Najwa gelisah, dua hari lagi waktunya selesai dalam menjalani sholat istikharah dalam mencari petunjuk mengenai permintaan Azam. Belum ada tanda apa pun, seperti keyakinan hati atau sebuah mimpi sebagai isyarat. Dan malam ini, Najwa pun kembali melaksanakan sholat istikharah kembali untuk yang terakhir kalinya.
Dia berharap ada petunjuk keyakina hati setelah melaksanakan sholat istikharah itu. Jika masih belum ada pentunjuk apa pun, maka semuanya akan dia serahkan pada abahnya.
"Ya Allah, semoga Engkau memberiku petunjuk untuk terakhir kalinya." gumam Najwa.
Lama Najwa melakukan sholat dan zikir, dia pun iseng membuka Al-qur'an tanpa sengaja. Dia menghitung jumlah huruf kho dan syiin dalam satu bukaan itu. Huruf kho menandai jika apa yang akan dia lakukan kembali dengan Azam adalah baik. Dan huruf syiin menandakan buruk jika dia lakukan keinginan Azam itu.
Dia hitung semua jumlah huruf tersebut, mana yang lebih banyak di antara dua huruf hijaiyah itu. Menurut guru mengajinya, itu bisa di lakukan untuk istikharah. Tapi belum tentu akurat hasilnya.
Sampai tiga kali membuka Al-qur'an hasipnya memang huruf syiin yang lebih banyak. Najwa mendesah panjang, ada kekecewaan di hatinya. Ternyata hasilnya kurang baik.
"Apa ini petunjuknya?" ucap Najwa pelan.
"Tapi, seperti ini kurang akurat hasilnya di banding dengan sholat istikharah." ucap Najwa lagi.
Najwa pun menguap, dia menutup Al-qur'annya lalu membaringkan sejenak untuk menawar rasa kantuknya yang menyerangnya. Najwa tertidur di atas sajadahnya dengan meringkuk.
Dalam alam bawah sadarnya, Najwa bertemu dengan Azam. Kenangan bersama Azam dulu sewaktu masih jadi suami istri melintas begitu saja di dalam mimpi Najwa. Dia merasa senang karena bisa kembali dengan Azam. Hari-hari berlalu, hingga suatu hari Azam membawa seorang laki-laki yang pernah Najwa temui ketika masih jadi istri Azam.
"Siapa dia mas?" tanya Najwa dalam mimpi tersebut.
Azam hanya tersenyum, dia membawa laki-laki itu untuk menyalami Najwa. Najwa diam saja, dia melihat laki-laki itu. Wajahnya teduh dan kalem, sedangkan Azam pun diam ketika Najwa tidak menerima salaman tangan laki-laki itu.
Kemudian Azam pun pergi, menatap Najwa dengan kesal. Tapi dia pergi meninggalkan Najwa dan laki-laki yang dia bawa.
"Mas Azam, jangan pergi!" teriak Najwa dalam tidurnya.
"Mas Azam!"
Brak!
Pintu kamar Najwa terbuka, terlihat umi Dila menatap anaknya yang tertidur di atas sajadah. Umi Dila pun mendekat dan membangunkan Najwa yang masih terperangkap dalam mimpinya itu.
"Najwa! Bangun nak." kata umi Dila menggoyangkan lengan Najwa.
"Najwa!"
"Aaah!"
Najwa membuka matanya, dia terkejut dan menatap umi Dila. Lalu bangkit dari tidurnya kemudian beristighfar.
"Astaghfirullahal adziim." ucap Najwa pelan sambil mengusap wajahnya.
"Kamu kenapa Najwa?" tanya umi Dila cemas.
"Ngga apa-apa umi. Mungkin aku ketiduran jadi mimpi tidak enak." jawab Najwa.
"Mimpi tidak enak bagaimana?" tanya umi Dila lagi.
"Entahlah umi, aku tidak mengerti. Mungkin karena tidur setelah sholat dan menjelang subuh, jadinya mimpi tidak enak." kata Najwa belum berani menceritakan tentang mimpinya itu.
