Pukul tiga dini hari, Najwa bangun dari tidurnya. Duduk lebih dulu, dia ingin sholat istikharah lebih dulu sebelum dia memutuskan apakah mau kembali pada Azam atau tidak. Karena semuanya dia dia gantungkan pada Sang Pencipta.
Najwa bangun dari duduknya dan segera keluar kamar menuju kamar mandi, suasana sangat sepi dan lengang. Najwa mengambil air wudhu untuk menunaikan sholat sunah tahajud dan istikharah. Setelah selesai, dia pun masuk lagi ke dalam kamarnya. Mengambil mukenah dan segera memanjatkan doa setelah menunaikan sholat malam.
Lama dia berzikir untuk memantapkan hatinya, lalu kemudian dia pun mulai sholat istikharah dua rokaat. Dengan penuh penyerahan diri pada Sang Khalik.
Semakin menjelang subuh, Najwa semakin khusyuk berdoa. Agar dia mendapatkan petunjuk dari apa yang sedang dia hadapi. Meskipun memang tidak langsung mendapat petunjuk, tapi dia akan terus berdoa di sepertiga malam untuk benar-benar yakin akan permintaan Azam di terima itu.
"Ya Allah, ampunilah hambaMu ini. Berilah petunjukMu dengan permasalahan yang hamba hadapi ini. Hamba bingung harus bagaimana dengan semuanya. Berilah petunjukMu pada hambaMu ini, amiin."
Doa-doa Najwa terus di lantunkan seiring zikir yang dia ucapkan sepanjang waktunya selama menghadap Sang Pencipta. Hingga, waktu subuh tiba Najwa pun segera menunaikan sholat subuh sebagai pamungkas doa yang dia panjatkan. Setelah itu, dia pun kembali berzikir lalu menyelesaikan semuanya.
Untuk melanjutkan tidur, dia tidak bisa. Akhirnya dia pun pergi ke dapur untuk bersih-bersih dan bersiap memasak makanan sarapan pagi nanti.
"Kamu sudah bangun, Najwa?" tanya uminya ketika melihat Najwa sedang mencuci piring.
"Iya umi, dari jam setengah tiga tadi belum tidur lagi. Jadi aku ke dapur aja. Sarapannya apa umi? Biar aku yang buatkan." kata Najwa.
"Nasi goreng aja, soalnya abah pengen sarapan nasi goreng. Katanya enak di kasib terasi, ada terasinya kemarin umi beli di warung. Sengaja buat nasi goreng permintaan abah." kata umi Dila.
"Ooh, baiklah umi. Nanti aku yang buat nasi gorengnya." kata Najwa menyelesaikan mencuci piringnya.
"Jangan lupa nanti bikin bakwan jagung juga, umi suka bakwan jagung buatan kamu." kata umi Dila lagi.
"Iya umi, bakwan jagung buatanku juga di sukai maaas Aazam dulu." kata Najwa ragu.
Entah kenapa dia ingat makanan kesukaan mantan suaminya dulu. Najwa pun diam, lalu menatap uminya dan tersenyum malu.
"Bilang aja kamu masih ingat mantan suamimu." cibir umi Dila.
Najwa hanya tersenyum, dia hanya ingat kalau Azam menyukai bakwan jagung buatannya. Bahkan sering memujinya, dan sampai habis beberapa biji.
"Kamu sudah dapat petunjuk dari Allah, Najwa?" tanya umi Dila lagi.
"Belum umi, kan baru satu kali ini aku sholat istikharah. Minmal kan tiga hari, atau tujuh hari." jawab Najwa.
"Kalau umi pikir ya, sebenarnya Azam itu baik dan dia juga sangat santun. Tapi memang karena kedua orang tuanya saja yang begitu. Tapi entah kenapa ya, umi pikir kamu itu ngga berjodoh lagi deh sama Azam." kata umi Dila.
"Kok umi ngomong begitu?" tanya Najwa heran.
"Ya, soalnya takdir itu tidak ada yang tahu Najwa. Kamu dan Azam bersatu lagi itu harus melewati tantangan lain, kamu harus menikah dulu dengan laki-laki lain. Dan Azam juga begitu, menikah lagi dengan perempuan lain. Jadi, di antara itu siapa yang tahu kalau nantinya kamu akan susah untuk berpisah dengan suami barumu. Ingat ya Najwa, pernikahan itu bukan untuk main-main. Jadi pikirkan baik buruknya lebih dulu, di samping kamu juga meminta petunjuk pada Allah swt." kata umi Dila.
Najwa kembali diam, meski ucapan uminya itu ada benarnya. Tapi dia juga ingin mencoba lagi hidup berumah tangga dengan Azam. Meski ada sifat Azam yang kurang di sukai olehnya, seperti suka memaksa. Tapi jika hal yang baik, menurutnya itu tidak masalah.
