bab 5

Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya seorang Dokter keluar dari ruangan itu!

Semua keluarga berdiri dan menghampiri Dokter itu.

"Dokter, bagaimana keadaan anak saya?" tanya Merlyne pada Dokter itu.

"Anda Ibunya?"

"Ya, saya Ibunya."

"Alhamdulillah, pasien selamat tapi karena kehabisan banyak darah, sekarang pasien dalam keadaan kritis."

"Apa! Dokter apa anak saya bisa selamat?"

"Kita do'akan saja yang terbaik untuk pasien."

"Apa saya bisa menemui anak saya?"

"Saat ini belum bisa Bu, nanti setelah pasien dipindahkan ke ruang rawat, baru Anda bisa menemuinya. Saya permisi."

"Silahkan Dokter, terimakasih," ucap Daniel.

Chintya menangis dipelukan Ibunya, dirinya tak menyangka pernikahan yang seharusnya membahagiakan berubah menjadi derita yang menyakitkan.

"Sabar Nak, suamimu pasti sembuh," ucap Arsintha pada Chintya.

"Saya tidak akan pernah mengizinkan anak saya melanjutkan rumah tangganya dengan kamu. Setelah anak saya sembuh saya akan minta dia menceraikan kamu. Dasar wanita pembawa sial," ujar Merlyne.

"Astaghfirullah, Ma! Sadar dengan ucapan Mama," ucap Daniel.

Chintya dan keluarganya hanya bisa diam dan menyimpan rasa sakit hati yang ditorehkan oleh Mamanya Marcell.

"Memang wanita itu pembawa sial Pa, coba kalau Marcell tidak menikah dengan Chintya, mungkin sekarang Marcell sehat-sehat aja."

"Ma, aku juga tidak menginginkan ini terjadi tapi aku juga tidak bisa menolak kehendak yang kuasa. Aku mencintai Mas Marcell," ucap Chintya.

"Dasar wanita pembawa sial, cinta kamu terhadap anak saya justru membuat nyawa anak saya terancam."

"Ma udah, udah ya Ma. Malu sama orang lain." Julius membawa Merlyne kedalam dekapannya lalu membawanya menjauh dari tempat itu.

"Pa, aku nenangin Mama dulu," ucap Julius pada Daniel sebelum dirinya pergi.

Setelah mereka pergi, Daniel berjalan mendekati Chintya lalu menatapnya dengan tatapan sendu.

"Nak, maafkan Mama ya. Mama memang suka gak bisa ngobrol emosinya saat khawatir seperti ini."

"Tidak apa-apa Pa, aku mengerti dengan apa yang Mama rasakan," ucap Chintya dengan suara parau.

"Pak Samuel, Bu Arsintha, maafkan istri saya ya."

"Iya Pak, kami sudah memaafkan Bu Merlyne," sahut Arsintha sementara Samuel hanya menganggukkan kepalanya.

**********

Di sebuah rumah mewah yang berada di kawasan Jakarta.

Alice berdiri di balkon kamarnya sambil tersenyum sendiri.

Tangannya tak berhenti menggulir layar ponsel miliknya.

"Gak sabar deh pengen ketemu Marcell. Dia pasti senang melihat aku kembali," ucap Alice sembari menatap semua foto Marcell yang ada dalam ponselnya.

Senyum bahagia terus membingkai di wajah gadis yang bernama Alice itu.

"Tapi kapan ya aku ke rumah Marcell? Dari tadi ditelpon tapi telponnya gak aktif apa aku telpon Tante Merlyne aja ya? Eh jangan deh, nanti malah Marcell gak suka kalau aku ngasih tahu orang lain duluan."

**********

"Vin kamu mau kemana udah rapi begitu?" tanya Arum ~ Ibunya Kevin.

"Aku mau pergi sebentar, Ibu jangan cari aku kalau aku gak pulang," sahut Kevin.

"Katanya sebentar kok sampai gak pulang?"

"Ya takutnya ada urusan mendadak Bu. Ini aku ada tugas dari perusahaan."

"Ya sudah, kamu hati-hati ya."

"Iya Bu, aku pasti hati-hati kok."

Kevin beralasan ada tugas dari perusahaannya padahal dirinya ingin bersembunyi, takutnya keluarga Marcell melaporkannya ke polisi dan jika ada Polisi yang datang ke rumahnya, dirinya sedang tidak ada di rumah.

"Vin jangan lupa makan ya."

"Iya Bu, aku pamit ya."

Kevin mencium punggung tangan sang Ibu lalu segera pergi dari rumahnya.

Dihadapan Ibu dan semua orang di sekitarnya, Kevin tak pernah menunjukkan sikap kasarnya. Semua orang mengenalnya sebagai pribadi yang baik dan ramah pada semua orang.

*********

Di rumah sakit.

Kini Marcell sudah berada di ruang rawat, dirinya pun sudah sadar dari pingsannya dan sudah berhasil melalui masa kritisnya.

Berkat doa semua orang yang menyayanginya, Marcell masih bisa selamat dan bisa melewati masa kritisnya dengan cepat.

Di ruangan rawat.

Chintya duduk di kursi yang ada di samping ranjang rumah sakit, dengan air mata yang terus mengalir, dirinya menggenggam tangan Marcell dengan lembut.

Tak ada kata yang terucap dari mulut Chintya, semua yang ingin diutarakannya tersimpan di dalam hatinya.

Hening, hanya ada suara sedu tangisan Chintya yang menghiasi ruangan itu.

Kedua orang tua Chintya hanya bisa menatap putrinya dengan pilu, betapa berartinya cobaan yang Allah berikan dalam pernikahan yang belum sampai satu minggu itu.

Arsintha menangis namun tak mengeluarkan air mata, nasib putrinya begitu memilukan dan menguras air mata dan pikiran.

Samuel mengelus punggung sang istri untuk menenangkan istrinya yang menangis deras.

Julius masuk ke dalam ruangan itu dan langsung menghampiri Chintya!

"Kak maaf ya, bukannya aku ingin mengusir kakak tapi ini demi kebaikan kita semua. Mama mau masuk untuk melihat keadaan kak Marcell, bisakah kakak keluar sebentar? Aku tidak mau Mama melakukan kekerasan lagi sama kakak," ucap Julius dengan penuh kehati-hatian.

Chintya menarik nafasnya panjang lalu membuangnya lalu dia mengusap air matanya yang mengalir di pipinya! Chintya menganggukkan kepalanya pelan lalu bangkit dari duduknya.

"Tolong, setelah Mama keluar dari sini kabari aku ya."

"Pasti kak, kakak tunggu saja di ruang tunggu ya."

Chintya dan kedua orang tuanya pun langsung keluar dari ruangan itu!

Bersambung

Terpopuler

Comments

Uneh Wee

Uneh Wee

pasti c marsell d suruh nikah sama mantan nya sama c marline tuh ...kan dia bnci sama menantu nya ...bisa " nya nyalahin org bu ..ha sadar apa itu mungkin teguran buat ibu ....baik dikit apa bu jngn kejam bnget bilang anak org pembawa sial segala ga mikir bnget yah ..dia kan punya org tua bu ...gimana kalau terbalik bu ..sama ga rasa nya tuh ....lanjut

2023-04-10

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!