"Kamu itu ada-ada saja. Ayo bangun lagi, kamu ambil air wudhu lagi dan lanjut sholat subuh. Umi juga mau ke kamar mandi, tapi dengar kamu berteriak. Jadi umi masuk ke kamarmu." kata umi Dila lagi.
Najwa tersenyum tipis, dia kemudian mengangguk. Lalu melepas mukenahnya dan segera bangkit untuk mengambil air wudhu lagi. Melanjutkan sholat isya dan lanjut berkutat di dapur seperti biasanya.
_
Satu minggu sudah Najwa melakukan sholat istikharah. Dia berkesimpulan kalau mimpi kemarin malam adalah petunjuk untuknya. Namun dia bingung dengan mimpi itu, jika mimpi itu adalah petunjuk. Kenapa Azam pergi meninggalkannya dengan laki-laki yanf dia sendiri tidak mengenalnya.
Dari pagi Najwa melamun saja, memikirkan mimpi itu. Hingga umi Dila jadi heran dengan sikap anaknya itu karena sejak pagi kebanyakan melamun.
"Najwa, kenapa kamu melamun terus? Dari pagi umi lihat kamu terus melamun, ada apa?" tanya umi Dila.
"Aku mimpi umi." jawab Najwa.
"Mimpi apa?" tanya umi Dila.
"Entahlah, aku bingung tentang mimpi itu." kata Najwa lagi.
"Lho, kok bingung? Coba ceritakan tentang mimpi itu, siapa tahu umi bisa mengerti dari mimpi kamu."
"Memang umi bisa mengartikan arti mimpi?"
"Ya, siapa tahu sebagai petunjuk selama kamu istikharah itu. Kamu belum yakin kan dengan semuanya?" tanya umi Dila.
"Yakin bagaimana umi?"
"Ya, sekarang umi tanya. Kamu sudah mendapat petunjuk dengan keyakinan kalau Azam itu baik untuk kembali sama kamu? Atau dalam mimpi itu, dia sangat baik menjadi suamimu lagi? Umi menanyakan mimpinya seperti apa?" tanya umi Dila lagi.
Najwa diam, dia menatap uminya lalu menghela nafas panjang. Bingung dengan mimpinya itu, apakah benar itu petunjuj atau sekedar bunga tidur saja. Tapi dia belum pernah mimpi aneh seperti itu, jika dia pernah memimpikan Azam karena kenangan masa lalu ketika bersama masuk ke dalam mimpinya. Tapi mimpi itu justru mengusik hatinya sejak bangun tidur pagi tadi.
"Najwa?"
"Mimpinya aneh umi. Mas Azam datang padaku, dia tersenyum. Lalu dia membawa seorang laki-laki, di perkenalkan padaku. Dia menyuruhku menyalaminya, tapi aku diam saja umi. Kemudian mas Azam itu pergi entah kemana. Makanya aku berteriak memanggil mas Azam waktu bangun itu, karena mas Azam tiba-tiba saja pergi dan meninggalkan laki-laki yang dia bawa bersamaku. Kan aneh umi, itu mimpinya." kata Najwa menjelaskan tentang mimpinya.
Umi Dila diam, dia menatap wajah anaknya. Dia tidak tahu arti mimpi itu, tapi sepertinya itu sebuah petunjuk.
"Coba umi tanya deh sama abah, barangkali abah mengerti tentang mimpi kamu itu." kata umi Dila.
"Tapi aku bingung dengan mimpi itu umi." kata Najwa.
"Bingung kenapa?"
"Laki-laki itu justru membawaku pergi."
Umi Dila diam, dia lagi-lagi mencerna ucapan Najwa, lalu dia menenangkan anaknya yang sepertinya Najwa sedang gelisah dengan mimpinya.
"Kamu tahu laki-laki itu dalam mimpi kamu?" tanya umi Dila.
"Aku ngga tahu siapa laki-laki itu, bahkan mas Azam tidak kembali lagi setelah laki-laki itu membawaku pergi." kata Najwa lagi.