"Sudah, jangan di pikirkan ucapan umi. Itu hanya sebuah pikiran umi saja kok, dan abah juga nanti mencari solusi yang terbaik untuk kamu dan Azam agar bisa bersatu." kata umi Dila lagi.
"Umi tidak suka mas Azam kembali ya mi?" tanya Najwa.
"Ngga juga, tapi lebih pada memikirkan takdir saja. Jangan pikirkan ucapan umi, kan tadi umi sudah bilang. Jika kamu yang mengatakan mau bersama lagi dengan Azam, ya kami hanya mendukungmu saja Nahwa." kata umi Dila lagi.
Najwa diam lagi, sejenak dia ragu dengan ucapan uminya itu. Memang ke depan tidak ada yang tahu takdir apa yang akan dia terima nantinya. Dia juga belum tahu apa yang akan di lakukan abahnya, tapi yang jelas jika dia menyetujui kembali lagi dengan Azam. Dia harus menikah, dan abahnya yang akan mencarikan jodoh lain sebelum kembali pada Azam.
Tapi masalahnya, dia berpikir. Siapa nantu jodoh singkatnya itu? Apakah dia mau berjodoh dengannya meski singkat?
Entahlah, Najwa pusing memikirkan itu. Dia kini hanya fokus untuk berupaya meminta petunjuk pada Yang Maha Kuasa. Tidak mau memikirkan lebib jauh siapa nanti jodoh singkatnya. Atau suami selingannya nanti.
_
Lima hari berlalu, Najwa belum mendapat petunjuk apa pun dalam menentukan pilihan apakah dia mau menerima Azam lagi sebagai suaminya nanti. Tapi dia berpikir, masih ada dua hari lagi.
Namun, dia mulai gelisah ketika sudah lima hari ini belum ada petunjuk dari Sang Maha Kuasa. Umi Dila membiarkan Najwa melakukan ritual istikharahnya setiap malam. Dia juga belum membicarakan apakah Najwa sudah dapat petunjuk atau belum. Dia hanya nembicarakannya saja dengab suaminya.
"Bah, gimana menurut abah?" tanya umi Dila.
"Gimana bagaimana umi?" tanya abah.
"Ya, itu Najwa. Dia belum membicarakan tentang hasil istikharahnya sama umi. Apa dia belum mendapat petunjuk?" tanya umi Dila lagi.
"Biarkan saja umi. Kan masih ada dua hari lagi, jika belum dapat petunjuk juga. Berarti itu tinggal keputusan Najwa saja bagaimana. Abah juga akan meminta petunjuk juga sama Allah, biar tidak salah memberikan keputusan. Karena bagaimana pun, abah pasti yang akan memberi keputusan. Najwa pasti akan menyerahkannya sama abah, meski dia yang berhak dengan hidupnya sendiri." kata abah lagi.
"Iya sih, tapi umi sih agak kurang setuju lho bah. Kalau Najwa kembali lagi sama Azam." ucap umi Dila.
"Kenapa?" tanya abah heran.
"Ya, umi sih lebih berpikir takdir bah. Kita tidak tahu kan bagaimana takdir Najwa sebenarnya, tidak bisa juga di paksakan untuk mau menikah lagi dengan Azam." kata umi Dila lagi memberi pendapatnya.
"Tapi kan itu menurut umi, lain lagi mungkin menurut anakmu. Najwa memang belum lama menjanda, pasti akan terasa aneh juga kalau nanti menikah dan harus bercerai lagi. Tetangga pasti akan menggunjingkan Najwa. Jadi, biarkan Najwa sendiri yang membuat keputusan. Abah yang akan mengarahkan keduanya nanti, biar takdir itu bisa berjalan sesuai jalannya." ucap abah.
Umi Dila diam, memang itu urusan Najwa. Abahnya sendiri menyerahkan semua urusan ikhtiar pada Najwa, agar Najwa tidak diam dan sedih. Jadi abah dan umi Najwa hanya menunggu keputusan Najwa nanti setelah selesai melakukan istikharah dan mendapat petunjuk dari Yang Di Atas.
_
_
**********************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
ana Desiana
selepas ke 2 orang tua bisa s bilang masyarakat umum nya orng tua ga punya harga diri mau d injak2 mantan mantu nya .buat qu keren dgn kebijakan semua d serahkan k pada anak nya buat pilihan hdup Nya . sedangkan saya d sini ingin menikah dgn laki laki mana pun d tentang nya dgn ribuan alasan. juga ribuan ancaman sumpah serapah nya hamoir 12 tahun single parent pantau ketat luar biasa . sedangkan kebutuhan cucu nya bahkan saya d biarkan lungtang Lantung
2023-10-01
0
Mbah Edhok
Perteguh dengan memohon ketetapan pada Yang memegang garis hidup di dunia...
2023-07-21
0