jujur, tetapi mulutnya tak dapat terucap.
"Kenapa sekarang menjadi bisu?! Cepat jawab aku, wanita sialan!" Erlan terus membentak, namun ia sadar marah tidak akan menghasilkan apa-apa.
Membiarkan Yoona terus menangis, dan memilih berjalan pergi setelah mengambil jaket kulitnya. Yoona berusaha menghentikan suaminya di balik pintu.
"Jangan pergi, Erlan, aku mohon ...."
Menoleh ke belakang, lalu Erlan mencekal lengan Yoona dengan begitu kuat hingga wanita itu merasa kesakitan.
"Lalu apa yang harus aku lakukan di sini? Apa maksudmu, kau ingin kita tidur bersama, begitu? Jangan pernah bermimpi bahwa kau bisa menggantikan tunanganku meskipun wajah kalian sama, tapi bagiku, kau tidak ada harganya," geram Erlan dengan ucapan hinaan yang belum pernah Yoona dengar.
"Maafkan aku, Erlan. Tapi, sekarang aku adalah istrimu." Yoona berusaha tetap kekeh.
"Oh ya? Jadi, kau istriku, begitu? Baiklah akan aku tunjukkan bagaimana aku melihat seorang istri seperti dirimu ini," ketus Erlan dengan nada ancaman.
Yoona merasa ketakutan saat pria itu mulai kembali menutup pintu kamarnya, meskipun awalnya tidak ingin Erlan pergi, namun ia sadar keberadaannya sekarang merasa terancam.
"A-apa yang ingin kau lakukan?" tanya Yoona sembari berjalan mundur.
"Bukankah kau sebut dirimu sebagai istriku?"
"Aku bisa menjelaskannya, Erlan."
"Ya, kau harus jelaskan saat berada di bawah sana."
"Tidak, Erlan, jangan lakukan itu!" Yoona berusaha menghindar, namun sialnya selimutnya justru terjatuh.
Membuat Erlan berada di dalam amarah, namun justru hasrat yang terpendam. Merasa kesulitan untuk harus berpikir tenang, Erlan hanya melihat wajah yang sama dengan tunangannya, namun bayangan tanda lahir itu kembali membuat dirinya murka.
Malam itu membuat Yoona tidak dapat bergerak setelah kedua tangan dan kakinya terikat. Ia terus menangis sembari berharap agar Erlan dapat memaafkan dirinya.
"Tolong, lepaskan aku, Erlan."
"Kau kan istriku, Yoona—tersayang," sahut Erlan tanpa ada rasa peduli. Hanya ada kebencian yang mulai merasuki hati dan pikirannya.
"Jangan sakiti aku ... aku akan berjanji akan mematuhi semua aturanmu sebagai rasa bersalahku, Erlan."
Ucapan Yoona seketika membuat Erlan terdiam saat ingin menjalankan aksi pembalasan. Namun, pria itu berpikir jika yang sedang Yoona ucapkan hanyalah sebuah kebohongan demi lepas darinya.
"Ucapkan saja semau mu, tapi aku tidak akan peduli. Sekarang kau harus menerima hukuman dariku."
"Tidak, Erlan. Kali ini aku tidak berbohong."
"Benarkah? Maka berjanjilah untuk selalu mematuhi aturanku, dan kau hanya berhak untuk menerima hukuman di sepanjang pernikahan ini."
"Aku akan berjanji, tapi tolong lepaskan dulu ikatan ini, Erlan. Tangan dan kakiku merasa kesakitan."
"Bukankah kau istriku? Maka terima saja rasa sakit ini seperti kebohongan besar darimu, kau harus bersiap di malam pertama kita."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
mama Al
jadi mereka bertukar tempat
2023-05-08
0