"Ya sudah, kita tanya abah aja. Abah mungkin bisa menjawab semua kebingunganmu. Tapi, apa kamu sudah selesai istikharahnya?"
"Sudah, pas tadi malam itu terakhir. Dan setelah selesai sholat aku tidur, lalu mimpi itu." jawab Najwa.
Umi Dila tersenyum, dia bangkit dari duduknya. Di ikuti oleh Najwa, mereka menuju ruang tamu. Di mana abah sedang membaca buku-buku tentang keagamaan. Umi Dila duduk di depan abah, dan Najwa duduk di sebelah uminya. Abah pun melirik keduanya, melepas kacamata bacanya dan menutup bukunya. Dia letakkan buku di meja lalu mengambil air tehnya kemudian meminumnya.
"Ada apa kalian datang sama abah?" tanya abah.
"Ini bah, Najwa mau cerita tentang mimpi semalam." jawab umi Dila istrinya.
"Mimpi semalam?"
"Iya bah, Najwa mimpi tentang Azam. Tapi kata Najwa itu aneh." jawab umi Dila lagi.
"Kamu sudah selesai istikharahnya Najwa?" tanya Abah.
"Sudah bah, semalam selesainya." jawab Najwa.
"Coba ceritakan mimpi kamu semalam." pinta abah.
Lalu Najwa menceritakan tentang mimpi itu, dia awalnya biasa saja. Tapi kemudian menjadi khawatir akan tebakan mimpinya dari abahnya. Karena memang abah bisa mengartikan tentang sebuah mimpi. Najwa menceritakan sesuai yang di ceritakan oleh umi Dila.
"Begitu bah mimpinya." kata Najwa mengakhiri cerita tentang mimpinya.
Abah nampak berkerut, dia memikirkan apa yang di ceritakan oleh Najwa tentang mimpinya. Najwa menunggu dengan gelisah apa tebakan mimpinya oleh abahnya.
"Gimana bah? Abah tahu arti mimpi itu?" tanya umi Dila.
"Emm, abah belum paham sih umi. Tapu sepertinya itu sebuah petunjuk." kata abah.
"Petunjuk?!" tanya umi dan Najwa berbarengan.
"Ya, bisa di bilang begitu."
"Lalu, apa artinya bah?" tanya Najwa tidak sabar mendengar penjelasan tentang mimpinya.
"Abah tidak bisa menjelaskannya sekarang, abah mau lihat apakah Azam itu benar-benar akan datang dan meminta kembali kamu menjadi istrinya. Kalau itu benar, jadi ada kejadian yang memang nantinya akan sulit untuk di terima." kata abah lagi.
"Maksudnya apa bah?"
"Sudahlah, kita percaya saja saka takdir Allah. Jangan percaya dengan mimpi itu, kita tidak tahu akan seperti apa nanti jodoh Najwa itu." kata abah lagi.
"Ish! Abah bikin penasaran saja, sejak tadi Najwa itu melamun memikirkan mimpinya itu. Abah malah tidak bisa mengartikan mimpi itu." kata umi Dila kesal pada suaminya.
"Umi ini gimana sih, kan memang semuanya harus di pasrahkan pada Allah. Tidak percaya begitu saja tentang mimpi itu. Jodoh, maut dan rejeki itu Allah yang atur. Manusia hanya menjalankan takdirnya. Jangan menebak-nebak sesuaty yang tidak pasti. Najwa sudah berusaha, jadi tunggu saja takdir apa yang akan di terima Najwa." kata abah menjelaskan pada anak dan istrinya itu.
Najwa dan umi Dila diam, memang yang di katakan abah itu benar. Tapi bagi Najwa, mimpi itu sangat aneh. Namun kemudian Najwa diam saja, dia berusaha menghilangkan mimpi itu dari ingatannya. Dia kembali memikirkan apa yang harus dia lakukan selanjutnya jika Azam datang lagi ke rumah dan memintanya lagi.
_
_
*******************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Mbah Edhok
tidak semua mimpi bunga tidur ...
2023-07-21
0