bab 4

Tiba di rumah sakit. Julius langsung meminta bantuan dari petugas rumah sakit itu.

"Suster tolong bawakan tandu! Tolong kakak saya!" teriak Julius pada petugas rumah sakit.

Tak lama dua orang petugas rumah sakit itu datang dengan membawa tandu berjalan. Julius pun langsung membuka pintu belakang mobilnya dan segera menaikkan Marcell ke atas tandu itu.

"Tolong cepatlah, kakak saya sudah melemah."

Mereka mendorong tandu itu ke ruangan IGD agar Marcell mendapatkan penanganan secepat mungkin.

Chintya terus menangis dengan tangan dan bajunya yang kotor terkena darah dari lukanya Marcell.

"Dokter tolong selamatkan suami saya, saya mohon," ucap Chintya.

"Kami akan berusaha semaksimal mungkin, silahkan Anda menunggu di luar dan biarkan kami melakukan tugas kami dengan tenang," ucap seorang Dokter pada Chintya.

Dokter itu pun langsung masuk ke ruangan itu untuk segera menangani pasiennya.

"Pasien akan segera ditangani tolong selesaikan biaya administrasi nya dulu ya Mas, Mbak," ucap seorang suster pada Julius dan Chintya.

"Baik Sus, saya akan segera menyelesaikannya," sahut Julius.

"Kakak tunggu di sini aja ya, biar aku yang mengurusnya," ucap Julius pada Chintya.

Chintya hanya menganggukkan kepalanya lalu duduk di kursi ruang tunggu.

Tak lama setelah Julius pergi Ayahnya Alya datang ke sana.

"Nak, gimana keadaannya?" tanya Samuel.

"Belum tahu Yah, Dokter belum memberitahu aku."

"Sabar ya, kita do'akan saja yang terbaik untuk suamimu itu."

"Pak, Mbak, saya turut prihatin atas kejadian ini, semoga suami Mbak bisa tergolong dan sehat lagi seperti sediakala ya," ucap Pak penghulu yang sedari tadi bersama mereka.

"Iya, terimakasih atas perhatiannya Pak," sahut Samuel.

"Kalau gitu saya permisi ya." Penghulu itu pun langsung pergi dari rumah sakit itu!

Setelah beberapa saat, Julius kembali ke sana dengan membawa sebuah tas kecil di tangannya!

"Kak, baju kakak kotor terkena darah. Kebetulan di depan rumah sakit ini ada sebuah toko pakaian jadi aku belikan untuk kakak. Kakak ganti dulu pakaian kakak ya, biar gak mengganggu orang lain juga karena dari tadi aku lihat banyak orang yang ngeliatin kakak," ucap Julius sembari memberikan tas kecil yang dia pegang pada Chintya.

"Terimakasih ya." Tanpa penolakan, Alya menerima pakaian yang diberikan oleh Julius, dirinya pun menyadari bahwa banyak orang yang menatapnya dan mungkin merasa terganggu dengan bau amis darah yang berceceran di bajunya.

Alya pun pergi ke kamar mandi ucap membersihkan diri dan mengganti pakaiannya.

"Nak, terimakasih ya kamu sudah banyak membantu Chintya," ucap Samuel pada Julius.

"Jangan berterimakasih Pak, saya ini kan adiknya Kak Marcell, sudah sepantasnya saya membantu mereka."

*******

Di sebuah Bandara di kota itu. Seorang gadis cantik baru tiba di sana setelah beberapa bulan tinggal di luar negeri.

Alice, seorang gadis berkulit putih dan memiliki rambut kriting ombak, wajahnya berbentuk oval dengan mata coklat dan hidung mancung semakin menambah kesempurnaan dirinya.

Alice adalah mantan kekasihnya Marcell, dia sengaja pulang ke Indonesia untuk mengejar kembali cinta Marcell setelah hampir satu tahun mereka putus karena Alice yang hendak menetap di luar negeri.

"Selamat datang Indonesia, selamat datang Marcell. Aku datang untuk melanjutkan hubungan percintaan kita yang sempat terhenti," gumam Alice dengan senyum yang terus mengembang di bibirnya.

