Abah hanya diam saja, berpikir tentang mimpi Najwa itu. Umi Dila dan Najwa menunggu tanggapan tentang mimpi itu dari mulutnya.
"Bagaimana bah? Apa ada artinya mimpi itu?" tanya umi Dila.
"Abah pikirkan dulu, tapi menurut abah Najwa jangan memikirkan tentang mimpi itu. Takutnya itu datang dari syetam saja, jadinya membuat bimbang kamu Najwa." kata abahnya.
"Iya bah, tapi. Selama seminggu ini, aku juga istikharah dengan membuka Al-qur'an kok. Dan hasilnya juga tipis, tapi bagus dapatnya." kata Najwa.
"Kamu juga membuka Al-qur'an secara acak?"
"Ya, dan dapatnya bagus sih bah." jawab Najwa.
"Ya sudah, kamu sudah melakukan usaha dengan istikharah seperti itu. Tinggal berdoa saja yang terbaik untukmu seperti apa. Pasti Allah akan memberikan takdir yang baik untukmu. Kamu orang baik, nak. Jadi, jangan khawatir akan sesuatu yang buruk tentang usahamu itu. Jika itu terjadi, namanya ujian. Dan kamu harus bisa melewatinya." kata abahnya.
"Iya bah, aku sudah ikhlas kok apa yang akan di terima nanti. Apa pun itu, aku ikhlas." kata Najwa.
"Bagus itu, abah dan umi cuma bisa mendoakanmu. Biar kamu di berikan takdir yang baik dan kamu bisa melewati ujian kelak." kata abahnya lagi.
"Iya Najwa, umi juga selalu mendoakan kebaikan untukmu." ucap umi Dila menimpali.
Najwa tersenyum, dia tahu kedua orang tuanya sangat menyayanginya dan selalu mendoakan terbaik untuknya. Tinggal bagaimana dia menyikapi takdir yang akan di terimanya nanti.
_
Dua hari setelah janjinya itu, Azam pun datang lagi. Dia meminta kembali pada mantan mertuanya, meminta Najwa untuk jadi istrinya lagi. Meski agak sulit dan melalui tahapan panjang, tapi dia rela menunggunya.
"Assalamu alaikum." ucap Azam di depan pintu rumah Najwa.
"Wa alaikum salam." jawab umi Dila yang kebetulan ada di rumah.
Umi Dila membuka pintunya dan terlihat Azam tersenyum dan membungkuk hormat padanya. Azam menyalami tangan umi Dila, dan umi Dila tersenyum.
"Eh, nak Azam kesini lagi." kata umi Dila basa basi.
"Iya umi, kan saya sudah janji akan kesini lagi." kata Azam.
"Oh ya ya. Heheh." kata umi Dila tertawa kecil.
"Kok sepi umi? Najwa sama abah kemana?" tanya Azam ketika dia masuk dak duduk di kursi tamu.
"Najwa sedang ke yayasan, dia sekarang mulai mengajar lagi. Dan abah ada urusan di kantor kecamatan." jawab umi Dila.
"Ooh, apa saya boleh menunggu umi?" tanya Azam.
"Ya, boleh saja. Masuk saja nak Azam, mungkin sebentar lagi Najwa juga pulang kok." kata umi Dila lagi.
"Terima kasih umi." kata Azam.
Dia duduk dengan gelisah. Menunggu Najwa pulang dari mengajar, sedangkan umi Dila masuk untuk membuatkan minuman dan juga cemilan. Setelah selesai, umi Dila membawanya ke depan. Menyuguhkan pada Azam.
"Di minum dulu nak Azam, barangkali haus." kata umi Dila.
"Iya umi, terima kasih." kata Azam.
Dia mengambil cangkir berisi air teh hangat, kemudian mengambil keripik untuk cemilan menghilangkan rasa gelisahnya.
Tak lama, abah datang. Azam berdiri lalu menghampiri dan menyalami mantan mertuanya itu. Abah tersenyum, dia masuk ke dalam kamarnya. Sedangkan Azam duduk lagi, selang beberapa menit Najwa pun datang. Azam menoleh ke arah Najwa, begitu juga sebaliknya.
"Dek, sudah pulang?" tanya Azam.
Najwa hanya tersenyum, dia mengangguk kemudian masuk ke dalam kamarnya. Inilah yang membuat Najwa bingung sejak mimpi itu datang. Entah kenapa dia jadi bingung dengan permintaan Azam dua minggu lalu. Najwa pun duduk di sisi ranjangnya, menunduk kemudian menghela nafas panjang.