Alice memang tidak mengetahui bahwa Marcell sudah menikah karena dari sosial media milik Marcell pun tak ada posting Marcell sudah menikah ataupun bertunangan.

*******

"Aaaaah! Sial! Kenapa aku harus gagal memiliki Chintya? Padahal tinggal sedikit lagi Chintya akan resmi menjadi milikku!" Di tempat yang lumayan jauh dari Alya dan keluarganya berada, Kevin terus berteriak mengatakan kalimat umpatan.

Kevin begitu marah dan kesal karena tak jadi menikahi Chandra.

"Semua ini gara-gara Marcell, untunglah aku sudah melukai dia. Semoga saja dia tidak bisa diselamatkan agar aku tidak memiliki halangan untuk mendapatkan Chintya."

Seolah tak melakukan kesalahan, Kevin bersikap biasa saja dan malah bahagia karena berhasil membuat Marcell terluka parah.

*******

Semua keluarga, berlarian menghampiri Chintya dan yang lainnya yang sedang menunggu Dokter keluar dari ruangan tempat Marcell ditangani!

"Bagaimana keadaan Marcell dimana dia sekarang?" tanya Merlyne pada siapapun yang bisa menjawab pertanyaannya.

"Chintya kamu tidak apa-apa Nak?" tanya Arsintha pada Chintya.

"Marcell masih ditangani oleh Dokter Ma," ucap Chintya pada Merlyne.

"Aku baik-baik saja, untung Marcell dan Julius datang tepat waktu tapi gara-gara nolongin aku, Marcell jadi celaka," ucap Chintya pada Ibunya.

"Kita do'akan saja yang terbaik untuk Marcell ya, semoga dia baik-baik saja," ucap Daniel.

Plak!

Tanpa basa basi, Merlyne menampar pipi Chintya hingga meninggalkan bekas kemerahan di pipinya.

Semua orang yang melihat itu terkejut dan tak percaya Merlyne melakukan hal itu pada gadis yang baru menjadi menantunya itu.

"Semua ini gara-gara kamu Chintya. Coba saja kalau kamu tidak diculik, mungkin anak saya tidak akan seperti ini! Kamu lihat anak saya, didalam sana dia sedang memperjuangkan hidupnya sedangkan kamu ... kamu di sini masih bisa bernafas lega. Saya tidak akan memaafkan kamu kalau anak saya sampai kenapa-kenapa." Merlyne yang tak terima anaknya mengalami hal buruk itu tanpa merasa malu atau pun canggung langsung memaki Chintya meski dia sana ada kedua orang tuanya Chintya.

"Mama! Apa yang Mama lakukan?" teriak Daniel.

"Ma sabar, ini juga bukan kemauan kak Chintya," ucap Julius.

Chintya hanya diam sambil memegangi pipinya yang terasa panas dan perih, air mata menetes semakin deras dari pelupuk nya, dirinya tak menyangka Ibu mertuanya sekejam itu padanya.

Arsintha memeluk Chintya dan membawanya menjauh dari Merlyne takutnya Merlyne melakukan kekerasan lagi pada putrinya itu.

"Pak, Bu maafkan istri saya ya mungkin dia sedang emosi jadi dia tidak bisa berpikir jernih," ucap Daniel pada kedua orang tua Chintya.

"Papa ngapain minta maaf, jelas-jelas ini kesalahan Chintya."

"Ma udahlah, semua sudah terjadi, ini takdir dari Allah yang harus kita jalani."

Keluarga Chintya hanya diam dan tak melontarkan sepatah kata pun. Bagi mereka, diam adalah jalan satu-satunya untuk menghentikan keributan yang ada dan juga untuk meredam emosi Merlyne.

Sebagai seorang Ibu, wajar saja Merlyne merasa khawatir dan marah. Tapi menurut Samuel tak sepantasnya Merlyne memperlakukan putrinya seperti itu terlebih dalam hal ini, Chintya juga korban bukan pelaku.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Uneh Wee

Uneh Wee

yah mamah nya mario maen tampar aja tahan emosi bu ...bukan mau cintiya lah dia d culik ...bnyak ranjau nya yah kevin pergi ada ranjau lain datng

2023-04-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!