"Najwa, kamu di dalam?" tanya umi Dila di depan kamar Najwa.
"Iya umi." jawab Najwa.
Umi Dila pun masuk ke dalam kamar Najwa, dia melihat anaknya sedang duduk di sisi ranjangnya. Umi menghampiri Najwa yang terlihat sedang bingung itu.
"Ada apa lagi Najwa? Kamu kok sepertinya bingung banget." kata umi Dila.
"Ngga tahulah umi. Apa aku harus menerima permintan mas Azam itu?" kata Najwa.
"Kan kamu sudah melakukan sholat istikharah selama tujuh hari itu. Jawabannya juga sudah bagus kan?" kata umi Dila.
"Tapi, tetap saja aku masih ragu umi." kata Najwa lagi.
"Najwa, terkadang keraguan itu datangnya dari syetan lho. Abah juga bilang kan, jika Azam memintamu kembali. Tapi belum tentu itu langsung kembali bersama, harus ada prosesnya lebih dulu. Itu kalau Azam mau menerima syaratnya dan harus menyetujuinya juga. Kalau tidak, ya tetap saja kalian belum tentu jodoh sekarang." kata umi Dila.
"Iya umi. Aku tahu, hanya apakah mas Azam mau dengan syarat-syaratnya nanti." kata Najwa.
"Ya harus mau, Najwa. Kalau tidak mau, ya sana cari istri lain. Lagi pula, dia juga harus menikah lagi kan. Ngga bisa kamu yang menikah saja, dia juga harus menikah lagi." kata umi Dila lagi.
Ini yang memang berat bagi Najwa, Azam menikah lagi dan dirinya juga. Apakah akan rela nanti istrinya di nikahi hanya untuk di cerai dan menikah lagi dengannya. Sama dengan dirinya, menikah dengan laki-laki lain. Tapi harus bercerai juga, apa itu bagus?
Dalam ketentuan islam memang di perbolehkan, tetap bisa juga dengan syarat dan orang itu di bayar dengan kesepakatan bersama. Hanya menikah dan berhubungan satu kali kemudian di cerai.
Dalam pikiran Najwa, hal itu memang sangat bertentangan dengan nurani. Itu jika kedua pasangan ingin rujuk dengan paksa, seperti itu jalannnya.
"Ayo kita keluar, nak Azam sudah menunggu sejak tadi. Abah juga sudah pulang dari tadi." kata uminya.
"Iya umi. Aku ganti baju dulu, tidak enak kalau pakai baju mengajar terus mengobrol lama. Lagi pula bajunya sudah bau keringat, asem. Heheh." kata Najwa tertawa kecil.
"Ya sudah, umi ke depan dulu. Temani abah dan nak Azam di depan. Jangan lama-lama ganti bajunya." kata umi Dila.
"Iya umi."
Umi Dila pun keluar dari kamar Najwa. Najwa menarik nafas panjang, dia bingung juga harus bagaimana. Meski abahnya mengatakan serahkan saja semuanya padanya, tapi tetap saja dia bingung harus mengatakan apa.
Najwa pun segera mengganti bajunya dengan baju santai. Waktu sudah sore dan seharusnya dia tadi sepulang dari mengajar itu mandi lebih dulu, tapi karena sedang di tunggu di ruanf tamu oleh Azam dan kedua orang tuanya untuk membicarakan masalah keinginan Azam itu.
Setelah selesai, Najwa keluar dengan baju daster panjang dengan kerudung instan berwarna dusty pink menyesuaikan bajunya. Dia melangkah menuju ruang tamu, menemui Azam dan kedua orang tuanya. Tersenyum pada mantan suaminya itu kemudian duduk di sebelah uminya.
"Kok lama banget keluarnya, Najwa." kata abahnya.
"Ganti baju dulu bah, lengket pakai baju yang tadi." jawab Najwa.
Semuanya diam, Azam menatap Najwa yang terlihat cantik di matanya sore ini. Meski Najwa belum mandi, tapi memang Najwa terlihat manis dengan baju berwarna pink tersebut.
"Jadi, bagaimana dengan permintaanku bah?"
_
_
*******************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Tanti Umiyati
yg harus dg orang lain itu ceweknya autor, bukan cowoknya. coba baca2 lagi buku2 islam terkait perkawinan
2025-02-07
0
Mbah Edhok
jangan mau Wa...
2023-07-21
0